Chapter Twenty one

7K 860 166
                                    

Mata coklat mencari bola mata kehitaman , setelah mendengar komentar yang lebih muda bibir hati milik jisoo kemudian melengkung membentuk sebuah senyuman tulus. Jennie hanya membalasnya dengan senyum malu-malu.

sungguh Jennie ingin sekali bersandar dan merasakan kembali bibir yang membuatnya candu itu, tapi itu bukanlah tindakan yang tepat..setidaknya saat ini. karena dia juga bingung bagaimana hubungan mereka sekarang, memang jisoo membuat kemajuan dengan jujur padanya tapi tak berarti itu sebuah pertanda jika gadis itu sudah bisa membalas perasaannya.

ketakutan masih bisa dirasakan dari sikapnya. atas apa yang telah terjadi pada seulgi dan orang tuanya itu sangat menghancurkan jisoo , kehilangan orang2 yang ia cintai.

pandangan jisoo bergeser pada kelompok yang satu persatu telah menghilang dari teras. yang tampaknya akan mempersiapkan diri untuk menyambut pesta pernikahan nayeon.

"apa kau mendengar tentang seulgi setelah itu?" tanya jennie kemudian. masih tertarik mengetahuinya.

jisoo kemudian berpaling padanya.

"setelah dia mencampakkanku secara terbuka ia mendapatkan popularitasnya bahkan lebih dari sebelumnya. dia menjadi ketua di geng-nya dan tentu saja karena dia sudah berhasil menaklukan gadis badass 'kim f*cking Jisoo' ,, itulah sebabnya predikat 'bitch' beralih padanya." gadis berwajah malaikat itu terkekeh ironis. membuat ekspresi seolah meledek.

"sedangkan aku tenggelam dalam depresi." lanjutnya sambil mendesah pelan. jennie meremas jemari gadis itu dengan tujuan memberinya sedikit kekuatan.

"lalu bagaimana dengan ibumu? um, maksudku, dia pasti seorang ibu yang hebat setelah kepergian ayahmu otomatis dia menjadi tulang punggung keluarga..lalu harus mengurus dirimu yang..um kau tahu apa yang ku maksud 'kan?" tanya jennie mengganti topik. namun berusaha tak terdengar menghakimi.

"ya kau benar. dia ibu yang hebat. sebenarnya aku beruntung memiliki kedua orang tua yang berhati besar.. selalu sabar menghadapi seorang anak yang bermasalah sepertiku. ibuku selalu memberiku waktu untuk memecahkan masalahku sendiri..tentu dia memberiku nasihat tapi tanpa paksaan dan menekanku." ungkap jisoo berbagi. "dia membiarkan aku berpikir lebih dalam saat depresi panjangku tapi dengan catatan semua benda yang berbahaya akan disingkirkan dariku,kau tahu..mencegahku bertindak diluar kendali." jisoo terkekeh. namun kali ini tawa pelannya terdengar tulus.

"kau bodoh jika berani melakukan hal itu,kau tahu..." cibir jennie. bercanda.

"tapi lihat tak ada yang terjadi ataupun hilang padaku 'kan?" balas jisoo bercanda. merentangkan kedua lengannya.

"ada.." jennie mengikuti permainannya.

"apa itu?"

"kepercayaan."

senyum jisoo seketika mati. bukan karena kata-kata jennie menyinggungnya namun karena kata itu benar adanya. jisoo pelan2 menurunkan lengannya.

ia menarik napas dan membuangnya perlahan.

benar ! sejak saat itu ia sudah kehilangan banyak,terutama kepercayaan diri. kepercayaan bahwa akan ada seseorang yang bisa mencintainya dengan tulus..kepercayaan bahwa ia pantas menerima siapapun. hal itu masih menghantuinya.

"hey aku hanya bercanda. jangan dianggap serius." jennie main-main menyenggol lengan jisoo, saat menyadari kegelisahan yang lebih tua. kemudian gadis itupun terlihat tertawa.

"jisoo-ah."

"mm.."

"apa aku boleh bertemu ibumu?" tanya jennie sedikit takut. ia mengantisipasi jika jisoo takkan mengijinkannya karena ekspresi gadis itu baru saja terkejut.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang