4

914 182 17
                                    

Pagi itu Yong Hwa menghampiri meja makan untuk sarapan. Dan seketika matanya tertuju pada telor gulung yang terhidang cantik diantara menu sarapan.
"Selamat makan, Yongie Oppa! Aku sengaja membuat telor gulung kesukaanmu." sebuah suara dengan ceria mempersilakan. Wajah cantiknya Yong Hwa lihat tersenyum manis kepadanya.
"Mmm... pasti ini sangat enak, Soo Ji-ah. Meogja!" Yong Hwa menyumpitnya satu iris dan menyuapkan ke mulut.
Seperti penampilannya yang cantik, rasanya pun enak telor gulung itu. Tapi lalu mulutnya berhenti mengunyah, matanya seketika berubah kejam kala benaknya menyadari sesuatu. Ditatapnya Shin Hye yang sedang menuang air ke dalam gelasnya dengan tatapan setajam pedang.
"Apa yang kau buat ini?" tanyanya sengak.
"Ye...?" Shin Hye kikuk.

Seketika Yong Hwa menyumpit telor gulung lalu melemparnya ke muka Shin Hye.
"Apa sengaja kau ingin membuatku marah? Berapa kali kukatakan, jangan membuat makanan kesukaanku! Apa kau tuli?" jeritnya.
"Ini pertama kali aku membuat telor gulung, dan aku tidak tahu kalau telor gulung makanan kesukaan Oppa." tukas Shin Hye mengusap matanya yang terkena lemparan makanan itu.
Yong Hwa tanpa suara berdiri lantas menyeret semua piring dari atas meja makan oleh kedua tangannya hingga berjatuhan ke lantai. Shin Hye memalingkan wajah sambil menutup telinga oleh telapak tangan.

Sekarang piring makanan yang semula di atas meja makan, berantakan di lantai dan sebagian pecah.
"Jangan pernah lagi membuat makanan kesukaanku! Kau membuat makanan itu menjadi sangat menjijikan." dampratnya seraya kakinya menendang kursi makan hingga nungging. Kemudian ia melangkah meninggalkan ruang makan dengan wajah merah padam karena marah.
Shin Hye memegang dadanya sepeninggal Yong Hwa. Jika makanan yang tersaji tidak bervariasi, dia marah. Menghidangkan makanan yang tidak digemarinya, apa lagi. Setiap hari Shin Hye memutar otak memilih menu supaya tidak mendapat protes darinya. Dan menyajikan telor gulung di meja makan untuk pertama kalinya pagi itu. Shin Hye merasa telor gulung akan ditolaknya sejak awal, bukan karena merupakan makanan pavorite Yong Hwa, tapi karena terlalu sederhana. Sebab Yong Hwa juga protes kala ia menghidangkan sop bayam.

Ya, kejadian seperti ini lebih sering terjadi. Yong Hwa membuang semua makanan yang telah dengan susah payah dibuatnya. Bahkan tidak menyisakan untuk dirinya nikmati. Ini bukan cerita baru. Dalam 2 bulan hidup bersamanya, ia lebih sering memunguti makanan yang ia masak dari lantai. Sebab Yong Hwa tidak berkenan lalu melemparnya ke lantai. Shin Hye ingin tidak menangis, tapi air matanya sulit dibendung. Inilah harga yang harus ia bayar dengan menerima dinikahi Yong Hwa. Dan soal makanan belum seberapa, karena Yong Hwa pun akan murka untuk banyak hal kepadanya. Bahkan untuk urusan remeh seperti lupa mematikan penghangat ruangan. Atau salah meletakan hiasan rumah. Dan di dinding ruang keluarga rumah itu tergantung foto berukuran besar sebentuk wajah wanita cantik. 

Yong Hwa melemparnya dengan bola golf hingga mengenai matanya dan membuat bola matanya memar selama berhari-hari, gara-gara Shin Hye belum sempat menggantungnya lagi seusai bingkai foto itu ia bersihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yong Hwa melemparnya dengan bola golf hingga mengenai matanya dan membuat bola matanya memar selama berhari-hari, gara-gara Shin Hye belum sempat menggantungnya lagi seusai bingkai foto itu ia bersihkan.
"Kau apakah foto ini?" teriaknya dari ambang pintu kamarnya.
"Aku habis bersihkan."
"Berani sekali kau menyentuhnya. Cepat kembalikan ke bekasnya semula!" perintahnya gusar.
"Nde."
Tapi Shin Hye yang sedang melap barang pecah belah diatas meja makan tidak langsung pergi, melainkan meletakan terlebih dahulu dengan hati-hati tabung kocktail yang sedang dilapnya.
"Apa kau tuli?" bentak Yong Hwa melihatnya tidak segera beranjak.
Dan belum sempat melangkah, bola golf sedang meluncur sangat cepat menyasarnya. Dalam hitungan kurang dari 1 menit saja benda itu mengenai matanya begitu Shin Hye mendongakan wajah.
Buk!
Shin Hye menjerit sambil memegang sebelah matanya. "Ah..."

Melihat Shin Hye kesakitan seraya menutup matanya dengan telapak tangan Yong Hwa malah semakin kesal.
"Antelyo...!!" teriaknya lagi.
Terhuyung-huyung Shin Hye segera meninggalkan meja makan. Pandangannya tidak jelas dan kepalanya terasa pusing. Saat dipaksakan melihat, bagian dalam mata itu sakit berdenyut. Shin Hye tidak sanggup membuka mata lagi. Tapi ia tetap memaksakan menggantung foto itu.
Untungnya luka itu tidak sampai merobek kornea matanya kala ia memeriksakannya ke dokter. Setibanya di kantor Yong Hwa menyuruh sopir untuk menjemput dan mengantar Shin Hye ke dokter, nampaknya dia sendiri terkejut dan khawatir luka pada mata Shin Hye berakibat fatal. Tapi setelah tahu itu hanya luka yang dapat disembuhkan dan tidak berakibat pada kebutaan, dia pun melanjutkan melakukan kekerasan fisik terhadap Shin Hye, sebagai wujud kebenciannya tersebut. 
"Jangan salah paham dengan tujuanku menyuruhmu berobat, sama sekali bukan karena aku menyesal atau khawatir. Tapi semata karena aku belum ingin melihatmu tak berdaya. Sebab aku belum puas menyiksamu." tandasnya kala malamnya Shin Hye menyajikan makan malam dan sebelah matanya ditutupi verban.
Shin Hye diam. Dan Yong Hwa sama sekali tidak rewel malam itu. Dia bahkan menyuruh Shin Hye meninggalkannya dan segera istirahat saat masih menikmati makan malam di meja makan. 

Shin Hye yang merasa tubuhnya demam tidak membangkang, ia mengikuti perintah itu. Dan besoknya ia tidak bisa bangun karena demam tinggi. Tubuhnya menggigil. Yong Hwa hampir marah tapi kala melihatnya tengah menggigil di atas pembaringan, akhirnya dia menelepon ajhumma saat duduk di belakang setir sebelum berangkat ke kantor.
"Ajhumma bisa datang ke rumahku sekarang bukan? Dia sedang sakit, tolong ajhumma buatkan bubur dan pastikan dia minum obatnya. Jika ada apa-apa cepat telepon aku!" pintanya.
Meski tidak mau mengakuinya, dia cemas. Ajhumma merasakan itu lewat nada suaranya.
"Nde, aguesmidha." Ajhumma menyanggupi. 
Di kantor pun dia terus melirik smartphone-nya, akankah berbunyi dan yang memanggilnya adalah ajhumma? Namun ajhumma tidak kunjung memanggil, akhirnya dirinya sendiri yang melakukan panggilan kepada nomor kontak ajhumma. Biar bagaimana pun Yong Hwa tidak tenang sebelum mendapat laporan langsung dari ajhumma.
"Dia baik-baik bukan, Ajhumma?" tanyanya.
"Sekarang sedang tidur, Tuan. Setelah meminum obatnya. Tadi Agashi tidak bisa menelan obat, selalu keluar lagi. Nampaknya asam lambungnya tinggi. Setelah disuapi bubur pelan-pelan, baru obatnya masuk." lapor ajhumma.
"Jangan lengah, Ajhumma terus perhatikan dia. Bila ada keadaan darurat segera beritahu aku." perintahnya.
"Nde, aguesmidha."

Ketika malamnya Shin Hye tertidur pulas, ia pun membiarkannya. Baru ketika besok paginya melihat Shin Hye sudah segar kembali, membuatkan makanan untuknya sarapan... Yong Hwa kumat. Meski tidak membanting alat makan, tapi Shin Hye dibuat bolak-balik untuk membuat minuman.
"Apa kau tidak tahu Earl Grey Tea?" tatapnya galak. Shin Hye terdiam. "Daedab hae! Jangan diam!" bentaknya.
"Nde, mollayo." aku Shin Hye apa adanya.
"Ah..." Yong Hwa mengusap wajahnya sendiri jengkel. "Apa kau tidak bertanya kepada ajhumma?"
"Aniyo."
"Kalau begitu tanyakan sekarang kepada ajhumma!" perintah Yong Hwa tanpa ampun.
"Nde." dengan patuh Shin Hye mengikuti perintah itu.

Ia mengambil smartphone-nya, dengan smartphone melakukan sambungan telepon dengan ajhumma. Bertanya bagaimana membuat Earl Grey Tea.
"Apa Agashi baik-baik saja? Bagaimana dengan mata Agashi?" ajhumma malah menyuarakan kekhawatirannya.
"Baik, Ajhumma. Terima kasih atas perhatiannya. Oppa meminta aku membuat Earl Grey Tea. Bisa tolong ajari aku, Ajhumma?" Shin Hye tidak bisa berpanjang kata, apa lagi mengadukan kesesakan hatinya walau ingin.
"Tn Yongie sebetulnya pria baik, Agashi. Dia penyayang. Bukan orang yang tega dan anarkis seperti itu. Pada saatnya nanti Agashi akan mendapatkan kasih sayangnya. Sekarang bersabarlah dulu! Hatinya sedang terluka cukup dalam karena kematian kekasihnya." ceracau ajhumma yang mau tidak mau membuat air mata Shin Hye meleleh.
"Sekarang aku tidak bisa keluar dari rumah ini, Ajhumma. Oppa tidak melepaskanku sampai nanti aku bisa membayar apa yang telah kulakukan padanya, atau pada kekasihnya."
"Tidak, Agashi. Tidak akan seperti itu. Agashi harus memahami luka hatinya, maka Agashi akan tahu Tn Yong pria baik. Dua kali hatinya terluka, itu yang membuatnya seperti monster."
Susah payah Shin Hye menghentikan tangisnya dan berusaha membuat Earl Grey Tea.
🎃

TBC

DARK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang