11

822 163 8
                                    

Setiap kali sinar matanya menyiratkan rasa sepi dan beban yang harus ia pikul seorang diri. Dan weekend itu Yong Hwa tidak turun dari tempat tidur, membuat Shin Hye khawatir. Matahari sudah merangkak naik di langit belahan timur ketika Shin Hye memberanikan diri mengetuk pintu kamarnya.
"Permisi, Oppa! Sudah pukul 9, apa Oppa tidak akan sarapan?"
Tapi terlihat Yong Hwa masih di atas pembaringan kala pintunya ia kuak sedikit. Shin Hye melangkah masuk lebih dalam. "Apa Oppa sakit?" tanyanya mendekati bed.
Tidak ada jawaban. "Maaf, apa Oppa sakit?" Shin Hye meraba kening Yong Hwa. Baru mata itu terbuka.
"Aku tidak sakit." tepisnya, menepis pula tangan Shin Hye dari kening.
"Sarapan sudah siap, apa Oppa tidak akan sarapan?"
"Kau saja makan. Aku tidak akan mati bila tidak sarapan sehari." jawabnya.
"Nde. Aku akan membereskannya lagi bila begitu. Permisi." Shin Hye meninggalkan kamar Yong Hwa.

Persis ketika Shin Hye selesai membereskan kembali piring lauk pauk dari atas meja, Yong Hwa datang menghampiri.
"Kembalikan, aku akan makan!" perintahnya seraya menarik kursi makan.
"Nde." tanpa protes Shin Hye mengambilnya lagi.
"Apa Shi Yun Hyung sering menghubungimu?" tanya Yong Hwa ditengah kebisuan, hanya suara piring lauk pauk yang diletakan di atas meja.
"Nde?" Shin Hye menudingnya.
"Shi Yun Hyung suka meneleponmu bukan?"
"Pernah, tapi tidak sering."
"Apa yang kalian bicarakan?"
Shin Hye tidak segera menjawab. Apa Yong Hwa mencurigai sesuatu tiba-tiba bertanya tentang Shi Yun kepadanya?
"Mm, Shi Yun Oppa memberitahuku akan mengatakan tentang pernikahan kita kepada para pemegang saham." jawab Shin Hye apa adanya seperti yang dikatakan Shi Yun terakhir kali. Ingin tahu juga bagaimana reaksi Yong Hwa dengan hal itu.
"Apa Shi Yun Hyung mengancammu?" toleh Yong Hwa.
"Mm, Oppa hanya mengatakan hal itu akan menghancurkanku dan tentunya menghancurkan Oppa."
"Aku bisa menyelamatkan diriku, bagaimana denganmu? Sebab aku tidak akan menyelamatkanmu."
"Aku tidak paham kenapa aku akan hancur? Apa peduli para pemegang saham padaku?" tatap Shin Hye kepada Yong Hwa, sekali lagi ingin mendengar meski ia sudah cukup mengerti.
"Karena kau mantan narapidana, itu masalahnya. Jika para pemegang saham tahu aku menikahi mantan narapidana, aku pasti dipecat dari posisiku sekarang. Dan ayahku pasti marah padamu. Ayahku mungkin akan menyuruhmu pergi dari rumah ini, tapi aku akan menahanmu. Sebab pembalasan dendamku belum usai. Itu yang dimaksudkan Shi Yun Hyung bahwa kau akan hancur. Aku akan semakin membuatmu hancur jika sampai aku dipecat dari posisiku." mata Yong Hwa tampak menyala saat mengatakan~akan semakin membuatmu hancur~seketika piring dari cekalan Shin Hye lepas membuat suara gaduh di atas meja makan.
Mata Yong Hwa menukik tajam menatap wajah Shin Hye yang tiba-tiba tidak berdarah.

Selanjutnya Shin Hye gemetar, terbayang dibenaknya jika Yong Hwa dipecat, setiap hari pagi dan malam berada di rumah, menyiksanya tanpa henti. Dan pada akhirnya dia akan bisa membunuhnya... Sebab itu sudah pernah dilakukannya. Shin Hye terhenyak.
"Wheo?" tanya Yong Hwa melihatnya tiba-tiba terhenyak kaget.
"Aniyo." gelengnya. Namun wajahnya pucat pasi.
Suasana kemudian senyap. Hanya suara sumpit yang beradu dengan piring. Yong Hwa mulai menyantap makanannya.
Shin Hye menatap Yong Hwa dengan ujung matanya. Kenapa dirinya harus mengkhawatirkannya. Faktanya pria ini tetap saja ingin menghabisinya. Apa laporkan saja kepada Shi Yun apa yang ditemukannya di brankas? Dan bersepakat dengannya untuk tidak melaporkan pernikahan mereka kepada para pemegang saham. Supaya pria ini tidak dipecat. Tapi sepertinya akhirnya akan sama saja. Yaitu Yong Hwa akan dipecat bila ketahuan telah mencurangi perusahaan. Bahkan lebih parah sebab ayahnya pun akan turut diturunkan dari kursi presdir. Ah, kepala Shin Hye rasanya akan meledak.

Atau sebaiknya dirinya kabur saja dari rumah itu? Pasti juga bukan pilihan, sebab nanti orang tuanya justru akan mengetahui hal sebenarnya tentang pernikahannya. Bukan sekedar mengetahui, tapi pasti mereka akan mendapat tekanan juga dari Yong Hwa bila Shin Hye melarikan diri. Shin Hye menggeleng keras-keras. Kenapa hidupnya jadi serumit ini? Ia memejamkan mata.
"Bereskan!" terdengar suara Yong Hwa seraya bangkit dari kursi. Makannya selesai.
"Nde." angguk Shin Hye.
Yong Hwa meninggalkan ruang makan, langkahnya lurus ke ruang tengah. Berhenti di depan foto Soo Ji. Lama memandanginya. Seperti tengah mengadukan sesuatu. Shin Hye menatapnya dari kejauhan. Lalu terlihat jemari Yong Hwa menyentuh wajah difoto itu. Dari mata turun pelahan hingga dagu. Mungkin hatinya tengah sangat merindukan Soo Ji dan butuh kehadirannya. Shin Hye menundukan kepala. Sedang batinnya menjerit perih.
🎃

Yong Hwa memacu roda 4-nya sambil benak memikirkan ucapan Shin Hye kemarin pagi. Bahwa Shi Yun berencana melaporkan pernikahannya kepada para pemegang saham. Ia gemas Shi Yun tidak berhenti mengganggunya, namun ia tidak berdaya melawan. Sebab sadar dirinya berada pada posisi diujung tanduk. Tetapi melaporkan pernikahannya dengan Shin Hye kepada para pemegang saham juga tidak bisa ia biarkan. Yong Hwa masih belum ingin karirnya hancur.

Maka begitu tiba di kantor langsung ruangan Shi Yun yang ia tuju.
"Wheo? Kenapa pagi-pagi begini kau sudah mendatangiku? Apa untuk melutut padaku?" tatap Shi Yun gede kepala demi melihat raut wajah sepupunya itu.
"Nde, bila perlu aku akan berlutut padamu, Hyung."
"Apa yang kau inginkan?"
"Jangan katakan kepada siapa pun tentang pernikahanku. Setelah puas aku membalas kepada orang yang membunuh Soo Ji, aku akan segera melepaskannya."
"Apa dengan kata lain, sebenarnya kau mengkhawatirkan Shin Hye?"
"Aniyo. Tidak sama sekali. Aku belum puas menyiksanya jika kulepaskan sekarang."
"Bila begitu, aku akan menguak lepasnya Sky sebagai kesalahanmu. Aku yakin ini adalah kesalahanmu, aku sendiri yang akan melakukan investigasi di Pub dimana kau menyerang seseorang. Otteyo? Kau akan memilih mana?" tatap Shi Yun tersenyum sinis. Ia tahu sekarang ia memegang kartu truf Yong Hwa.

Terlihat Yong Hwa menghela napas dalam sebelum bicara.
"Tim investigasi yang dibentuk para pemegang saham masih bekerja keras saat ini mencari bukti, apa Hyung tidak percaya dengan kerja mereka?" tanya Yong Hwa sesak.
"Aniyo. Kau dan presdir Jung sangat rapi menyembunyikan hal itu, sehingga mereka cukup kesulitan membongkarnya. Tapi aku punya keyakinan lain, sahabatku sendiri yang menyaksikan kau menyerang dan menghajar pengunjung Pub. Aku akan mengawali investigasiku dari sana. Jika perlu aku akan mendatangi korban yang kau hajar itu, apa dia mendapatkan Sky asal dia menutup mulutnya? Aku percaya kau bisa melakukan apa saja saat kau sangat frustasi kehilangan Soo Ji."
"Tolong hentikan, Hyung! Itu semua tidak benar." teriak Yong Hwa hilang akal.
"Soo Ji buatmu sudah seperti malaikat. Tapi lalu dia mati karena seseorang menabraknya. Tidak heran kau jadi gila."
"Jebalyo! Kita ini bersaudara, Hyung. Kita berasal dari kakek dan nenek yang sama."
"Benar, tapi kau sama sekali tidak menghargaiku sebagai kakak sepupumu. Kau seakan mendapatkan seluruh dunia saat berpacaran dengan Soo Ji hingga kau melupakan aku. Dan inilah pembalasanku. Kau hancur karena pernikahanmu dengan Shin Hye, atau hancur karena telah menyuap dengan melepaskan anak perusahaan Ga Hong?"
Yong Hwa tidak mampu bicara lagi. Dari kedua bulatan coklatnya menetes air. Shi Yun hanya menatapnya dengan puas.

Tanpa bicara lagi Yong Hwa meninggalkan ruangan Shi Yun dengan langkah gontai. Menyatakan dirinya kalah kali ini.

Sepeninggal Yong Hwa, Shi Yun terdiam melamun. Betapa lama ia menunggu saat itu tiba. Saat pembalasan dendam. Benaknya kembali ke masa saat dirinya remaja. Waktu kecil padahal mereka begitu dekat. Tapi setelah Yong Hwa ditinggalkan ibunya, perangainya berubah drastis. Pemarah dan sensitif. Semua orang dibencinya. Termasuk juga Soo Ji. Shi Yun yang melihat Soo Ji tumbuh remaja menjadi gadis yang cantik, tertawan hatinya. Namun Soo Ji memperlihatkan ketertarikannya kepada Yong Hwa. Meski Yong Hwa membencinya ia terus berusaha mendekat, hingga akhirnya Yong Hwa takluk olehnya.

TBC

DARK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang