12

874 166 11
                                    

Itulah episode baru dalam kehidupannya. Yong Hwa yang tanpa alasan membencinya dan Soo Ji yang lebih memilihnya, membuat api persaingan di dada Shi Yun menyala. Sejak itu ia selalu menghitung sekecil apa pun kesalahan yang Yong Hwa lakukan kepadanya. Bahkan ia memikirkan cara untuk menjatuhkannya. Keinginan membuat Yong Hwa jatuh semakin besar di hatinya kala Yong Hwa dan Soo Ji berencana melanjutkan hubungan kasih mereka ke tahap yang lebih serius, yakni pernikahan. Shi Yun seperti gelap mata.

Ketika rencana itu sampai dikupingnya, Shi Yun meneguk minuman keras di sebuah klub hingga mabuk berat. Seperti biasa bila ia mabuk, ia akan menghubungi Shin Hye untuk mengantarnya pulang.
"Taeri.....! Neo eodini jigeum?"
"Oppa, aku masih di sauna. Apa Oppa sudah mabuk masih siang begini?" Shin Hye mengernyit dalam.
"Cepat kesini! Antarkan aku pulang!"
"Aku masih kerja Oppa. Tunggulah sebentar lagi. Aku pulang sebentar lagi."
"Jadi kau ingin melihatku membawa mobil dalam keadaan mabuk? Bagaimana jika aku menabrak orang?"
"Aish... Kau selalu saja merepotkanku."
"Sebab kau taeri sekaligus kekasihku, bukan begitu?" Shi Yun terkekeh.

Park Shin Hye, dikenalnya pertama kali kala ia mabuk. Bartender klub meneleponkan sopir pengganti untuk mengantarnya pulang. Sebab ia hanya menyesaki bar yang sedang ramai pengunjung dengan tertidur pingsan di meja. Shin Hye adalah sopir pengganti yang dipanggil bartender kala itu. Ia membawa Shi Yun yang mabuk dari klub.
"Kau akan membawaku kemana?" tanya Shi Yun dalam setengah kesadarannya.
"Mollayo, jika Tuan tidak menyebutkan alamat rumah, mungkin aku akan membawa Tuan ke sauna saja." jawab Shin Hye jengkel, sebab sejak tadi hanya putar-putar karena Shi Yun tidak menyebutkan harus mengantarnya kemana.
"Joa, joa... Bawa saja aku ke sauna." Shi Yun malah setuju.
Shin Hye benar-benar membawa Shi Yun ke sauna dan meninggalkannya disana.

Karena di sauna itu tempatnya bekerja, besoknya ia bertemu lagi dengan pria mabuk itu. Tentu saja Shi Yun tidak mengenalinya. Dan saat Shi Yun mencari-cari kunci mobilnya, Shin Hye memberitahunya dengan tahu pasti.
"Nuguseyo? Mengapa kau tahu?" Shi Yun heran.
"Sebab aku yang membawa Tuan kesini semalam dan meletakan kunci mobil Tuan di meja kasir."
"Apa kau taeri yang membawa mobilku dari klub?"
"Nde, masmidha."
"Aigo... Pantas kau membawaku kesini. Siapa namamu dan berapa nomor kontakmu?" tanya Shi Yun.
"Untuk apa?" Shin Hye tidak segera menjawab.
"Nanti kalau aku butuh taeri lagi aku mudah menghubungimu. Kau tahu, saat mabuk berat aku tidak ingat apa-apa. Sehingga tidak bisa menyebutkan alamat rumahku dimana. Taeri lain sering membawaku ke hotel atau kalau terpaksa membawa ke rumah mereka. Tapi aku suka saat kau membawaku kesini." cerocos Shi Yun.
Shin Hye terdiam sejenak untuk kemudian memberikan nomor kontaknya kepada Shi Yun.

Sejak itu Shi Yun sering memintanya untuk jadi sopir pengganti. Bahkan saat dia tidak sedang mabuk.
"Antar aku ke Gimpo." pinta Shi Yun suatu sore.
"Mwoga?"
"Aku harus berpikir selama di jalan, akan sangat bahaya bila sambil nyetir."
"Kenapa tidak ajak saja sopir kantor?" Shin Hye jelas tidak bersedia. Pulang bisa tengah malam atau dini hari jika sore begini pergi ke Gimpo.
"Kalau ada aku tidak akan memintamu."
"Bagaimana mungkin kantor sebesar Ga Hong tidak memiliki sopir?"
"Kau ini cerewet sekali. Aku akan bayar 5 kali lipat dari biasa. Cepat naik!"
"Benar ya Tuan tidak akan bohong akan membayarku 5 kali lipat."
Shi Yun merogoh saku dalam jasnya mengambil dompet, lalu ia mengeluarkan sejumlah uang cash dan menyerahkannya kepada Shin Hye.
"Ini hitung! Bila kurang nanti saat pulang aku lunasi kekurangannya."
"Geurae. Gaca-ragu, Gogaeg-nim!" senyum Shin Hye sambil membelasakan uang ke dalam saku celananya. Tidak diragukan pasti lebih jumlah uang itu.

Di Bandara Gimpo itu Shi Yun bertemu seseorang yang sangat penting yang tidak bisa mampir ke kantor Ga Hong sehubungan dengan jadwalnya yang padat. Jadi Shi Yun diminta bertemu sambil dia menunggu penerbangan berikutnya ke tempat lain. Shi Yun tergesa menuju Gimpo.
"Kalau aku sukses dengan pembicaraanku nanti dan mendapatkan tendernya, aku pasti memberimu hadiah." janji Shi Yun setelah Shin Hye membelah jalan menuju Gimpo.
"Hadiah apa?" lirik Shin Hye pada spion.
"Cincin, kau mau cincin? Aku punya cincin yang tadinya akan aku berikan kepada gadis yang aku cintai. Tapi dia memilih pria lain, jadi cincin itu akan jadi milikmu bila aku berhasil." ucap Shi Yun ringan.
"Mwogayo...?" Shin Hye sampai menginjak pedal rem begitu kaget.
"Aigo... Nyetir yang betul! Kau hampir membuatku celaka." bentak Shi Yun yang keningnya terantuk jok.
"Mianhamidha."

Dan Shi Yun menepati ucapannya, hari berikutnya saat ia sedang mabuk di sebuah klub malam dan meminta Shin Hye menjemput, disetengah kesadarannya di dalam mobil ia memberikan sebentuk cincin indah bertahta berlian kepada Shin Hye.
"Ini pakelah! Aku mendesainnya sendiri. Kau harusnya suka, sebab harganya pun sangat mahal." ujarnya menyorongkan kotak kecil.
"Ighe mwoya?" Shin Hye menerimanya, dan kaget kala membuka tepat di lampu merah. "Apa ini cincin pertunangan Anda, Tuan?" tanya Shin Hye seraya tidak sadar mencobanya.
"Aniyo. Aku akan melamarnya menjadi kekasihku dengan cincin itu awalnya, tapi urung. Sebab dia sudah memilih pria lain. Jadi itu untukmu saja."
"Ommo..." Shin Hye membekap mulutnya tidak percaya.
Tapi Shi Yun benar-benar memberikan cincin itu kepada Shin Hye, setelah menyerahkannya ia tidak mempertanyakannya lagi.

Mereka pun semakin dekat, sebab Shi Yun setiap hari memanggil Shin Hye atau sengaja datang ke sauna.
"Apa Tuan akan menginap lagi disini?" tanya Shin Hye saat melihat Shi Yun datang ke sauna persis kala dirinya akan pulang.
"Eoh. Aku sedang banyak masalah di rumah."
"Kenapa tidak pergi ke hotel saja?"
"Di hotel aku sendirian, malas."
"Ya, sudah. Aku mau pulang."
"Apa kau sangat sibuk di rumah?"
"Aniyo, wheo?"
"Bisa temani aku sebentar? Kita ngobrol."
"Aigo... Apa yang bisa kita bicarakan?"
"Tunggulah sebentar!"
Nyatanya banyak hal yang mereka bicarakan. Shi Yun ternyata teman bicara yang menyenangkan.

Dan tanpa diduga pria itu menyampaikan hal yang tidak pernah Shin Hye pikirkan sedikit pun sebelumnya.
"Apa kau mau pacaran denganku?" tanyanya membuat sejenak jantung Shin Hye berhenti berdetak. Apa katanya? Pacaran?
"Semakin mengenalmu, aku rasa kau bisa menggantikan gadis yang telah menolakku itu." tambahnya.
"Jangan gegabah, Tuan. Pikirkan lagi sebelum mengatakan hal seperti itu." pinta Shin Hye.
"Tentu saja aku sudah memikirkannya. Bukankah lebih aman bagi kita untuk selalu bersama bila status kita kekasih?"
Shin Hye tak bersuara. Entah apa yang Shi Yun pikirkan tentangnya? Dan bagaimana Shi Yun melihatnya selama ini sehingga tercetus keinginan seperti itu di benaknya. Tapi toh Shin Hye juga tidak dapat membohongi hati kecilnya sendiri, bahwa pesona seorang Yun Shi Yun telah meruntuhkan kewaspadaannya.

Shin Hye akhirnya mengangguk setuju. Dan sejak itu ia menjadi kekasih seorang chaebol. Meski begitu ia tetap saja gadis pekerja keras. Bekerja di sauna dan membantu orang tuanya menjaga toko roti. Bila libur ia pun mengantar roti ke pasar. Meski memiliki kekasih chaebol, Shin Hye tetap sebagai gadis sederhana. Hal itu juga sama sekali tidak merubah perangainya, ia tetap rendah hati. Hati kecilnya tidak terlalu yakin bahwa dirinya dapat diterima oleh keluarga Shi Yun. Maka ia mengambil antisipasi sejak awal.

Dan nampaknya tidak sampai berkenalan dengan orang tua Shi Yun, Shin Hye sudah tahu tujuan Shi Yun memacarinya semata untuk memanfaatkannya. Shin Hye tahu bahwa dirinya telah menjadi korban tipu dayanya. Lalu sekarang nasib hidupnya lebih tragis lagi. Bagai memasuki lingkaran setan, Shin Hye sulit melepaskan diri. Baik dari Shi Yun terlebih dari Yong Hwa. Orang-orang yang telah memperalatnya demi melampiaskan dendam diantara mereka. Shin Hye terkurung diantara 2 orang yang saling menyerang dan membalas.
🎃

TBC

DARK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang