28

988 186 18
                                    

Hujan turun dengan deras dan begitu tiba-tiba, itu yang membuat toko roti itu akhirnya sepi. Chan Hee mengucap syukur setelah pembeli terakhir pergi dan tidak ada lagi yang datang karena hujan.
"Baguslah hujan turun, kalau tidak aku sudah tidak bisa bernapas, Noona." ocehnya seraya memasukan biji kopi ke mesin untuk dihaluskan. Ia bermaksud membuat kopi.
Shin Hye mengurai senyum, ia pun sependapat.
"Kau tahu kenapa pembeli roti begitu banyak di akhir pekan, lebih banyak dari biasanya?" tatap Shin Hye.
"Mwo..?"
"Karena di akhir pekan selalu ada kau. Apa lagi kalau kau ajak teman-temanmu yang cantik-cantik itu. Pretty boys. Pengunjung menjadi lebih banyak lagi. Lihat sendiri, bahan untuk membuat roti sudah habis sesiang ini."
"Benarkah itu, Noona? Aigoo..." pemuda itu geleng-geleng kepala jenaka.

Diluar toko seorang pria berdiri. Sejak tadi ia melihat kesibukan di dalam dan itu membuatnya hanya tegak tanpa berani masuk. Tapi hujan yang tiba-tiba deras akhirnya memaksanya melangkahkan kaki ke dalam. Tempat itu sudah benar-benar kosong, hanya ada Shin Hye yang sedang membersihkan meja dan membereskan piring serta cup kopi bekas pengunjung. Ujung sepatunya yang pertama Shin Hye lihat saat sedang menunduk melap meja. Dan jantungnya seperti berhenti berdenyut begitu ia mendongakan wajah menatap siapa yang datang.
Untuk beberapa jenak keduanya saling beradu tatap, tanpa ada kata yang terucap dari mulut masing-masing. Shin Hye karena begitu kagetnya, dan dia hanya menyunggingkan seulas senyum.
"Annyong..." sapanya menyadarkan keterkejutan Shin Hye yang akut.
"A annyong." balas Shin Hye terbata.
"Kau seperti melihat hantu melihatku. Ini aku, pulang, Shin Hye-ya."
"Tapi, bukankah masih..." Shin Hye mengangkat kesepuluh jarinya.
"3 bulan? Tapi aku mendapat remisi..."
"Oh..." gumamnya.

Dari dapur Chan Hee berteriak-teriak bertanya sesuatu.
"Noona, apakah Noona melihatnya? Noo..." Chan Hee pun terkaget kala melihat sosok yang tengah berhadapan dengan Shin Hye.
"Hyung..." desisnya.
Pria itu dan Shin Hye sama-sama menudingnya.
"Kenapa Hyung ada disini? Mm, maksudku... Hyung sudah keluar?" tanya Chan Hee.
"Eoh." dia menjawab.
"Apa Abeoji sudah tahu?"
"Ani."
"Apa Hyung langsung kesini?"
"Mh."
"Siapa yang menjemput?"
"Opshuh."
"Noona tidak mempersilakan Hyung untuk duduk? Aku akan membuatkan kopinya." Chan Hee mengambil inisiatif.
"O, nde. Duduklah, Oppa!" Shin Hye menarik kursi.

Ia kikuk karena tidak menduga dengan kemunculan Yong Hwa yang tiba-tiba di hadapannya. Sementara ia berencana bukan seperti itu menyambut kepulangannya dari penjara. Setidaknya ia memasak makanan kesukaannya. Setelah mempersilakan duduk, Shin Hye lalu memilih roti yang tersisa di dalam etalase.
"Aku lihat pengunjung ramai tadi." terdengar Yong Hwa berbicara.
"Eoh, memang selalu seperti itu bila weekend, Hyung. Makanya aku selalu datang kesini." Chan Hee yang menyahut.
"Bukankah seharusnya kau pergi ke Eropa atau US? Kau bilang ingin belajar tentang bisnis..." tatapnya kepada Chan Hee.
"Sebentar lagi aku akan pergi. Aku bingung antara melaksanakan dulu wajib militer atau menyelesaikan pendidikan. Tapi sekarang aku tahu harus memilih yang mana." ucap Chan Hee seraya membawa cangkir kopi ke hadapan kakaknya.
"Cobalah, ini asli buatanku, Hyung. Disentuhan akhir aku menambahkan sedikit cinnamon, pelanggan sangat suka." promosinya.
"Gomowoyo, Chan Hee-ya."

Nyatanya lebih cair berkomunikasi dengan Chan Hee. Sebab Shin Hye menjadi sosok yang kaku dan diam. Seperti orang asing. Tentu saja karena selama hidup bersamanya seperti itu Yong Hwa memperlakukannya. Tapi justru dia yang pertama Yong Hwa cari sekeluarnya dari penjara sebelum menemui ayahnya. Yong Hwa langsung menuju rumah itu sebelum pulang ke rumahnya sendiri atau rumah ayahnya. Dan hal itu malah membuat Shin Hye bingung. Bahkan di dalam hatinya ia bertanya, kenapa orang pertama yang Yong Hwa temui harus dirinya? Sedikitpun Shin Hye tidak merasa sebagai sosok yang penting bagi Yong Hwa.

Saat Chan Hee menemaninya minum kopi, Shin Hye malah pamit untuk membuat makanan.
"Oppa belum makan bukan? Aku akan membuat makanan. Minumlah dengan Chan Hee, aku tidak akan lama."
"Heoll... Noona!" Chan Hee mengernyit menatapnya. Shin Hye malah akan meninggalkannya.
Namun Yong Hwa tidak bisa menahannya. Selama 2 tahun ini Shin Hye memang menunggunya tapi mungkin tidak merasa sebagai istrinya. Entah Shin Hye pun merindukannya atau tidak selama ia tinggalkan itu.

Hujan sudah reda ketika Shin Hye selesai dengan pekerjaannya memasak. Ia kemudian menghidangkannya di toko supaya cukup tempat untuk makan dengan banyak orang. Chan Hee menutup toko sekalian supaya tidak ada lagi pembeli. Mereka kemudian menikmati makan sore bersama.
Dari jendela nampak pelangi melengkung di langit belahan barat, karena matahari yang sedang cerah bersinar tiba-tiba ditingkahi hujan. Maka sang putri mandi menurut cerita rakyat, menampakan diri.

Chan Hee menilai suasana romantis itu sangat mendukung pertemuan kembali 2 insan yang lama terpisah. Segera setelah selesai makan Chan Hee pamit untuk pulang lebih dulu.
"Karena toko sudah tutup, aku pamit, Noona. Karena aku juga tidak akan langsung pulang ke rumah, aku tidak bisa mengajak Hyung. Silakan dinikmati saja dulu kebersamaan dengan Noona." ucap Chan Hee membuat Shin Hye menatapnya bersemu meringis.
"Eodiga?" tanyanya.
"Acara anak muda, Noona."
"Apa kau akan pergi ke klub?" tatap Yong Hwa pula.
"Aniyo. Klub tidak ada dalam agenda kami. Hyung jangan khawatir, kami tidak akan melakukan kenakalan." janji Chan Hee. "Kalau begitu aku pergi, Noona dan Hyung."
"Nde, hati-hati, Chan Hee-ya!" Shin Hye menjawab.
Dan setelah Chan Hee pergi lalu kedua orang tua Shin Hye masuk ke rumah untuk beristirahat, mereka tinggal berdua.

Yong Hwa memalingkan wajah keluar jendela menatap pelangi. Menunggu Shin Hye yang malah sok sibuk merapikan sesuatu di etalase.
"Apa kau tidak akan duduk?" toleh Yong Hwa merasa sekali Shin Hye mengabaikannya.
"Nde, tolong ditunggu sebentar." tepisnya.
"Apa kehadiranku ini membuatmu tidak nyaman?"
"Aniyo, aku hanya terkejut sehingga tidak tahu harus bersikap bagaimana." akunya terus terang.
"Bisakah kita mengobrol, atau aku pulang saja?"
Baru Shin Hye bergerak menghampiri.
"Mianhe." ucapnya menarik kursi di hadapan Yong Hwa.
"Selama di dalam sel padahal aku selalu ingat padamu. Aku ingin segera keluar supaya bisa bersamamu lagi, melihatmu seperti ini. Sehingga aku sangat menjaga sikap dan kelakuanku seperti katamu untuk menciptakan kasih sayang dengan para napi, dan pada akhirnya aku mendapat reward berupa keringanan hukuman." oceh Yong Hwa.
"Setidaknya itu yang ingin aku ceritakan padamu. Walau sebetulnya banyak hal yang juga ingin aku ceritakan." lanjutnya.
Shin Hye diam.
"Tapi tentu saja bagimu menjadi sangat aneh, tiba-tiba aku menjadi begitu cerewet. Sebab dulu kita tidak pernah banyak bicara." tambahnya lagi.
"Bila mungkin sekarang aku ingin kita mulai banyak berbicara. Sebab bagaimana pun diantara kita masih terikat pernikahan. Meski dulu berulang kali aku katakan pernikahan ini tidak sungguhan."
Shin Hye menunduk kali ini.

Fakta itu cukup mengiris hatinya, dan hingga sekarang pun ia tidak bisa mengabaikan hal itu. Walau ia tetap menunggu Yong Hwa, namun menunggu untuk mengakhirinya.
"Tapi sekarang, aku tidak ingin menganggapnya lagi begitu."
Shin Hye sontak mendongak, menatap iris mata Yong Hwa tajam.
"Aku ingin memulainya lagi dari awal dengan lebih baik. Aku siap melakukan apa pun untuk menebus segenap kesalahanku padamu yang lalu bila hal itu kau pandang perlu." tandasnya.
Shin Hye semakin saja diam. Semua sungguh diluar dugaannya. Saat rahasia itu akhirnya terkuak, lalu nama baiknya kembali bersih, selesai sudah misinya. Dan itu artinya selesai juga urusannya dengan para chaebol. Tapi baru saja Yong Hwa menyampaikan hal yang sulit ia terima, mengingat trauma yang dirasakannya. Walau dengan janji ini itu yang dikatakan Yong Hwa. Menjadi pelampiasan kemarahan seorang pendendam setiap saat, siapa yang bisa tahan dengan hal itu?
"Apa kau mau memulai lagi semuanya dari awal bersamaku, Shin Hye-ssi?" tatap Yong Hwa.

TBC

Apa jwban Shin ni...???

DARK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang