"Siapa sebenarnya Noona? Terkadang Noona sangat diam namun juga begitu berani, hingga aku merasa tidak mengenalimu?" Chan Hee mengemukakan rasa herannya.
"Noona sebetulnya bukan orang yang berani, itu makanya Noona sangat takut oleh Yong Hwa Hyung. Tapi sekarang Noona harus melawan Shi Yun Hyung, maka Noona memberanikan diri melawannya."
"Noona tidak bahagia hidup bersama Yong Hwa Hyung, tapi kenapa tidak pergi saja?"
"Tentu saja Noona pun ingin meninggalkannya, sering ingin pergi dari rumah Hyung. Tapi tidak bisa. Namun bila Yong Hwa Hyung sudah tahu kebenaran yang selama ini Noona simpan, Noona pasti pergi."
"Noona memegang rahasia Shi Yun Hyung, kenapa tidak diungkap saja sejak awal? Kenapa Noona memilih dibenci Yong Hwa Hyung padahal bisa mengungkap kebenaran itu kepada Yong Hwa Hyung?"
"Noona diam karena tidak tahu harus memihak siapa. Sebab sikap mereka berdua terhadap Noona sama. Noona pun memegang rahasia mereka berdua. Noona memegang rekaman blackbox Shi Yun Hyung dan rekaman CCTV penganiayaan Yong Hwa Hyung terhadap pengunjung Pub di Jepang. Tapi pada saat itu posisi Noona lemah. Shi Yun Hyung selalu mengancam kedua orangtua Noona, itu sebabnya Noona memilih tutup mulut. Tapi sekarang Noona tahu harus berpihak kepada siapa. Hingga nanti saat Noona harus pergi meninggalkan Yong Hwa Hyung, Hyung akan tahu Noona tidak seperti yang diduganya selama ini." beber Shin Hye. Chan Hee kemudian diam.Kehidupan orang dewasa memang rumit. Hal gampang dibuatnya jadi berbelit. Namun ia memahami, Shin Hye berusaha bertahan di sisi Yong Hwa selama ini, hanya untuk membersihkan nama baiknya. Bukan atas dasar alasan lain. Apa lagi seperti yang disangka ayahnya, Shin Hye mengincar kekayaan dengan menikahi putranya yang adalah pewaris.
Malam beranjak pagi, suhu terasa kian menggigit. Shin Hye menoleh Chan Hee, siapa yang harus mengantar siapa lebih dulu?
"Kita ke rumah Hyung saja, aku bisa membawa pulang mobil sendiri." Chan Hee membuat keputusan.
"Aniyo, kau tidak boleh membawa mobil sendiri. Ini dini hari." Shin Hye tidak setuju.
"Apa Noona akan mengantarku? Lalu bagaimana Noona pulang ke rumah Hyung?"
Shin Hye tidak segera menjawab. "Bisakah Chan Hee menginap di rumah Hyung saja? Pagi-pagi baru pergi."
"Noona tahu Hyung membenciku."
"Tapi Noona pun tidak bisa biarkan Chan Hee pulang sendiri membawa mobil. Berbahaya."
"Apa kita tidur di mobil saja?" senyum Chan Hee.
"Aniyo. Kita harus pulang."
"Jadi bagaimana?"
Shin Hye diam seraya terus melajukan mobil, dan ia mendapatkan ide saat sudah semakin dekat dengan rumah Yong Hwa.
"Di belokan menuju rumah Hyung ada kantor polisi, Noona akan minta polisi mengantar Chan Hee pulang. Oke?" lirik Shin Hye.
"Ah, Noona membuatku malu. Tapi terserahlah."
🎃Malam itu Yong Hwa tidak dapat memejamkan mata. Kehancuran karirnya di depan mata. Apa yang selama ini ia dan ayahnya sembunyikan sungguh bagai menyimpan bangkai yang suatu saat tercium baunya. Cepat atau lambat mereka akan menuai akibat. Jarum jam terus bergerak mengikis malam menuju pagi. Yong Hwa masih sulit terpejam. Di luar terdengar derum mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Kemudian langkah kaki yang mendekati pintu. Lalu terdengar pula seseorang memasukan sandi pintu. Apa Shin Hye pulang? Yong Hwa menajamkan pendengarannya. Langkah kaki itu lantas terdengar melintasi ruangan, mengarah ke kamar di ujung sana. Kamar Shin Hye. Yong Hwa menghela napas dalam. Akhirnya pulang juga. Chan Hee mengikuti perintahnya.
Jika Shin Hye mengetahui masalah yang membelitnya, apa dia akan senang atau sebaliknya? Untuk malam ini Yong Hwa tidak ingin mempedulikannya. Ia membiarkannya saja. Namun kala bangun, ia mendengar suara-suara seseorang yang sedang membersihkan rumah. Seperti suara penyedot debu untuk membersihkan lantai. Yong Hwa menuding jendela, sinar matahari menerobos celah jendela, sinarnya cukup tajam membuat seketika ia bangkit. Diraihnya weker, pukul 9 pagi. Ia bangun kesiangan. Segera saja ia menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Saat keluar dari kamar, ia mendapati rumah sudah rapi dan bersih. Makanan untuk sarapan sudah terhidang di meja makan. Melihat Yong Hwa melangkah ke meja makan, Shin Hye segera menghampiri.
"Selamat pagi. Makanannya sudah mulai dingin, apa perlu dihangatkan lagi?" tanyanya.
Yong Hwa tidak menjawab melainkan menarik kursi. Dengan sumpit ia mengecek makanan itu apa perlu dihangatkan.
"Tesseo." gumamnya nyaris tidak terdengar. Dengan sendok ia kemudian mencicip kimchi rebus, dan mengambil nasi. Yong Hwa memulai sarapannya.Beberapa hari tidak ada Shin Hye, sarapannya terlantar.
"Kapan kau pulang?" terdengar ia bertanya disela-sela suapannya.
"Dini hari tadi."
"Apa Chan Hee yang mengantarmu?"
"Nde."
Kemudian hening lagi. Yong Hwa melanjutkan sarapannya dan Shin Hye seperti biasa akan berdiri di sampingnya.
"Mianheyo, Oppa. Aku meninggalkan rumah tanpa memberitahumu." ucap Shin Hye. Yong Hwa tidak menanggapi. Ia tetap menyuap. Shin Hye pun tidak bersuara lagi. Hingga Yong Hwa menyudahi sarapannya dan meninggalkan meja makan. Sikap diamnya itu sulit diterka apa maknanya. Marahkah? Marah dalam suasana hatinya yang lagi kalut, jadi mendiamkannya. Biasanya ia agresif dan suka sekali melakukan kekerasan. Atau karena hatinya sedang merasa tidak tentram ia malas menanggapi ocehan Shin Hye bahkan malas mempedulikannya. Padahal Shin Hye sudah mempersiapkan diri untuk menerima kemarahan dan kekerasan fisik yang suka dilakukannya akibat kejadian di malam pesta serta kaburnya dirinya ke rumah nenek Chan Hee.Sampai berangkat ke kantor Yong Hwa tidak terdengar bersuara lagi. Shin Hye tahu ancaman Shi Yun telah sangat mengintimidasinya hingga membuatnya kehilangan semangat. Shin Hye menatapnya berlalu dengan tatap iba.
Yong Hwa sendiri meramalkan di dalam benaknya sikap Shi Yun akan penuh kemenangan kala berhadapan dengannya nanti. Shi Yun telah memegang kartu truf-nya. Tinggal mendepaknya dengan angkuh bersama petinggi dan para pemegang saham Ga Hong. Lalu mereka mempecundanginya dan ayahnya. Sebab ayahnya turut bersalah dengan melepas Sky Company demi menutupi dosanya. Tidak akan lama lagi detik-detik kejatuhannya akan terjadi. Yong Hwa memejamkan mata. Ia lalu memarkir mobilnya di basement Ga Hong dengan mental kekalahan yang membungkusnya dari ujung rambut hingga kaki.Di pintu lift ia bertemu dengan Shi Yun yang nampaknya juga datang kesiangan, jantungnya seperti akan lepas. Namun mengejutkan sebab sikap Shi Yun jauh dari dugaannya. Tatap matanya menusuk tapi lalu memaling dengan sangat kecut. Apa artinya? Harusnya Shi Yun bersorak girang kala melihatnya lalu kalimat-kalimat ejekan menghambur dari mulutnya, sebab telah menemukan celah untuk menggulingkannya dari kursinya dengan suka cita. Tapi tatap mata apa itu? Benci dan tak berdaya. Apa dengan fakta itu Shi Yun tetap tidak bisa menyerangnya? Apa yang terjadi? Yong Hwa menatap wajah Shi Yun tajam.
"Apa semalam Hyung tidak bisa tidur makanya sekarang datang kesiangan?" tanya Yong Hwa.
"Kau pun nampaknya sama. Tapi sudah barang tentu kau kalut dan sulit tidur sebab kartumu ada padaku sekarang. Nasibmu dan Samchun sepenuhnya ada di tanganku." balasnya jumawa.
"Entahlah. Sebab belum ada pengadilan yang menyatakan aku bersalah. Di jaman ini terkadang begitu mudah merekayasa bukti-bukti bukan?" Yong Hwa tidak mau menyerah.
"Serapi-rapinya kau menyimpan bangkai suatu saat pasti tercium busuknya, dan bau busuk itu sekarang mulai menyebar. Kita lihat saja siapa yang akhirnya terjungkal." tandas Shi Yun pasti. Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka, Shi Yun mendahului melangkah keluar. Yong Hwa mengikuti setelah terdiam sejenak. Meski Shi Yun begitu pasti tapi tampak ragu untuk melakukan eksekusi. Apa sebetulnya yang membuatnya ragu...? Kening Yong Hwa mengernyit seraya melangkah meninggalkan lift.
🎃Chan Hee pergi ke sekolah dengan wajah pucat karena kurang tidur. Di kelas pun ia tidak bisa mengikuti pelajaran karena benaknya terus memikirkan rangkaian kejadian kemarin. Banyak hal yang membuatnya sangat terkejut. Terakhir yang tidak mau lepas dari ingatannya adalah obrolan Shin Hye dengan Shi Yun di telepon. Sungguh seperti dalam mimpi, tapi semalam berulangkali ia menggigit bibirnya sendiri. Dan itu terasa sakit. Jadi sebenarnya Shi Yun-lah yang telah menabrak kekasih Yong Hwa hingga tewas dan Shin Hye yang dipenjara...
TBC
Hmm... sdh bln Desember z... Klo di Korea pasti suka cita msk bln desember, bkn z krn akan merayakan natal & tahun baru, tp krn agensi2 besar biasa'y melaksanakan hajat tahunan mereka. Yaitu family consert. Dmn k-idol andalan mrk pd tampil.
Dan penonton'y biasa'y banyak juga dr luar korea, mrk ga peduli dgn harga tiket yg jauh melambung. Sbb t'bayar x ya dgn menonton bnyk grup & k-idol pujaan mrk sekaligus.
Nah, FNC dlm hal ini FNC Kingdom, akan kehilangan greget agak'y dgn hiatus'y CN Blue. Sbb unt masy korea sendiri penampilan CN Blue-lah yg paling dinanti dr hajat FNC Kingdom. FT Island hanya lapis kedua, krn di korea popularitas FT Island dibawah CN Blue.
Dan klo Author berada di korea, tetap mau datang ke FNC Kingdom, walau tanpa penampilan CN Blue. Sbb ada SF9... haha..😄 pengganti CN Blue lumayan.
#infogakpenting
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK LOVE
RomanceApa jadinya jika pernikahan yang dijalani berlandaskan niat untuk membalas dendam...? Mudah diramalkan, pernikahan tidak bahagia. Pernikahan seperti itulah yang dijalani Park Shin Hye dengan Jung Yong Hwa, suami yang dijodohkan kepadanya. Pernikahan...