30

1.4K 193 16
                                    

Shin Hye malah tidak bisa menanggapi sikap sok akrab Yong Hwa itu. Ia kikuk harus bagaimana membalasnya? Kembali sok akrab? Sebab sejak awal mengenalnya pun tidak pernah seakrab itu. Atau biarkan saja, seakan tidak mengerti apa-apa. Tapi Appa memelototinya, membuat Shin Hye akhirnya membalasnya dengan perasaan aneh.
"Nde, aku habis membeli sayur, Oppa." senyumnya ceria. Hih... hatinya sendiri merasa geli. Apa-apaan? Aktris juga bukan harus akting segala! Yong Hwa tampak tersenyum puas. Shin Hye lantas berlalu ke dalam rumah.

Di dapur toko, Yong Hwa diajari Appa mengulen roti. Shin Hye kembali mengomel dalam hati, sekarang waktunya pandai membuat roti bukan belajar. Harusnya sudah ada roti matang dipajang di etalase, dan Eomma tidak harus mengatakan belum matang saat ada pembeli. Apa dia pagi-pagi datang ke tempat mereka hanya untuk merecoki?
Kesal karena belum ada roti yang bisa dijual, tanpa suara Shin Hye membuat adonan. Tahap paling sulit dari membuat roti adalah tahap mengulen. Seraya jangan lupa hygienitas harus tetap dijaga dari awal proses hingga akhir. Dan Shin Hye bisa melakukannya dengan cepat. Adonan kemudian diletakannya terlebih dahulu agar mengembang. Shin Hye yang tadi selesai masak untuk mereka sarapan menyuruh kedua orangtuanya untuk sarapan. Yong Hwa yang masih bergelut dengan adonan tertahan disana, bersama Shin Hye yang malah membuat adonan baru.
"Apa kalian tidak turut sarapan?" tatap Appa pada mereka bergantian.
"Aku sudah sambil masak tadi, Appa." balas Shin Hye.
"Dan kau, Nak mantu?"
"Aku juga sudah sarapan di rumah, Abeonim." senyum Yong Hwa.
"Baiklah kalau begitu." keduanya berlalu.

Sepeninggal kedua orangtuanya ke dalam, Shin Hye memukul-mukul adonan itu bercampur kesal.
"Whe?" tanya Yong Hwa merasa jika itu ditujukan untuk menyindirnya. "Kau tidak suka aku datang?"
"Eoh." jawab Shin Hye tegas.
"Jeongmal?" Yong Hwa melotot. Tapi Shin Hye lebih melotot lagi kepadanya sambil bertutur pedas nan panjang.
"Nde. Karena kehadiran Tuan pagi-pagi begini sangat mengganggu, apalagi minta diajari membuat roti segala. Lihat, karena kau minta diajari membuat roti, belum ada roti yang matang. Pembeli yang adalah anak sekolah butuh roti untuk sarapan, tapi jadi tidak terlayani. Harusnya kau datang di hari minggu siang kalau mau praktek membuat roti. Kalaupun roti yang kau buat gagal, kami akan satukan itu dengan roti yang suka kami sumbangkan ke gereja." cerocosnya langsung membuat Yong Hwa mengkerut.
"Tapi Abeonim tidak menolakku untuk mengajari membuat roti." sangkalnya pelan.
"Tentu saja. Appa itu orang baik. Senang membagi ilmu meski dirinya jadi merugi."
Yong Hwa diam.
"Aneh, orang sedewasa ini dan bekas manajer perusahaan besar tidak bisa berpikir cerdas. Remaja semuda Chan Hee justru lebih cerdas. Dia belajar segala hal di toko ini tanpa mengganggu pelayanan. Dan tidak dipahami juga apa motivasinya tiba-tiba ingin bisa membuat roti? Menggelikan!" dumel Shin Hye seakan orang yang diomelinya itu tidak ada.

Dan mendengar nama Chan Hee lagi dipuji cerdas, Yong Hwa tidak bisa menahan kekesalannya. Seketika ia berdiri.
"Kau sungguh tidak bisa melihat kesungguhanku. Oke, aku mungkin salah strategi, datang pagi-pagi dan berusaha membuat diriku berarti berada disini, tapi rupanya itu membuat toko ini akan merugi. Nde, aku sebaiknya pergi saja." balas Yong Hwa seraya melepas sarung tangan plastik dikedua tangannya. Lalu ia melangkah ke pintu. Tapi persis diambang pintu ia berbalik lagi.
"Aku cukup terkejut melihatmu sekarang berani marah padaku, Shin Hye-ssi." ucapnya setengah menggugat.
"Nde, karena sekarang aku tidak harus mengalah lagi terhadap siapa pun. Semua orang sudah tahu siapa yang menabrak Nn Soo Ji. Saat semua orang mengetahui hal itu, Yong Hwa-ssi, saat itulah kemerdekaanku. Dan aku juga siap melepaskan diri dari pernikahan biadab ini." tandas Shin Hye membuat Yong Hwa langsung bisu. Tidak mampu bicara.

Shin Hye pun tidak berusaha menahannya untuk pergi. Justru ia mengantar Yong Hwa meninggalkan toko rotinya dengan sorot puas. Kuduk Yong Hwa meruap sambil berjalan meninggalkannya. Jangankan untuk membuatnya terkesan, usahanya belajar membuat roti justru memurkakan Shin Hye. Karena ia jadi menghambat. Tidak dinyana Shin Hye yang tampak demikian lemah saat hidup bersamanya, rupanya wanita sekuat baja yang sulit ia buat terkesan. Ini sangat mengerikan. Dia pun tadi mengatakan pernikahan yang mereka jalani itu disebutnya pernikahan biadab? Berani sekali. Jika faktanya seperti ini siapa yang sudi memulai lagi hidup bersamanya? Yong Hwa menggeretakan rahang. Ia lalu membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan ujung gang tempat tinggal Shin Hye.
🎃

Ayah dan ibunya Shin Hye mengernyit tidak menemukan lagi Yong Hwa di toko rotinya hanya mereka tinggal sarapan.
"Dia pulang." beritahu Shin Hye datar.
"Wheo? Kenapa sudah pulang lagi? Apa dia bilang akan pergi ke kantor?" tanya Eomma.
"Aniyo. Dia mungkin merasa aku menyuruhnya pergi. Ah, pria sensitif seperti itu, Eomma. Biarkan saja."
"Kalian bertengkar?" tatap Eomma.
"Karena dia mengganggu sekali. Harusnya jangan minta diajari membuat roti pada jam seperti ini. Appa juga harusnya menolak mengajari sebab kasihan pelanggan, mereka jadi tidak mendapatkan rotinya."
"Dia tidak minta diajari membuat roti, Shin Hye-ya. Appa yang bilang dia harus bisa membuat roti. Lalu nanti cicipi sendiri roti buatannya itu. Appa ini sudah tua untuk terus membuat roti. Appa ingin ada banyak orang yang bisa membuat roti, supaya bila Appa dan Eomma sudah tiada nanti kau ada banyak orang yang membantu." ucap Appa membuat Shin Hye menelan ludah.
"Tapi tetap saja mengganggu." gumamnya.
"Appa bahkan rela untuk tidak berjualan hari ini kalau memang tidak ada roti yang bisa kita jual. Tapi suamimu dengan sengaja meluangkan waktu disela-sela kesibukan kantornya, kita patut hargai itu. Toh keuntungan kita setiap hari juga tidak seberapa, hanya cukup untuk menyambung hidup. Tidak ada salahnya kita membuang sehari waktu kita untuk berbuat baik terhadap sesama. Apalagi dia bukan orang lain." nasehat Appa yang sulit untuk Shin Hye bantah lagi.

Karena Appa tidak tahu seperti apa orang yang Appa sebut mantu itu sebenarnya. Semakin hari Shin Hye semakin tidak ingin hidup bersama kembali dengan Yong Hwa. Semakin memikirkannya semakin kuat penolakan di dalam hatinya. Maka saat Yong Hwa berusaha mendekatinya, yang ada ia merasa kesal. Dan meski ayahnya mengatakan kejadian itu bukan salah Yong Hwa, Shin Hye pun tidak menyesal telah membuat Yong Hwa angkat kaki dari rumah dan toko rotinya. Semoga dia kapok untuk balik lagi, terlebih untuk mengajaknya hidup bersama lagi. Ya, memang tidak ada yang bisa mereka perbaiki.

Tapi mengejutkan. Esok harinya Yong Hwa sudah berada lagi di toko rotinya pada jam yang sama seperti kemarin. Dia sedang mengulen roti dan tampak lebih luwes dari kemarin. Bahkan ketika Shin Hye melongok etalase, roti matang sudah berbaris rapi siap menunggu pembeli.
Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya Yong Hwa tersinggung atas umpatannya kemarin? Dan membuatnya malas untuk datang lagi. Tanpa mempedulikannya sama sekali dia serius mengulen, dengan hasil ulenannya yang cukup baik dia memperlihatkannya kepada Appa, setelah Appa bilang cukup, ia meletakan dengan ditutup kain agak basah supaya mengembang. Yong Hwa nampaknya sudah memahami prosesnya. Dengan teliti ia lalu mempersiapkan lagi bahan untuk kembali membuat adonan. Shin Hye menghela napas melihatnya.

Yong Hwa seperti ingin membuktikan kepada Shin Hye jika kehadirannya itu sama sekali bukan untuk merecoki atau menghambat bisnis roti mereka. Justru dalam rangka mendekatkan diri agar dapat diterima oleh keluarga Shin Hye. Atau untuk lebih gamblangnya dalam rangka mencuri hati Shin Hye.
Saat mendengar Shin Hye mengatakan pernikahan mereka sebagai 'Pernikahan biadab', kepalanya terasa panas. Ingin menyanggah namun pemakaian istilah itu terlalu pas dengan kondisi sebenarnya tentang pernikahan mereka. Maka semalaman Yong Hwa melihat video bagaimana membuat adonan roti dengan baik lalu dia mengikutinya.

TBC 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang