Kurasa, menunda kepindahanku hanya untuk merawat Jimin adalah pilihan terburuk yang pernah kuambil selama hidupku. Aku yang tadinya berniat menjauh dari Jimin-- agar perasaanku padanya hilang, jadi semakin sulit untuk melupakannya karena hampir 24 jam aku selalu ada di sampingnya.
Memapahnya, membawanya kesana kemari, membuatku sering bersentuhan dengannya, kan? Sungguh, itu benar-benar membuatku semakin sulit untuk menghilangkan perasaan tak diundang ini.
"Jim, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Uang deposit untuk sewa apartemen juga sudah dibayar, jadi aku lebih baik segera pindah dengan cepat," paparku saat aku masuk ke dalam kamarnya sembari membawa semangkuk penuh bubur ayam.
"Jangan keluar sebelum kakiku sembuh sepenuhnya," titah Jimin. Kenapa rasanya dia seperti melarangku untuk pergi dari apartemennya?
"Kau benar-benar membuatku seperti seorang perawat. Kau kan juga bisa pakai tongkat untuk memapah tubuhmu. Kenapa harus aku yang memapahmu kemanapun?" Ketusku sembari bersidekap, memerhatikan Jimin yang tengah mengambil mangkuk buburnya.
"Kau sudah janji untuk merawatku sampai kakiku sembuh," ingat Jimin sembari tersenyum tipis dan mulai memakan buburnya.
Aku memutar bola mataku dengan malas, ah.. tentu saja saat itu aku segera berjanji saat melihat Jimin mengerang sakit seperti orang yang tengah berada di ambang kematian.
Busan, Agustus 2019
Haeundae, Bangso-dong
Kamar Jimin
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Busan [ PJM Series ]
Короткий рассказ[ COMPLETED ] ✔ Aku Kamu dan.. Musim panas di Busan