"J-Jim, itu kau?" Tanyaku dengan suara bergetar. Tapi sayangnya, aku tidak mendengar sahutan Jimin. Yang kurasakan sekarang hanya sentuhan lembut di pergelangan tanganku-- merasakan jika pria yang kutahu adalah Jimin ini tengah membuka ikatan tanganku.
Segera setelah ia melepaskan ikatan tanganku, ia segera menuntut salah satu tanganku untuk menyentuh pipinya. Aku mengusap lembut pipinya, menuntun kedua tanganku untuk menjamah kulit wajahnya.
Sedangkan kini, aku merasa jika dia tengah membuka ikatan kain yang menutup mataku. Dan tepat setelah ikatanku terlepas, hal pertama yang kulihat adalah sosok Jimin. Benar-benar Park Jimin.
"J-Jim--" belum selesai aku berujar, Jimin sudah lebih dulu memelukku dengan erat, "Kau tahu aku khawatir denganmu, hah? Kau tahu betapa paniknya aku saat tidak menemukanmu di dalam apartemenku? Kau tahu betapa marahnya aku saat melihatmu dibawa paksa oleh 3 orang berbadan kekar. Kau tahu betapa menyesalnya aku jika aku terlambat untuk mencegahmu tadi? Kau tahu betapa sakitnya aku jika seandainya aku menemukan orang yang kucintai dalam keadaan sudah tidak bernafas lagi?"
Aku benar-benar terkejut dengan ucapan Jimin saat ia berkata perihal 'orang yang kucintai'. Ini sungguhan? Ini bukan sebuah lakon yang Jimin perankan untuk membuatku merasa bersalah, kan?
"Mungkin ini terdengar gila. Mungkin pengakuanku ini akan kau tertawakan. Tapi, aku benar-benar menjilat ludahku sendiri. Aku tak bisa menyingkirkan fakta bahwa aku benar-benar tak mau kehilangan dirimu. Bukan karena uang, melainkan karena cinta yang tumbuh begitu cepat."
Jika ini nyata, berarti aku harus benar-benar bersyukur. Tuhan tidak membuat cintaku bertepuk sebelah tangan lagi.
Busan, Agustus 2019
Haeundae, Jwa-dong
Gedung tinggi
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Busan [ PJM Series ]
القصة القصيرة[ COMPLETED ] ✔ Aku Kamu dan.. Musim panas di Busan