Aku berdiri di balkon apartemen sembari memandangi keindahan kota Busan. Malam yang sungguh indah, membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Udara dingin membuat diriku mengeratkan pegangan pada mug putihku yang berisi coklat panas.
Ini musim panas, tapi saat malam tetap saja hawanya dingin. Dan juga.. beberapa hari lagi musim panas akan berakhir dan berganti menjadi musim gugur.
Aku segera menoleh saat sadar jika sekarang aku tidak sendiri, ada Jimin yang ikut berdiri di sebelahku. Padahal tadi jelas sekali jika dia tidak mau menemaniku melihat keindahan kota Busan lewat balkon apartemennya.
"Mengapa menaklukkan hati paman sangat susah sekali? Padahal aku serius ingin mengajakmu menikah," keluh Jimin sembari menggeserkan tubuhnya hingga kini lengan kami berdua menempel.
Aku terkekeh pelan, kasihan juga melihat Jimin yang frustasi karena ulah ayah angkatku yang masih belum memberikan restu pada Jimin untuk menikahiku.
Sekarang ini, tidak ada lagi yang menerorku. Debt Collector itu sudah diringkus oleh polisi setempat dan akan dijebloskan selama kedalam penjara. Aku bisa bernafas lega karena Jimin.
"Apa ini semua salahku, Jim?" Tanyaku sembari tertawa pelan, membuat Jimin sedikit kesal.
"Ya. Jika saja kau tidak bilang pada Paman bahwa aku hanya menganggapmu sebagai ladang uang pasti jadinya tidak akan sesulit ini," pungkas Jimin dengan lugasnya, sementara aku hanya bisa tertawa.
"Lagipula memang benar kan? Kau sendiri yang berkata bahwa aku adalah ladang uangmu," sungutku tak mau kalah.
"Ck, kau ini memang tidak bisa menangkap kode yang kuberikan! Aku mengatakannya karena aku tidak bisa jujur pada perasaanku sendiri. Bahkan aku rela pura-pura jatuh di kamar mandi hanya demi menahanmu untuk tidak pergi dan terus bersamaku," celetuk Jimin dengan cerewetnya.
"Salahkan dirimu kenapa kau tidak mau jujur," ledekku. Aku kembali melihat keindahan kota Busan, lampu yang menyala dimana-mana menambah kesan cantik kota ini. Aku benar-benar menyukai Busan.
"Eve,"
"Hmm.."
"Musim panas selanjutnya, selanjutnya dan selanjutnya.. mari tetap terus bersama. Bukan hanya di musim panas, tapi seluruh musim. Aku ingin membuat setiap musim, khususnya musim panas.. menjadi berkesan karena kehadiranmu."
Aki tersenyum mendengar perkataan Jimin. Rasanya, air mata ini hampir keluar karena perkataannya. Kalimatnya sungguh membuatku terharu.
"Ya. Mari lalui setiap musim bersama, Jim. Kau dan aku, kita berdua."
Aku segera meletakkan mug putihku di meja kecil yang kebetulan berada tak jauh dariku, lalu sejurus kemudian aku segera merentangkan tanganku sembari berujar, "Beri aku pelukan di akhir musim panas tahun ini."
Jimin tersenyum dan aku sangat suka senyumannya. Lalu, kami berdua sama-sama saling berbagi pelukan, "Aku mencintaimu."
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Busan [ PJM Series ]
Cerita Pendek[ COMPLETED ] ✔ Aku Kamu dan.. Musim panas di Busan