"Disini saja," tukas Jimin, membuat aku tercengang.
"Jim, ini sudah jam 11 malam, aku juga mau tidur," sungutku kesal. Sudah hampir seharian aku menemaninya di dalam kamar besar ini. Sungguh, aku sudah seperti orang idiot yang tidak tahu harus melakukan hal apapun selain duduk diam sembari memperhatikan Jimin yang sibuk tertawa di hadapan ponselnya.
Aku terdiam saat melihat Jimin menepuk-nepuk sisi kasurnya yang kosong, "Kau bisa tidur disini."
"K-kau gila Jim? Tidak, tidak. Bagaimana bisa kita tidur bersama," tawaku tak jelas, padahal sebenarnya aku juga ingin tidur disebelah Jimin malam ini.
"Yasudah, tidur saja di lantai kalau tidak mau di kasur. Yang penting jangan keluar dari kamarku," kata Jimin sembari meletakkan ponselnya di nakas kecil sebelah ranjangnya.
Aku menghela nafasku pelan, tidak mau menjadi wanita munafik yang terus-terusan menolak, padahal hatinya bergejolak ingin. Buru-buru, aku segera menempati sisi kasur Jimin yang masih kosong. Tubuhku benar-benar kaku saat ini, sepertinya efek tidur seranjang dengan Jimin.
Kini, aku dan Jimin baring dengan posisi yang sama-- terlentang menatap langit-langit kamar.
"Eve,"
"Hmm?"
"Mari berbagi pelukan. Aku tidak bisa tidur nyenyak jika tak memeluk sesuatu. Dan ya.. aku bosan tidur dengan memeluk bantal guling terus," tutur Jimin, ia melirik kearahku.
"Ha? Apa Jim? Apa aku tidak salah dengar?" Gugupku. Dan tepat setelah itu, aku mendapati kepala Jimin yang menggeleng pelan.
Busan, Agustus 2019
Haeundae, Bangso-dong
Kamar Jimin
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Busan [ PJM Series ]
Historia Corta[ COMPLETED ] ✔ Aku Kamu dan.. Musim panas di Busan