02

503 69 2
                                    

02.


Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu.

Tulus-Sepatu

Shintya berulangkali menahan kekesalannya kepada Fira.

Kakinya sudah terlalu lelah untuk berjalan kembali mengintari seluruh isi mall itu.

Shintya akhirnya menghentikan langkahnya sehingga Fira juga ikut berhenti. Shintya berdecak, "kalau lo cuma muter-muter nggak jelas doang mending gue pulang!" Ancam Shintya.

Fira sontak memutar badannya sehingga berhadapan dengan Shintya, ia meringis, "jangan dong! Bentar lagi ya." Fira menyatukan telapak tangannya memohon kepada Shintya.

Sudah hampir satu jam mereka hanya berputar-putar mengelilingi mall bukannya membeli sesuatu disana malah hanya melihat-lihat sesekali menempelkan baju dibadan namun ujung-ujungnya juga tidak dibeli. Kadang Fira mengambil boneka ditumpukan boneka tapi hanya ditumpangi foto saja tidak dibeli.

Shintya pikir akan ada Derro atau lebih parahnya akan ada Dhavin disini tapi ternyata tidak ada,

Shintya hanya ingin pulang dan segera berhambur kekasurnya sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaannya sampai tertidur.

"Shin ini cocok nggak sama gue?" Fira mengambil sebuah gaun dari gantungan dan menempelkan kebadannya.

Shintya mengangguk malas. "Enggak," ujarnya.

Fira berdecak kecal. "Dari tadi kalau ditanya cocok pasti bilang enggak terus tapi pala ngangguk terus. Masa segini banyak baju nggak ada yang cocok sama gue?"

"Kalaupun gue bilang cocok nggak bakal lo beli kan?" Jawab Shintya dengan ketus.

"Hehe... ya nantilah gue belinya sekarang mah cuma lihat-lihat dulu ada yang bagus apa enggak!" Fira meringis.

"Suka-suka lo! Gue mau pulang!"

"Ehh tungguin!" Fira mengembalikan gaun yang tadi diambilnya lalu berlari mengejar Shintya yang sudah menjauh.

"Udah tahu mall mau tutup juga masih aja keliling-keliling ngak jelas!" Gerutu Shintya sambil terus berjalan dengan cepat tapi Fira sudah bisa mengejarnya.

"Mending tadi gue tidur aja udah enak!"

"Enggak berfaedah banget kesini!"

***

Sudah larut malam mereka sampai dirumah Shintya. Shintya ingin segera masuk ke dalam rumahnya namun tujuannya itu dihentikan oleh Fira.

"Apa?!" Tanya Shintya sedikit berteriak ada nada judes di pertanyaannya. Ia masih sedikit kesal tapi Fira tetap biasa saja.

"Gue nginep dirumah lo, ya." Fira memesang puppy eyes-nya agar bisa meluluhkan hati Shintya. Namun Shintya malah diam saja. "Udah malem banget nih, lo nggak takut gue di culik?"

"Enggak!"

Fira akhirnya melepaskan cengkraman tangannya dari Shintya sehingga Shintya bisa berjalan mendahuluinya, "ah! Suka tega lo sama gue." Fira membuntuti Shintya dibelakang.

Mereka berdua memasuki rumah Shintya yang besar, suasanannya sangat sepi tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain selain mereka berdua. Fira tidak mau berfikiran negative tentu saja rumah sepi karena penghuninya sudah pada tidur.

Sedetik kemudian lampu dirumah itu mati, Shintya menjerit. Ia takut dengan gelap. "Ra!" Shintya memanggil Fira untuk mengetahui dimana keberadaan temannya itu. Ketika gelap dan sendiri entah mengapa tapi pasti pikiran gadis itu melayang membayangkan hal-hal menyeramkan. Seperti tidak bisa dihilangkan dari pikiran.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang