14

173 26 6
                                    

Bel dibunyikan setelah Bagas selesai memarkirkan motor ninja hitamnya. Shintya berjalan terlebih dahulu meskipun gadis itu yakin tidak akan mendapat hukuman namun tetap saja akan malu bila berjalan sendiri di luar kelas dengan membawa tas. Shintya tidak memperdulikan Bagas. Pagi ini mereka memang berangkat bersama. Shintya pikir tidak ada salahnya untuk membuka hati kepada Bagas memperbaiki semuanya dan memulai dari awal. Mau bagaimana pun juga Bagas tidak mempunyai salah apapun kepadanya.

Benar dugaan Shintya. Sesampainya di kelas tidak ada gurunya karena selesai UAS guru-guru akan disibukkan dengan mengsisi rapor siswa. Dan siswa dibebaskan. Hanya menunggu acara class meeting dan pensi yang telah dirancang oleh para pengurus OSIS.

Shintya menghampiri Rani dan Fira yang tengah mendebatkan sesuatu. Bukan pemandangan asing lagi jika kedua temannya bertengkar. Itu merupakan hal yang sangat wajar dan normal yang sering Shintya saksikan. Padahal sebenarnya mereka berdua itu kompak.

"Kok lo malah belain Gina?!" Suara Fira meninggi. Sementara Rani tampak acuh.

"Gue nggak belain Gina! Gue nggak belain siapa-siapa! Gina tuh Cuma pergi nonton sama Derro bukannya naena!"

"Ihhh ngeselin banget sih lo! Mangkannya cari pacar! Gimana perasaan lo kalau pacar lo pergi nonton sama cewek lain!" teriak Fira histeris.

Dengan menyimak percakapan mereka dari kejauhan Shintya sudah bisa menebak hal apa yang tengah mereka debatkan. Shintya hanya bisa memutar bola matanya malas. Dia sudah terlalu bosan melihat pemandangan kedua temannya seperti ini.

"Dengan lo uring-uringan nggak jelas gini, itu tandanya lo takut ketikung sama cewek kayak Gina! Lo nggak pede sama diri lo!" Rani membalas Fira tanpa dengan nada yang gentar.
Fira menatap Rani tidak suka lalu beralih menatap Shintya dengan bibir yang mengerucut. Rupanya dia sudah sadar dengan kehadiran Shintya. "Shiiinn! Rani ngeselin gue kesel sama diaaaa," rengek Firaa. Tapi Shintya justru menghela nafas malasnya.

"Terus gue harus gimana?" tanya Shintya sambi mendekat lalu meletakkan tasnya di tempat duduknya.

"Temenin ketemu Gina. Gue mau ngasih pelajaran ke dia! Berani-beraninya dia jalan sama cowok gue!" ucap Fira tidak nyambung tapi dengan sangat menggebu-gebu.

"Fira tuh berlebihan, Shin. Masa gitu doang mau dilabrak!" Rani menatap Shintya lalu menatap Fira tidak suka.
"Idiihh siapa sih yang mau ngelabrak? Gue cuma mau ngobrol sama Gina. Jangan sotoy deh lo!" bantah Fira.

Shintya menghela nafasnya. "Oke-oke kita cari Gina, tapi lo jangan ngelabrak dia, ya!" kata Shintya menyanggupi. Lagi pula kelas kosong tidak ada salahnya sambil jalan-jalan juga.

Rani tampak kesal namun gadis itu juga tetap mengikuti Shintya dan Rani menemui gadis bernama Gina yang sedang berlatih menari di ruang tari.

***

Salah satu hobi dan kegemaran mereka ketika membolos atau sedang jam kosong adalah mengintip cewek-cewek latihan tari. Karena pada saat itu tubuh penari akan berlenggak-lenggok dan menambah asupan live bagi mereka. Karena mengintip cewek-cewek menari tidak sesusah mengintip cewek-cewek berenang. Maka Dhavin, Reno, dan Derro sangat suka melakukannya. Siapa lagi kalau kegiatan ini bukan ide Reno yang sudah dilakukannya tiga tahun selama bersekolah di SMA Cendekia bersama teman setianya ̶ Derro.

"Ohh jadi Teressa yang itu?" Dhavin memanggut-manggut sambil terus mengintip. Reno mengangguk semangat membenarkan sementara matanya tidak terlepas dari Gina.

"Mantep bener bodynya si Gina," celetuk Reno, Dhavin dan Derro kompak mengangguk. "Yoi," setuju Dhavin.

"Sayang banget deh Derro gagal nonton bareng," celetuk Reno.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang