15

202 40 152
                                    

Kegiatan Class Meeting sudah diumumkan kepada masing-masing Ketua Kelas. Kelas Shintya sibuk sedang mengatur siapa yang akan menjadi perwakilan kelas setiap perlombaan yang ada. Karena setiap perlombaan wajib diikuti atau jika tidak akan dikenai denda sesuai apa yang telah disepakati. Hari ini adalah pembagian tugasnya dan konfirmasi oleh siswa yang bersangkutan setelah diobrolkan semalam melalui group chat kelas. Mengingat beberapa hari lagi Class Meeting sudah dilaksanakan jadi pembagian dilakukan pada hari ini agar terdapat waktu latihan supaya lebih matang dalam menghadapi perlombaan bergengsi antar kelas di SMA Cendekia itu.

Dito selaku ketua kelas bertepuk tangan tiga kali dengan keras mengisyaratkan seluruh pandangan dan perhatian penghuni kelas agar terpusat kepadanya.

"Teman-teman dengerin gue! Perwakilan lomba sesuai apa yang telah diobrolkan kemarin di group chat, anak cowok biar koordinasi sama gue dan anak cewek koordinasi sama Tasya," jelas Dito. Semua mengangguk mengerti, meskipun ada sedikit kegaduhan karena merasa tidak setuju dengan yang telah di rundingkan di group chat namun tidak ada yang memprotes ke depan. Ikhlas tidak ikhlas demi kebaikan kelas dan bersama.

"Ada pertanyaan?" Tasya mengangkat tangannya setelah Dito mempertanyakan apakah ada pertanyaan.

"Kenapa, Sya?" tanya Dito saat melihat tangan Tasya terangkat.

"Gue mau mengundurkan diri dari tim basket," ujarnya keras dan membuat semua mata terbelalak. Terkecuali dengan Shintya yang maasih dengan muka datarnya.

"Loh nggak bisa gitu dong, Sya. Lo kan yang paling pinter di antara kita," kata Shandra tidak terima. Tasya memang salah satu yang paling jago bermain basket dia bahkan menjadi ketua eksuk basket putri meskipun dia adalah anak pindahan. Maka tidak salah jika semua langsung was-was mendengar pernyataan Tasya yang terdengar gila itu.

"Kemarin gue nggak cek grup, gue juga belum setuju, kan?" ucap Tasya beralasan.

"Tapi bener kata Shandra, Sya ada apa sih? Kenapa lo nggak mau ikutan?" tanya Dito memastikan.

"Ada kok yang lebih pinter dari gue." Tasya melirik Shintya sekilas jelas bermaksud memberitahukan alasannya yang sesungguhnya ingin keluar dari tim basket. Kontan semua mata mengikuti ke mana ekor mata Tasya melirik.

"Kalian tanya sendiri ke yang lebih tau kenapa gue pengin keluar," kata Tasya. Semuanya mengernyit. Tidak biasanya gadis berprestasi itu berubah menjadi bermulut pedas dan tajam. Atau mungkin hanya tidak ada yang sadar saja?

Rani yang sadar amarah Shintya dipancing menepuk bahu sahabatnya itu. Berusaha menangkan. Meskipun aslinya Rani sendiri juga terbawa suasana menjadi panas. Shintya menatap Rani sendu mengisyaratkan bahwa ia tidak apa-apa.

Suasana hening. Semua saling tolah-toleh karena perkataan Tasya. Saling melirik arah lirikan Tasya yaitu melirik Shintya.

Shintya menyadari semua orang kini memperhatikannya kini dia mengangkat tangan. "Biar gue aja yang keluar," ucapnya tanpa ekspresi.

"Yah, Shin kok lo ikut-ikutan keluar, sih?" keluh Shandra yang langsung menyahut.

Shintya tersenyum sinis kepada semuanya. "Gue nggak bego ya. Dan gue juga sadar diri. Kalian tau nggak sih? Kalau perkataan Tasya tadi sebenarnya adalah kode buat gue supaya gue keluar. So, gue nurut aja. Lagian gue bukan tipe orang yang mau bekerja sama dengan orang jahat." Shintya menekan kalimat terakhirnya lalu balas melirik Tasya bermaksud menyindir balik.

Semua masih hening. Setelah Shintya, Rani, dan Fira berjalan keluar dari dalam kelas. Mereka melewati tempat dimana Tasya berdiri. Fira berjalan mendekati Tasya dan mendorong bahu kanan Tasya menggunakan dua jari tangannya sehingga Tasya hampir terjatuh kebelakang kalau saja tidak ditahan oleh Yola.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang