07

204 32 10
                                    

07.

Intuisi ku selalu mengarah kepadamu.

Yura Yunita - Intuisi

Shintya tidak menolak saat Dhavin mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat, gadis itu juga hanya diam ketika Dhavin menghentikan mobilnya di pinggir jalan di depan sebuah toko.

Dhavin melepas sabuk pengamannya, lalu melirik gadis di sampingnya. "tungguin di sini, jangan kemana-mana gue cuma sebentar."

Shintya menghembuskan nafas beratnya setelah Dhavin keluar. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat kepingan memori kembali terlintas di ingatannya. Dari awal Shintya memang tidak salah, Dhavin begitu mirip dengan Dhava, penampilan fisiknya hampir sama. Mungkin hanya berbeda tinggi dan gayanya saja. Dhavin begitu mengingatkan Shintya dengan sosok Dhava, perasaannya bercampur aduk ketika bersama dengan lelaki itu. Shintya melihat sosok Dhava kembali namun dengan rasa dan sifat yang tentunya berbeda. Dua tahun tidak bisa dibilang waktu yang cukup untuk melupakan seseorang apalagi jika seseorang itu sudah sangat berkenan di hati. Mungkin Shintya masih tidak percaya dengan peristiwa dua tahun lalu, namun terkadang berbagai hal menyadarkannya bahwa Dhava sudah tidak bersamanya lagi.

***

Shintya menginjakkan kedua kakinya ke tanah setelah menutup pintu mobil, ia melihat ke bangunan besar di depannya.

Rumah Sakit.

Tanpa mengatakan apa-apa Dhavin melangkah pergi memasuki gedung rumah sakit itu dan lagi-lagi Shintya hanya mengikutinya dari belakang dalam diam.

Setelah berhenti di depan sebuah kamar, dengan hati-hati Dhavin membuka knop pintu yang atasnya terdapat tulisan 'VVIP ROOM 1' beriringan dengan ucapan salam yang langsung di jawab oleh penghuni ruangan setelah pintu berhasil terbuka.

Di dalam ruangan mewah itu hanya terdapat dua penghuni yaitu seorang lelaki paruh baya yang tertidur di atas ranjang, dan satu orang perempuan berjilbab yang duduk di sofa kecil di dekat ranjang. Wanita itu tampak terkejut melihat kehadiran Shintya di belakang Dhavin.

Hingga Shintya mencium punggung tangannya wanita itu masih terkejut sebelum tersadar kembali karena pertanyaan dari Dhavin. "Keadaan papa gimana, ma?"

"Tadi udah minum obat, mangkannya sekarang tidur," jawab wanita itu.

Shintya mengernyit samar saat mendengar Dhavin memanggil kata 'ma' kepada perempuan itu. Wanita yang kata Dhavin sexi dan menjadi pemandangannya setiap hari sungguh sulit dipercaya.

Masalahnya wanita yang perkiraannya masih berumur tiga puluh tahun itu terlihat cantik dan anggun dengan hijabnya, sangat jauh dari perkiraannya selama ini yang berpatokan kepada kata 'sexy'.

"Ngomong-ngomong kamu bawa siapa, Vin?" Nama wanita yang merupakan ibu Dhavin itu adalah Yulia, kini melirik keberadaan Shintya.

Dhavin tidak menjawab, cowok itu sudah terlanjur memasang headset di kedua telinganya sambil bermain game online di hpnya.

"Nama saya Shintya, tante. Temannya Kak Dhavin," ujar Shintya memperkenalkan diri.

"Nama tante Yulia, tante pikir kamu pacarnya Dhavin loh!" goda Yulia. Shintya hanya tersenyum.

"Bukan, tante," kata Shintya dengan sopan.

Yulia tersenyum manis, "kamu cantik banget! Beruntung kalau Dhavin bisa dapetin kamu."

"Dhavin sering deket sama cewek, tapi enggak ada yang dikenalin sama tante," Yulia tampak masih mengingat-ingat, "ada sih, satu, tapi sudah lama banget. Satu tahun yang lalu."

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang