Dua hari terbaring di rumah sakit kini kondisi Shintya sudah membaik dan sudah diperbolehkan untuk pulang bahkan dia sudah pergi ke sekolah seperti biasanya. Sekarang sudah tidak banyak yang membencinya karena semua siswa di SMA Cendekia sudah tahu tentang kabar bahwa Shintya dan Dhavin sudah putus.
Shintya sekarang juga lebih sering melihat Tasya bersama Dhavin. Meskipun kadang masih menyesakkan dadanya namun Shintya juga bersyukur karena dengan begitu dia lebih mudah untuk melipakan Dhavin untuk mencintai Dhava kembali.
Siang itu ditemani oleh Rani dan Fira, Shintya berjalan tergesa-gesa untuk sampai di parkiran demi mencegat Tasya dan Dhavin karena sekarang mereka berdua juga sering berangkat dan pulang bersama.
Tak lama menunggu akhirnya Tasya dan Dhavin muncul juga. Shintya tersenyum terlihat senang karena dia tidak harus menunggu sambil berdiri lebih lama lagi.
“Hai, Sya,” sapa Shintya untuk berbasa-basi.
“Hai,” sapa balik Tasya dengan canggung. Pasalnya ini kali pertama mereka berbicara kembali setelah kejadian di kantin satu minggu yang lalu.
“Gue boleh nggak ikut lo pulang ke rumah lo? Ya.. kan kita sebentar lagi saudaraan nih jadi nggak papa, dong?” tanya Shintya. Tasya sempat terkejut namun akhirnya dia mengangguk.
“Serius? Makasih, ya!” ucap Shintya dengan reaksi yang berlebihan kalau menurut Tasya. Sebelumnya dia tidak pernah melihat sikap Shintya yang sehangat sekarang, jadi ucapan terimakasih sampai memeluk segala itu merupakan reaksi yang berlebihan sekali.“Eh ̶ tapi kalian nggak lagi mau kencan, kan?” tanya Shintya sambil tersenyum menggoda kepada Tasya dan Dhavin.
Semua orang yang melihat hal itu terkejut tidak percaya Shintya akan mengucapkannya. Meskipun terkejut pada akhirnya Tasya menggeleng pelan.
“Yaudah yuk! Kita langsung aja ke rumah lo!” ucap Shintya dengan semangat yang membara. Shintya berjalan ke luar gerbang setelah mengucapkan terimakasih kepada Rani dan Fira karena mereka sudah menemaninya.Setelah melihat ke kanan dan ke kiri dan juga kondisi jalanan sudah tidak terlalu ramai gadis itu menyeberang.
Ia masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan itu setelah pintu mobil dibukakan oleh Dhava. Sekarang cowok itulah yang menjadi sopir pribadinya karena selalu mengantarkannya ke mana-mana.
Mobil yang ditumpangi Shintya mengikuti motor beat putih milik Dhavin. Shintya sendiri juga tidak habis pikir kenapa aktingnya sangat bagus di hadapan Tasya dan Dhavin tadi. Padahal sekarang hanya melihat motor Dhavin yang melaju sambil membonceng Tasya saja sudah membuat dirinya teringat bahwa dulu tempat yang diduduki Tasya itu adalah tempat favoritnya selama punggung Dhavin berada di depannya.Tak sampai menghabiskan waktu berjam-jam Shintya sudah sampai di rumah Tasya yang sederhana dan jauh jika dibandingkan dengan rumahnya yang besar.
“Silahkan masuk, sorry kalau berantakan,” ujar Tasya setelah berhasil membuka pintu rumahnya.
“Santuy, rumah gue kalau nggak ada Bi Wati malah lebih parah,” celetuk Shintya lalu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attendance [Selesai]
Подростковая литератураDikenal sebagai gadis cantik, populer dan menjadi the most wanted girl di sekolahnya, Shintya Ayra Putri juga terkenal menolak semua cowok yang mendekatinya karena masih menunggu kedatangan Dhava-- sahabat dari kecil yang pergi setelah menyatakan ci...