17

173 32 29
                                    

"Shin!" Fira melambaikan tangannya saat mata Shintya terlihat mencari seseorang.

Shintya berlari kecil menghampiri Fira dan Rani. Kegiatan babak final class meeting akan segera dimulai. Fira dan Rani sudah stand by menempatkan diri di tribun paling depan.

"Kenapa lo, seneng banget kayaknya? Habis ngedate sama Kak Dhavin segitu banget ya senengnya?" tanya Shintya heran saat melihat Fira banyak tersenyum pagi ini. Padahal tidak bisa dipungkiri kalau hatinya merasa sedikit cemburu.

Fira kembali tersenyum. "Makasih ya, Shintya sayang rencana lo sama Kak Ganteng emang top deh!"

Shintya malah semakin bingung mengapa Fira tiba-tiba berterimakasih dan rencana? Rencana apa? Bahkan Shintya tidak tahu maksudnya Fira. "Gila lo!"

Bukannya akan ngeyel seperti biasanya Fira kali ini kembali tersenyum dan bertingkah tidak jelas seolah sedang kasmaran.

"Kenapa sih dia?" tanya Shintya pada Rani.

Rani terkekeh melihat tingkah Fira. "Semalem dia dilamar." Rani mengangkat satu tangan Fira dan memperlihatkan sebuah cincin berwarna emas putih di jari manis Fira.

"Sama Kak Dhavin?" kaget Shintya dengan jantung yang tiba-tiba berdetak tidak karuan.

"Sama cowoknya lah," jawab Rani. Shintya langsung bernafas lega mendengar itu.

"Enggak dilamar tauuu, cuma dii.. alhsnigakqkab sosweet pokoknya. Pokoknya makasih banget, Shin," ujar Fira sekali lagi dan membuat Shintya mengernyit sekali lagi.
"Gue ngg_"

"SAYAAAAAANG SEMANGAAATT!"

Seluruh perhatian penonton sebagian tertuju kepada Fira karena teriakannya yang tiba-tiba. Shintya dan Rani kompak melotot kepada Fira.

"Fira, please lo malu-maluin!" kata Rani geram.

"Bukan temen gue, hehe." Shintya menambahi.

Derro melemparkan senyum kearah Fira juga melambaikan tangannya. Dhavin hanya menolehkan kepalanya namun matanya sempat bertemu dengan mata Shintya, ia juga tersenyum tipis kemudian kembali memfokuskan pandangan ke depan.

Dan tak lama kemudian permainan pun dimulai.

Meskipun kelas XII melawan dengan kelas XI namun permainan berlangsung sangat sengit tidak ada yang kendor sama sekali. Semua saling bekerjasama. Kedua tim bermain dengan sangat bagus, sangat sulit bagi keduanya untuk mencari celah.

Sorak-sorak dari kubu suporter membuat suasana semakin panas dan tegang. Karena ada lomba antar superter sehingga semua suporter beradu yel-yel paling meriah.

Mata Shintya tidak lepas dari pergerakan Dhavin, cowok itu berlari dan menggiring bola melewati pemain dari lawan dengan lincah. Namun sayang Yayan bisa mengahadangnya. Shintya refleks berdecak melihat hal itu.

"Ck. Anjir si Yayan!" makinya.

Rani langsung menoleh sesaat sebelum bertanya, "sebenernya yang lo dukung itu siapa sih? Bagus dong si Yayan bisa ngehalangin."

"Salah ngomong gue!" elak Shintya.
Fira menyenggol lengan kanan Rani dengan sinis.

"Heh plastik! Jelas dong Shintya sama gue ngedukung kelas XII kan para cowok kita ada di sana. Emang lo yang jomblo abadi!"

"Kalau nggak ada di sini udah gue penggal kepala lo terus gue kasih makan ke kucing, Ra!" geram Rani.
Baru saja Fira membuka mulutnya hendak membalas ucapan Rani namun suara peluit yang panjang menghentikan aksinya.

Priiiiit priiiiiiiiitttt priiiiiiiiiiiiiiittttt..

Peluit di tiup panjang oleh wasit pertanda bahwa waktu untuk babak pertama telah habis dan menyisakan sekor kosong-kosong, para pemain bubar untuk berkumpul dengan tim masing-masing beristirahat sambil membentuk strategi lain agar bisa menang dipertandinga babak kedua.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang