20

136 17 12
                                    

Seorang gadis berjalan dengan begitu cepat. Tas ransel warna merah maroonnya masih berada di punggung. Tatapan tajamnya tertuju kepada satu cewek yang duduk sambil menikmati gorengannya di kantin Ceria itu.

Langkah kakinya berhenti tepat di depan meja Shintya. Tangannya memukul permukaan meja ringan namun menyadarkan Shintya dengan kehadirannya di situ.

Tatapan mata mereka berdua bertemu, sama-sama tajam dan sama-sama tidak ada yang takut.

"Gue mau ngomong sama lo!" ucap Tasya dengan nada tegasnya.

Rani dan Fira yang tahu Tasya mengajak untuk ribut langsung berdiri mengambil posisi siaga.

Shintya juga berdiri, dia mengangkat tangannya pertanda Rani dan Fira tidak usah terlalu berlebihan. Dia bisa menanganinya sendiri.

"Apa? Ngomong aja di sini!" tantang Shintya dengan nada dingin sama sekali tidak ramah.

Tasya menatap Shintya tidak percaya. Sesantai itukah Shintya menanggapinya? Tidakkah gadis itu mau serius sedikit saja?

Tasya mengernyit kecewa rencananya yang ingin berbicara baik-baik saja langsung ia rubah detik itu juga. "Gue tahu lo benci sama gue tapi bisa nggak sih lo jangan kasar sama nyokap gue!"

Raut wajah Shintya masih lempeng sama sekali tidak terlihat tertarik. "Karna gue juga benci sama Nyokap lo!"

Tasya tersenyum mengejek namun juga memberikan kesan sinis. Wajahnya memerah padam karena menahan amarah yang sudah Shintya pancing. "Gue nggak ngerti lagi sama lo, salah Nyokap gue apa sampai lo berlaku setega ini? Lo juga perempuan harusnya lo tahu apa yang Nyokap gue rasain!" bentak Tasya pnuh amarah.
Kini mereka menjadi pusat perhatian, Tasya yang awalnya hanya datang seorang diri di belakangnya sudah penuh dengan siswa-siswi lainnya yang ingin menonton.

Raut wajah Shintya yang awalnya lempeng berubah menjadi marah. Salah Ratna apa? Kenapa Tasya harus bertanya tentang salah Nyokapnya? Harusnya di sudah tahu tanpa harus bertanya dan membuat Shintya marah!
"Salah Nyokap lo?! Lo buta apa budhek sih?! Kelakuannya udah jelaskan terhadap keluarga gue!" bentak Shintya tidak kalah keras.

"Shin!!! Lo keterlaluan banget!!" teriak Tasya.

Melihat tatapan kaget semua teman-temannya mata Tasya memerah, suhu tubuhnya tinggi. Amarahnya sudah memuncak dan siap untuk ia letuskan terhadap Shintya.

Sedangkan semakin banyak siswa yang berdatangan.

***

"Tembak-tembak!"

"Ati-ati di sebelah kanan lo ada musuh!"

"Eh mendingan lo ngumpet aja deh!!"

"Oh shit!" umpat Dhavin refleks tanpa sadar.

"Harusnya jangan lo ambil dulu senjatanya! Gue kan udah bilang di kanan lo ada musuh," omel Reno karena Dhavin sudah game over.
"Berisik lo!"

Karena dia sudah game over Dhavin berdiri dari tempatnya. Yang semula dia duduk di lantai pojok kelas kini dia berdiri sambil menatap heran penghuni kelasnya yang kosong.

Pertama masuk setelah libur semester satu memang belum mulai kegiatan belajar mengajar tapi seingat cowok itu tadi ketika dia memulai game nya masih banyak yang berada di dalam kelas tapi kini tidak ada satupun yang tersisa kecuali dia sendiri, Reno, dan Derro.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang