18

155 29 13
                                    

Dhavin berjalan santai, bunyi langkahnya terdengar di lantai koridor gelap yang ia lewati karena kondisi sekolah yang sudah sepi dan banyak pepohonan lebat yang menutupi cahaya yang hendak masuk. Samar-samar matanya menangkap sosok perempuan yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Tepat di belakang perpustakan, rambutnya yang panjang terurai semakin memperjelas bahwa dia adalah perempuan. seharusnya moment ini sudah berlangsung beberapa minggu yang lalu tapi barus bisa terpenuhi hari ini

Dhavin semakin berjalan mendekat, ia merasa lega akhirnya Tasya menepati perintahnya.

"Selalu telat," kritik Tasya.

"Makasih, udah mau nungguin di sini," respon cowok itu.

Tasya melipat tangannya di depan dadanya, "jadi, mau ngomong apa?" tanya Tasya to-the-point.

***

Setelah acara class meeting berakhir tiga hari yang lalu, kini saatnya seluruh siswa menunggu hasil dari Ulangan Tengah Semester yang sudah mereka lalui, ada juga yang hanya menunggu waktu liburan tiba setelah pengambilan rapor, libur dua minggu sudah seperti surga bagi anak sekolah mereka akan terbebas dari yang namanya pelajaran dan segela macam tugas.

Siang ini Shintya ada di kediaman Fira bersama dengan Rani dan Fira tentunya, beberapa detik kemudian Dhavin, Reno, dan Derro datang. Tentu Shintya sudah tidak masalah lagi melihat Dhavin ikut bergabung bersama mereka.

Acara pengambilan rapor di lakukan oleh orang tua wali dan semua siswa diliburkan. Olehkarena itu Dhavin sudah merencanakan kegiatan hari ini bersama Shintya untuk berkencan sedangkan Derro, Fira, Rani, dan Reno hanya ikut-ikutan saja.

"Jadi, mau jalan-jalan ke mana, nih?" tanya Fira antusias.

"Nurut Bu Dhavin aja, deh," sahut Reno. Shintya langsung memberikan tatapan tajamnya. Sejenak kemudian Dhavin mengeluarkan suaranya. "Ke monas, beli kerak telor!" ucapnya.

Shintya mengangguk, "setuju! Daripada ke mall atau nonton, terlalu mainstream!"

"Lo nyindir gue, Shin?!" sinis Fira karena Derro dan dirinya hanya pergi ke mall kalau ngedate.

Mereka akhirnya pergi ke monas menggunakan mobil Fira dan sampai di Monas lima belas menit kemudian.
Di sana Fira dan Derro asyik berfoto, Rani duduk di samping Shintya dan Reno sembari makan ice cream yang di beli Shintya. Tak lama setelah itu, Dhavin tiba-tiba datang.

Shintya menyodorkan satu ice cream dengan toping kacang kepada Dhavin saat cowok itu sudah duduk di sampingnya, "mau?" tawarnya. Dhavin menerima ice cream tersebut dari tangan Shintya dengan senang hati. "Thanks," ucapnya.

Saat Dhavin sudah membuka mulutnya untuk memakan ice cream tiba-tiba dia menyodorkan ice creamnya lagi kepada Shintya. "Gue alergi kacang. Lo habisin aja," ucap Dhavin.

Shintya tersentak kaget, menerima ice creamnya lagi dengan tangan yang kaku.

Ia teringat Dhava.

Dhava juga alergi dengan kacang.
Dhavin menghela nafasnya, udara siang itu tak seperti biasanya, terasa segar meskipun panas matahari menyengat dan polusi di kota Jakarta itu serasa hilang dalam sepersekian detik. Dhavin tidak pernah merasakan perasaan yang berbeda seperti biasanya, ia menoleh melihat wajah Shintya yang terdiam sambil memakan ice creamnya dengan sangat pelan. Dhavin tersenyum samar, "Shin," panggilnya.

Shintya refleks menoleh, memposisikan wajahnya berhadapan dengan wajah Dhavin dengan begitu dekat. "Apa?" tanyanya.

"Libur dua minggu mau ke mana?" tanya Dhavin.

"Tidur."

Dhavin tersenyum mendengar jawaban cuek dari Shintya tangannya bergerak lantas mengacak pucuk kepala Shintya hingga gadis itu menatapnya tidak suka karena sudah membuat rambutnya berantakan.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang