04

271 45 16
                                    

04.

Aku tak mengerti apa yang ku rasa, rindu yang tak pernah begitu hebatnya.

Hanindhya - Pupus

Shintya mengerjapkan matanya. Matahari telah memasuki kamarnya, menyusup melalui celah-celah yang ada. Ia buru-buru menyibakkan selimutnya, tak berpikir panjang untuk mengumpulkan nyawanya lagi karena jam dinding di kamarnya telah menunjukkan pukul 06.55.

Sebuah angka yang mampu membelalakkan matanya dengan mudah. Otaknya masih sempat bertanya-tanya tentang kenapa alaramnya tidak berbunyi, ataukah hanya dirinya saja yang tidak mendengar, karena mengingat semalam gadis itu hanya menangis sampai tertidur entah di jam berapa. Mungkin bagi yang teliti matanya akan terlihat sembab.

Tak lebih dari sepuluh menit Shintya keluar dari dalam kamar mandinya dan tiga puluh menit kemudian ia baru siap untuk berangkat. Jangan komen! Shintya tidak bisa keluar dengan penampilan yang tidak karuan.

Setelah sampai di bagasi tidak ada mobil papanya yang terparkir hal itu berarti menandakan bahwa papanya telah berangkat bekerja. Di bagasi hanya ada satu motor metik hadiah ulang tahunnya satu tahun yang lalu. Sebenarnya Shintya bisa mengendarai sepeda motor hanya saja satu tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan hingga membuat tulang pergelangan tangannya bergeser hal itu membuat trauma besar bagi Shintya oleh karena itu kini setiap harinya ia akan berangkat sekolah bersama Rani. Tetapi kesialan sedang berpihak kepadanya hari ini, ia terbangun kesiangan ia tidak sempat menelfon Rani untuk menjemputnya kalaupun sekarang ia ingin menelfon Rani sudah dapat di pastikan Rani telah berada di sekolah sejak beberapa menit yang lalu. Mau tak mau Shintya akan kembali menaiki motor metiknya lagi meski harus melawan rasa traumanya mati-matian. Ditambah lagi sudah lama sekali gadis itu tidak menyentuh motor.

Dengan pelan-pelan Shintya mulai menjalankan motornya, setelah ia rasa cukup ringan lama kelamaan dan mengingat waktu yang memburu Shintya harus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga di menit selanjutnya kejadian satu tahun yag lalu kembali terulang lagi. Shintya terjatuh dari motor yang dikendarainya.

BRUUKK!!!

Sebuah motor dengan suara kenalpot bising berjalan menyelip motor Shintya dengan ugal-ugalan, Awalnya sambil menggoda-goda Shintya yang tengah menyetir namun setelah Shintya terjatuh karena gerogi dipepet motor itu kabur tak bertanggung jawab sama sekali.

Shintya meringis kesakitan, ia tidak tahu betul apa yang telah terjadi. Semua terjadi begitu saja sampai ia terjatuh ke sebelah kanan, ketika ia tiba-tiba merasa grogi dengan suara bising motor pengendara lain. Tubuh Shintya tertimpa oleh badan motor metik vario-nya. Ia tidak punya cukup tenaga untuk membebaskan diri. Rasanya kaki kanannya kesleo dan sangat sakit untuk digerakkan sedikit saja.

Tak lama kemudian orang-orang di sekitar tempat yang mengetahui kejadian itu segera menolong Shintya.

Pertama-tama mendirikan motor Shintya lalu mengangkat tubuh Shintya yang tadi tertimpa oleh badan motor. Pikiran Shintya mulai diselimuti perasaan takut saat kakinya benar-benar sakit sekali. Bahkan gadis itu mencoba menahan air matanya agar tidak menangis karena rasa takut itu.

Gadis itu masih diam saat bapak-bapak yang menolongnya mulai bertanya-tanya, kondisinya masih dalam keadaan syok dan takut sehingga kalimat sulit keluar dari mulutnya.

***

Dhavin tak berhenti mengucap kalimat serapah untuk dirinya sendiri. Lagi-lagi cowok yang notabenya siswa baru di SMA Cendekia itu terlambat lagi dan lagi. Cowok itu selalu tidak bisa terbangun di pagi hari karena asyik bermain game sampai pukul tiga dini hari. Kalau saja hari ini ia membawa motor beat putih kesayangannya Dhavin bisa saja sampai dalam waktu lima menit saja, masalahnya kondisi sekarang berbeda, Dhavin sedang membawa mobil putih milik mamanya karena motor kesayangnnya sedang di servis oleh montir. Dan mobil tidak bisa mudah menyelip seperti motor.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang