12

159 27 4
                                    

12.

Satu minggu kemudian dilaksanakan Ulangan Akhir Semester satu (UAS), yaitu tepat pada hari Kamis, entah kenapa di laksanakan di hari Kamis tidak ada yang memprotes, semua siswa menjalaninya dengan suka rela.

Untuk UAS bagi kelas XI duduknya sengaja di acak oleh sekolah dengan kelas X sedangkan untuk kelas XII duduk sendiri-sendiri. Sistem itu sudah berlaku lama di SMA Cendekia.

Kelas XI IPA 1 satu kelas dengan kelas X IPA 1, tempat duduk siswa juga diatur dengan persamaan nomor absen. Nomor absensi Shintya adalah sembilan belas dia duduk di deretan bangku nomor dua dari belakang satu meja dengan seorang adek kelas cowok. Rani duduk di meja samping kanannya, sedangkan Fira duduk di deretan bangku paling depan di karenakan nomor absensinya paling awal.

Tasya berada di deretan bangku sebelah Fira tapi tidak masalah bagi gadis pintar seperti Tasya berbeda dengan Fira yang sudah menyiapkan contekan sejak jauh-jauh hari sebelum UAS.

Mapel pertama di jam pertama UAS ini adalah Biologi, pembukaan yang cukup panas bagi Shintya. Kemampuannya lebih ke hitung-hitungan dari pada hafalan. Dan tentu Biologi harus menghafal kata-kata latin yang super sulit untuk diingat.

Waktu untuk mengerjakan soal ulangan Biologi adalah Sembilan puluh menit atau selama satu setengah jam. Meskipun begitu banyak siswa yang tidak bisa menyelesaikan soal ulangan tepat waktu kecuali dengan cara mengawur, mencontek atau browsing di google.

"Shintya," panggil Bu Ratih yang menjadi pengawas kegiatan UAS di kelas Shintya.

Shintya mendongakkan wajahnya. "Iya, Bu?"

"Tolong minta kertas tanda tangan ke Bu Indah di kelas XII IPS 3, ya!" pinta Bu Ratih.

Shintya sempat terdiam, dia bergumam dalam hati, itu bukannya kelas Kak Dhavin, ya..

"Soalnya saya mau mengambil berkas penting di kantor. Atau saya yang ke Bu Indah dan kamu yang ke kantor?" tawar Bu Ratih.

Dengan cepat Shintya menolaknnya dia tidak mau mengambil resiko bila terjadi apa-apa di ruang guru nanti. "Ibu saja yang ke kantor, saya ke Bu Indah."

Bu Ratih mengangguk lalu diikuti Shintya di belakangnya, sesampainya di koridor kelas XII mereka berpisah. Shintya masuk ke ruang kelas XII IPS 3 tempat di mana ia harus menemui Bu Indah.

"Assalamu'alaikum," ucapnya sambil menarik kenop pintu setelah mengetuk pintunya.

Seluruh pandangan mata tertuju kepada Shintya. Kemudian setelah Shintya masuk ke dalam kelas seluruh isi kelas bersiul-siul menggoda Dhavin. Cowok itu berada di dalam kelas pandangannya mengitu Shintya, sedangkan Shintya sendiri tidak berani menoleh sedikitpun, matanya hanya menatap lurus Bu Indah saja yang duduk di meja guru.

"Ciee elah, Vin dilihatin mulu Shintya-nya," celetuk Ari tiba-tiba. Shintya masih tidak berani untuk melihat ke sumber suara namun bisa dipastikan pipinya sudah memerah karena malu, tetapi Dhavin tidak menanggapi Ari apapun dia malah ketawa-ketiwi ketika digodai. Sudah bukan rahasia lagi kalau Dhavin mendekati Shintya. Bahkan ada yang salah paham mengira bahwa mereka sudah menjalin hubungan pacaran.

Ari terus-menerus menggoda Dhavin dan Dhavin bukannya bersikap biasa aja agar tidak terus-menerus digoda dia malah terus-menerus mengamati Shintya seolah mempertegas atau pasrfah biarlah Ari menggodanya.

"SHINTYAAAAA!!!" teriak Galih dari bangku paling belakang, Galih adalah cowok yang sering menggoda cewek-cewek bening tanpa malu bahkan meskipun sudah ada yang punya.

Shintya tidak mau menoleh lagi. Kelas XII IPS 3 memang terkenal dengan murid-muridnya yang tampan-tampan, pintar, dan juga sangat nakal. Sebagai contoh Dhavin yang termasuk tampan banget, pintar apalagi, nakal jangan tanya. Mereka tidak takut dengan para guru mungkin hanya sebagian kecil yang takut. Mereka nakal tapi pintar seperti memiliki prinsip seperti : Kami nakal tapi bermoral. Bermoral dari mana kalau berani sama guru? Ya nggak tahu kan mereka yang bikin.

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang