16

171 23 3
                                    

♪Selamat malam, Kak. Good night to nice dreams.

Dhavin memutar sebuah voice note yang dikirim oleh Shintya. Ia memutarnya berulang-ulang sehingga terdengar berulang-ulang pula di telinganya. Ia memejamkan mata dan berdesis pelan. Hatinya bergetar mendengar suara halus cewek itu.

Lalu ia menatap lurus ke depan, dadanya seperti dipukul keras melihat objek di depannya. Kemudian Dhavin berbalik, melengos pergi dari ruangan itu tanpa suara.

Setelah puas didengarnya, jarinya mengetikkan sebuah kalimat.

Terimakasih. Nice dream too❤

Setelah menekan tombol 'send' Dhavin mematikan hp-nya lalu memasukkannya ke dalam saku.

***

Dhavin melihat Derro yang terduduk lesu di kursi pemain cadangan futsal. Dengan santai ia berjalan mendekati teman dari SMP-nya itu. Kemudian ikut duduk di samping Derro sehingga cowok itu menoleh. Menatapnya singkat lalu kembali menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Padahal pertandingan futsal sedang berlangsung tetapi tatapan mata Derro sama sekali tidak bersemangat seperti biasanya.

"Udah balik lagi, lo?" hanya itu kalimat yang dilontarkan Derro.

Dhavin menjawab, "buktinya gue udah ada di sini dasar lo bego ngasih pertanyaan nggak mutu."

Tidak seperti biasanya yang akan membantah ejekan Dhavin Derro justru hanya diam seakan mengalah. "Lo bilang mau balik pas tim kita final?" Derro malah kembali bertanya.

"Oh nggak jadi, takut lo kangen sama gue kalau gue pergi lama-lama," jawab Dhavin lalu terkekeh mendengar jawabannya sendiri.

Derro tidak menjawab tidak berniat ingin menanggapi godaan dari Dhavin kepada dirinya, dia justru menghela nafas sangat berat.

"Kenapa sih lo? Kusut gitu muka lo."

Lagi-lagi Derro tidak menjawab.

"Yaelah belum sarapan?" tebak Dhavin. "Gue beliin deh di emaknya Ari."

"Cewek emang gitu, ya? Sensitif," ujar Derro tiba-tiba tidak mengindahkan tawaran jarang-jarang dari Dhavin.

"Siapa?" Dhavin mengernyit.

"Cewek gue," ujar Derro lesu.

"Fira masih marah sama lo?" tanya Dhavin.

"Ya gitu, deh. Padahal gue udah minta maaf, sampai bela-belain ke rumahnya jam delapan malam. Tapi dia malah kabur ke rumahnya Shintya."

"Serius lo?" tanya Dhavin tidak percaya. Menurutnya sudah terlalu berlebihan kalau sampai seperti itu hanya karena masalah yang sepele.

"Iya lah! Chat gue udah tiga hari dianggurin, bayangin lo! Sekarang malah nomor gue diblok, Ya Allah." Derro benar-benar terlihat kacau. Tangannya mengusap wajahnya dengan kasar terlihat frustasi.

"Serem juga sih, sampai tiga hari," komentar Dhavin lalu bergidik ngeri.
Derro mendesah. "Gue harus gimana lagi coba?"

"Coba deh lo kasih cokelat, bunga, atau apa kek, siapa tau dimaafin," saran Dhavin.
"Gimana gue mau ngasih bunga ke temu sama gue aja nggak mau!"

"Ya lo mikir dikit kek!" bentak Dhavin greget.

"Wah bener lo! Nggak sia-sia lo jadi temen gue!" Saking girangnya Derro hingga refleks ia menepuk paha Dhavin dengan keras. Dhavin melotot tajam.

"Apa yang bener?" tanya Dhavin dengan sewot.

"Gue udah punya rencana, tapi gue butuh bantuan lo."

Attendance [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang