Dulu (3)

276 24 22
                                    

"Dek, kita kayak pasangan ya?, " katanya tiba tiba.

Aku mengerjapkan mata. Apa? Aku tak salah dengar?

Ya Rabb, jaga hatiku dulu ya.. Hatiku seperti sedang melompat kegirangan tanpa arah. Aku takut hatiku jatuh. Iyaa.. Jatuh cinta! Astagfirullah...

Aku menajamkan pendengaran, tetap berjalan di belakangnya.

"ha?, " tanyaku barusan.

Ya Allah kamu tanya apa sih Hafsah. Sadar dong sadar. Kamu malah memancing? Huh.

"ah, nggak papa kok," ia menggeleng perlahan.

Syukurlah, kalaupun dijawab aku pasti mati kutu dan terdiam sediam diamnya.

Lalu kami membeli jajanan ronde seperti yang ia katakan padaku. Membawanya berjalan lalu beralih ke warung seberang jalan.

Ia menuntunku menyebrang. Bukan! Bukan menuntun dengan tangan, yang kumaksud disini ialah menjagaku agar tak kebablasan menyebrang dan tetap aman di belakangnya. Tak heran, orang orang memandang kami seperti.. Ah sudahlah. Pipiku bersemu merah hanya dengan membayangkannya saja.

"dek mau lauk apa?, " tanyanya.

Oke. Kalian pasti menduga jawabannya...

"terserah.., " jawabku.

Dan memang terserah dia mau membelikan apa untuk kami. Toh aku juga menerimanya saja. Kata 'terserah'yang di ucapkan wanita adalah kata paling dihindari dan membingungkan bagi segala pria. Ya, termasuk mas Adam!

"loh kok terserah si yang mana?, " ia bingung memilih lauk

Oke. Aku tak mau basa basi lagi. Sebagai wanitapun aku tak ingin berlama lama memilih, keburu magrib.

"mm.. Tempe aja sama tahu. Udah, " jawabku

"ikan gak mau?, "

"gak"

"sayur asem mau tak?"

"gak"

"sayur lodeh ya?"

"gak"

"kok enggak semua sih, pilih aja yang mana, " tanya dia kerepotan

Baiklah. Aku tak ingin semuanya. Karena makanan sedikit saja sudah cukup buatku. Tak perlu berlebih, toh kita juga sudah beli cukup banyak makanan.

"mmm.. Ya udah deh, aku tambahin weci ini ya... Sama krupuk dek, " kata mas Adam.
Aku mengangguk mengiyakan. Memasukkan ke dalam kantung plastik dan segera pulang.

Kami berjalan di pinggir jalan, menyebrang lagi. Adzan magrib berkumandang di masjid hijau tempat kami berhenti tadi.

"kita segera pulang aja ya dek, nanti temen sama adekmu khawatir"
Mas Adam segera sibuk kembali dengan handphone nya. Memesan grab. Lagi..

"iya.. Pak.. Saya sama ninja yang di perempatan jalan pak,.... Iya, ...ha? Arah, " kata mas Adam di telepon

"dek kita ini di arah mana?," tanyanya padaku.

Ya Allah mas... Aku buta arah kalau ditempat yang tak kukenal. Duh, salah tanya orang kamu.

Aku menggeleng.

Ia tetap bertelepon dan bercakap ria. Ya ampun, aku merasa useless.

Akhirnya, mobil hitam legam menghampiri kami. Mas Adam membuka pintu dan membiarkan aku masuk dahulu.

Baiklah. Ayo segera pulang.

*****

Sesampainya di depan homestay dengan segera aku meluncur ke kamar. Mengambil wudhu dan hendak pergi sholat.

Inshaa Allah [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang