Letakkan Dulu Hatimu

201 17 7
                                    

Aku mengerjapkan mata dan semburat warna lampu putih menelusup ke mataku. Perlu 2 detik kemudian aku sadar bahwa aku di rumah sakit.

Ku tengok kanan kiri, tak ada siapapun.

"mbak Hafsah? Kamu gak papa?, " Aliyah datang dari balik kelambu mengagetkanku.

"Ah, mm," aku diam.

Masih sedikit ada luka menganga dalam hati yang belum tersembuhkan.

Iya lah. Baru tadi, entah berapa jam aku tak sadarkan diri. Lukaku masih baru, belum pulih sedikitpun.

Luka yang kumaksud, pasti kalian sudah tahu. Hati.

"mbak Hafsah tau nggak?--,"

"enggak, " aku menyelanya.

"ih.. Mbak belumm...,, " Aliyah masih terlihat ceria di depanku.

Ah, sudahlah. Padahal dia juga tidak salah apa apa.

"Haah..., " aku menghela nafas panjang.

"mbak, tadi itu Ustadz Rizki yang kelabakan sendiri kayak orang kesurupan. Bayangkan mbak, padahal disana ada kakak kakak pondok lainnya memilih buat merawat mbak di pondok. Eh, tapi ustadz Rizki ngeyel mau ngebawa mbak ke rumah sakit. Apalagi tadi mbak gak sadar sadar pas udah di beri minyak kayu putih... Hemm.. Cieee.., "

"oh.., "

"ha? Cuma oh?, " tanya Aliyah kaget

"bilangin makasi, " aku bersikap cuek. Hm, apa sikapku berlebihan?

"mbak kenapa sih?, " Aliyah mulai tak nyaman dengan sikapku

"mbak masih pusing, boleh istirahat dulu? ," kataku.

Maaf Aliyah, aku gak bermaksud. Aku ingin mendinginkan hatiku. Melepaskan semuanya sementara.

"okelah, aku tinggal dulu ya mbak, " pamit Aliyah meski enggan.

Aku diam dan memejamkan mata.

Ya Rabb, inikah garis yang kau berikan padaku?

Serumit inikah?

Sepahit inikah setelah masa penantian itu?

Kuangkat lengan kiriku ke atas mata, menutupi semuanya.

Drrtt drrttt...

Handphone berdering di meja sebelah ranjang ini.

"Oh, hpku disini rupanya, "

Kusabet dan tiba tiba dering itu berhenti.

Ku buka whatsapp.  Ada beberapa pesan. Dan kubaca..

-Ustadz Rizki-

Assalamualaikum, Kalau sudah enakan, tolong kabari saya ya?

Aku tersenyum.

Lalu berpindah ke chatt selanjutnya.

-adek santri ruangB-

Mbak Hafsah cepet sembuh ya, pengurus disini ngedoain embak...

Aku sekilas membacanya dan mengucap terima kasih dalam hati.

-Nata the coco-

Sah?

Oi
Oi
.
.
.
Haluu...
.
.kau dimana?
.
Masih hidup kah?

Panggilan suara tak terjawab
.
Panggilan suara tak terjawab
.
Panggilan suara tak terjawab
.
Panggilan suara tak terjawab
.
.
Panggilan video tak terjawab
.
Panggilan video tak terjawab
.
Panggilan video tak terjawab

Aku meringis pelan. Yaampun, temanku yang satu ini. Ah, bukan. Dia sudah seperti saudaraku.

Langsung saja kubalas pesannya dan memintanya kemari.

Aku kembali menerawang ke langit langit. Kembali menata hati yang tadi jatuh berkeping keping. Jika itu kehendakNya, aku bisa apa?

Yang kulakukan hanya bisa menerima dan kembali bersujud padaNya. Meletakkan segala rasa dan mengembalikan seperti semula.

Saat pertama sebelum ada benih benih cinta.

---------

Ceklek...

Suara pintu di buka seiring dengan gesrekan alas kaki memasuki ruangan.

"Sah? Masih hidup?, " Nata langsung ngacir di samping ranjangku lalu meletakkan sekantung buah buahan.

"buat apa bawa gituan?, " kulirik kantung plastik berwarna putih. Nata sedikit rempong lalu duduk dan menaruh tas di sebelah kursi.

"ya buat kamu lah, atau mungkin buat yang jaga, " dia menyeret kursi mendekat ke ranjang.

"aku cuman pingsan Nataaa... Ntar juga pulang. Uda sembuh," aku membuang muka.

"itu hati kan masih sakit, " Nata menunjuk ke arah hatiku dengan dagunya.

"apaan sih!, " aku merubah posisi membelakanginya.

"si Adam meminang Aliyah ya?, " bisik Nata hati hati di dekat telingaku.

Tolong, aku ingin berteriak dan mengobrak abrik rumah sakit ini.

"salah khitbah -- ya?," sambung Nata.

Hatiku berdarah, tapi aku bisa apa? Aku lemah tanpa daya. Aku sudah selesai. Semuanya. SELESAI!

"DIAM!, "

Aku menutup telingaku lalu menangis. Kenapa aku selemah ini? Kemana jiwaku yang tegar dahulu?

Seseorang memelukku dari belakang.

"uda nangis aja.. Kan? Gak pa pa. Toh Allah berati masih sayang kamu. Nanti pangeranmu juga datang kok," Nata mengelus pundakku pelan.

Aku menangis tanpa suara.

Perih.

Sangat perih.




-------------------

Btw part ini pendek dulu ya hehe..

Kasihan mbak Hafsahnya.. Biar dia agak tenang dulu.

Terima kasih pembaca semuanya...

Aku cinta kalian


Inshaa Allah [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang