Segala bentuk peristiwa yang terjadi di dunia ini, aku sadar bahwa semua telah dirancang oleh yang Maha Kuasa.
Tentang cinta...
Tentang rasa..
Tentang adanya peristiwa yang mungkin menyesakkan dada...
Terima saja..
Karena itu pemberian sang Maha Kuasa.
Aku Hafsah. Setelah kejadian yang membuat kembali sadar bahwa sebaik baiknya hati itu perlu digantungkan sepenuh pada Tuhan, bukan manusia.
Aku dan mas Adam sudah tak ada hubungan apa apa. Pernikahan Aliyah dan mas Adam tetap berjalan. Aku mendampingi mereka dari kejauhan.
Sebab, aku sendiri sedang tak bisa pulang dari perantauan.
Kota Tarim, Yaman.
Aku menatap senja yang menyorot masuk dari sela sela jendela. Ku gendong quran yang berwarna senada dengan senja. Menatap buih buih laut dari atas apartemen tempat ku tinggal dengan seorang lelaki yang kusebut suami.
Tangan kekar itu merangkulku dari belakang.
"adek.. Sudah senja.. Hampir magrib. Kita siap siap berbuka puasa ya..., " suaranya lembut terdengar.
Aku tersenyum dan menatapnya lembut.
"iya mas..."
Dia masih tetap sama, lembut dan santun seperti saat kita berjumpa. Lalu perlahan tangannya mengelus puncak kepalaku.
"ayo... Adek... "
"iya ustadz Rizkii... Mmm.. "
"eh kok manggilnya tetep ustadz sih dek..," dia mencubit pipiku
"hehe... "
Terima kasih Tuhan. Sebab, semua jalan adalah skenario terbaik yang sudah Engkau rencanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah [END ✔️]
Roman d'amourAdakah rasa penyesalan yang lebih besar dari salah mengkhitbah? atau berada pada cinta yang salah. sebuah kesabaran dan ketabahan yang diuji dalam kehidupan. "Menantimu di ujung do'a. Entah bagaimanapun akhirnya, Tuhan selalu punya rencana untuk ki...