Melangkah

429 29 15
                                    

Aku mengernyitkan dahi menatap sosok yang berjalan menghampiriku itu.

Aku seperti kenal suaranya, tapi tidak wajahnya. Sebab tertutup rapat oleh cadar hitam yang kontras dengan jilbab putihnya.

"Assalamualaikum, " ucapnya riang kepada kami.

"wa'alaikumussalam warohmatullah, " sahut aku dan Nata hampir bersamaan.

"Aliyah? " tebakku.

"yaah.. Ketahuan deh haha. Kok bisa mengenaliku ya? " sahutnya sembari mengatur tempat duduknya dekat denganku.

Aku terhenyak. Bahagia, terharu dan Masyaa Allah. Tak dapat ku ungkap dengan kata kata.

Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Selain dari hidayah Allah yang datang padamu?

"sejak kapan? " tanyaku bahagia.

"sejak negara api menyerang mbak hehe"

"Liaa... Beneran ah. Tadi pagi belum pakai, trus pakainya kapan? "

"tadi pagi itu aku mau cerita ke mbak, tapi gak jadi. Ya aku pakai di rumah aja lalu langsung pergi ke kampus. Lha mbak lagi repot bikin sarapan buat suami" ceplos Aliyah.

Kucubit lengannya perlahan.
"Masyaa Allah... Aliyaah.. Suami mana?  Nikah aja belum. " ucapku gemas.

Carikan aku jodoh, bisik hati jahatku

Ehh aku mikir apa?!  Kebelet?, pikiranku menolak.

Dia meringis sambil tertawa pelan menjauh dari cubitanku. Oohh.. Ternyata tadi pagi dia mau membicarakan itu. Syukurlah, rasa penasaranku tidak terlalu menjalar ke ujung dunia.

Nata menatapku dengan tatapan
"siapa dia? "

Aku membalas tatapannya "hh apa? Aku gak paham? "

"Oh, mbak.. Halo.. Perkenalkan aku Aliyah. Adek sepupunya mbak Hafsah.," ujarnya sambil menyodorkan tangan. Seakan mampu membaca tatapan Nata.

"Oh, iya dek, aku Nata. Sahabatnya Hafsah sejak dia masih di kandungan" balasnya kocak.

Kami tertawa perlahan.

"Mbak.. Aku pamit dulu ya. Tadi uda janjian sama teman. Mau nugas.. Ya ya.. ?" pamitnya.

"Oh.. Oke lah iya ndak apa. " jawabku.

"Assalamualaikum mbak mbak"

"Waalaikumussalam.. "

Ketika ia melangkah 2 meter dari kami.

"Aliyah.., "panggilku.

"iya mbak? Kenapa? "

Aku tersenyum.

"keep istiqomah ya.. Kalau kemana mana pamit dulu"

"Siap ninja" balasnya seraya tersenyum pula. Lalu punggungnya berlalu meninggalkan perpustakaan tempat kami berada.

"Eh.. Hafsah.. Aliyah itu sepupu kamu? "

"iya kan tadi uda di perkenalkan to.. " jawabku.

"kaliah serumah? "

"bukan serumah si.. Hanya saja dekat. Satu lingkungan. Dia baik kok. Anak pondok di situ juga. Hanya saja sudah selesai mengaji Diniyah dan Alfiyahnya. Jadi agak longgar kegiatan pondoknya. Paling juga bantu Abah buat mengajar diniyah. Aku saja iri dengannya. Dia dibekali ilmu agama sejak usia belia. Masyaa Allah.. Harus bersyukur si Lia.. "

"mmmm begitu ya.. Jadi di rumahnya saudaramu yang ustadz itu ada dua gadis ternyata... Mmmm, " jawab Nata dengan memicingkan mata. Tandanya ia sedang berpikir aneh aneh tentang kami.

Inshaa Allah [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang