Bab 2

5.5K 561 37
                                    

Hai kakak, terimakasih udah mampir kecerita aku. Jangan lupa vote dan komennya ya, agar Author yang gaje ini lebih semangat lagi.

🌼🌹🌼

Yan Wushi terus berjalan menyusuri taman istana yang dulu indah kini tampak begitu menyeramkan. Dilihatnya sekeliling mendadak air hangat mengalir dipipinya.

"Ayah,ibu maafkan aku. Karena kesombongan ku semuanya menjadi hancur," ujar Yan Wushi kepada dirinya sendiri.

Ditatapnya sepotong roti yang ada di tangannya, di sentuhnya roti itu seulas senyuman terseungging di bibirnya. Bayangan anak kecil itu terlintas kembali di benaknya. Yan Wushi pun tersenyum saat dia mengingat ulah dan tingkah konyol anak itu.

"Kenapa aku memikirkan anak itu? Hmmm anak itu memang lucu," ujar Yan Wushi sambil memakan roti itu. Tidak terasa air matanya pun mengalir.

"Sudah lama sekali aku tidak makan roti ini. Rasanya enak sekali," ujar Yan Wushi.

"Kaisar Yan..." suara seorang perempuan paruh baya membuyarkan lamunan Yan Wushi. Yan Wushi menoleh dan melihat kearah suara itu. Betapa kagetnya dia saat melihat pelayan istana atau lebih tepatnya pengasuhnya.

"Bibi Lin Xinyuan... Kau masih hidup?" ujar Yan Wushi.

"Yang mulia, saya juga berubah menjadi batu sama dengan yang lain. Malam ini adalah malam bulan purnama, jadi kita yang masih tersisa akan hidup. Ah bukan hanya malam bulan purnama tapi tepatnya di malam hari juga akan hidup," ujar Lin Xinyuan.

"Yang mulia anda juga akan berubah di malam hari," ujar Leo Xuan si kepala pembantu.

"Iya aku berubah. Tapi ini akan sampai kapan? Lalu siapa orang yang baik hati yang akan menolong kita?" ujar Yan Wushi.

"Yang mulia harap bersabar, jadikan masa lalu yang mulia separti apa yang menyebabkan kita semua seperti ini," ujar Aliana Ong.

"Kalian benar, jika saatnya itu tiba siapapun orangnya aku akan menjadikan dia pendamping hidupku," ujar Yan Wushi.

"Yang mulia, tadi saya perhatikan anda sedang malamun sambil memakan sepotong roti. Dari mana anda mendapatkannya?"  ujar Lin Xinyuan.

"Ah itu... Aku mendapatkannya dari seorang anak kecil. Aku bertemu dengannya saat wujudku masih serigala. Yang aku heran kenapa dia tidak takut denganku malah mengajak ku bermain," ujar Yan Wushi.

"Anak yang pemberani," ujar Leo Xuan. Mereka pun masuk kedalam istana dan mulai mengobrol.

Di lain tempat tepatnya di rumah Wen Ning dia tengah asik bermain dengan kucing peliharaannya yang gemuk itu.

"Wen Ning, tidurlah nak udah malam jangan main terus," ujar Shuny Liang.

"Iya nek, Ini Wen mau tidur kok," ujar Wen Ning. Wen Ning pun masuk kedalam kamarnya untuk tidur, namun dia tidak bisa tidur dia teringat kepada serigala yang dia temui waktu di hutan tadi.
    
"Serigala itu sedang apa ya? Dia pasti kedinginan. Baiklah besok aku akan ikut kakek keladang dan menemuinya lagi," ujar Wen Ning.

Namun Wen Ning membayangkan yang tidak-tidak, dia membayangkan saat serigala itu kedinginan dan kelaparan. Wen Ning tertawa geli saat membayangkan itu semua, akhirnya diapun tertidur pulas.

Pagi pun menjelang namun sang surya masih malu-malu menunjukan sinarnya. Shuny Liang mengintip sang cucu yang masih tertidur pulas. Shuny Liang pun bergegas menyiapkan sarapan untuk Suaminya.

"Istriku, aku pergi kekebun dulu ya," ujar Han Lang.

"Kamu sarapanlah dulu, ini sudah aku siapkan," ujar Shuny Liang.

"Taruh dirantang saja aku akan memakannya nanti di kebun," ujar Han Lang.

"Baiklah, ini sudah aku taruh di rantang. Jangang lupa kamu makan ya," ujar Shuny Liang. Han Lang pun pergi meninggalkan gubuk mereka itu.

Han Lang terus berjalan menuju ke perkebunan anggur yang dia tanam itu. Kebun itu letaknya tidak jauh dari hutan kini Han Lang pun tiba di kebun miliknya. Hari sudah siang Wen Ning pun bangun dari tidurnya.

"Nenek, kakek sudah pergi kekebun?" ujar Wen Ning.

"Sudah nak, sana kamu mandi dulu habis itu makan. Setelah makan kamu antar makan siang buat kakek ya," ujar Shuny Liang. Wen Ning pun bergegas mandi dan bersiap-siap.

"Wen Ning, cepatlah nak hari semakain siang. Kasian kakek mu nanti kelaparan," ujar Shuny Liang.

"Iya nek, ini Wen lagi siap-siap," teriak Wen Ning dari kamarnya. Wen Ning pun sudah selesai dengan aktifitasnya, dia keluar kamar dengan pakaian lengkap dan jubah merahnya. Wen Ning pun makan terlebih dahulu, setelah selesai makan dia pun langsung pergi untuk mengantarkan makan siang sang kakek.

"Nek, Wen pergi dulu ya," ujar Wen Ning.

"Nak, hati-hati di jalan ya, jangan main kedalam hutan disana ada serigala yang buas," ujar Shuny Liang.

"Iya Nek, Wen akan hati dan tidak main ke dalam hutan," ujar Wen Ning.

Wen Ning pun pergi meninggalkan rumah itu. Wen Ning pun terus berjalan menuju perkebunan untuk mengantarkan bekal makan siang untuk kakeknya. Wen Ning yang imut sambil bernyanyi senang karena akan bertemu dengan serigala yang galak itu. Tapi baginya dia adalah teman bermain yang menarik....

Bersambung....

Hai maafin Wen Ning ya, Eh Author maksudnya. Chapternya agak pendek. Karena kepentok idenya.... Hahahaha

Jangan lupa vote dan komen, kritsarnya guys.  Love u...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]- RED HOODED MEN & WOLF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang