I'm Princess ?

11} ?!

🎵Kemisteriusan-mu, adalah
daya tarik bagiku🎵
.
.
.
Sorry For typo
.
.
.
Happy reading
.
.
.

"Baiklah rapat dimulai!" ucap sang moderator memulai rapat.

Bulan mulai mempokuskan diri meski berkali-kali matanya gatal ingin melihat lelaki yang duduk disebrang tempat duduknya. Argh... Pokus Bulan, pokus!

Benar dugaan Bulan rapat kali ini membahas tentang keuangan dan kebudayaan. Ini tak heran, jika rapat penting pasti membicarakan kedua hal itu.

"Kami, para ketua ingin mendengarkan bagaimana pendapat pemuda untuk kasus semakin tersudutnya kebudayaan! Dan dengan cara bagaimana mereka akan mempertahankan kebudayaan? Aku ingin dengar apakah ada yang berani!" tantang para tertua membuat hati Bulan memanas. Jika boleh jujur ia tak suka diremehkan. Mari kita lihat bagaimana mereka akan diam dengan pendapat seorang gadis.

"Saya memiliki pendapat!" Bulan unjuk gigi. "Menurut saya kasus tersudutnya kebudayaan ini tak baik, mari perkuat fakta, jangan lupakan Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya. Tapi, budaya di Indonesia semakin waktu berjalan itu semakin terkikis, bahkan para penerus bangsa-pun saya ragu mereka hapal semua kebudayaan Indonesia, ini semua karena pengaruh dari dunia Maya, atau media sosial yang membuka mata dunia. Tapi, itu secara otomatis membuat mereka malah ingin mengetahui dunia luar. Kenapa? Karena mereka menganggap itu menarik. Bahkan lebih menarik dibanding budaya sendiri. Tapi, ada satu yang mereka lupakan. Kebudayaan sendiri. Yang bahkan ada banyak orang yang ingin mempelajari budaya kita. Tapi, kembali kefakta bahwa kebudayaan lain lebih menarik minat pemuda sekarang. Semua itu tentu bukan mutlak salah para pemuda. Jangan salahkan kami yang lebih suka budaya luar. Tapi, peran tertua juga penting dalam mengambil alih. Karena peran tertua itu lebih mendominasi dibanding kita sendiri. Misalnya tertua pasti yang harus menanamkan rasa cinta pada budaya sendiri, dan itu merupakan tiang awal untuk membuat pemuda sadar bahwa budaya sendiri lebih menarik. Jadi, kesimpulannya, kita harus lebih memperkukuh budaya sendiri dengan lebih menarik!" argumen Bulan membuat mata terbelalak. Tenang tertua masih bisa menyudutkan. "Caranya?" seorang tertua menampakan smirknya.

"Mudah, pertama kita harus menarik minat para pemuda untuk mengetahui kebudayaan kita. 2, tentu itu harus dengan cara yang antimenstream! Unik, dan berbeda. 3, jangan menggunakan paksaan. Bagaimapun kami pemuda tak suka terkekang!"  tambah Surya membuat semua mata kini tertuju padanya. Ini adalah kalimat terpanjang yang berasal dari Surya. Wah... Bulan kagum!

"Ku lihat kalian sangat yakin yang mulia!"

"Kalian meragukan kami?"

"Kalau begitu jawab ini. Apa yang bisa kalian lakukan untuk membuat budaya di negara ini dikenal dunia?" pertanyaan menohok dari tertua membuat Bulan dan Surya menunduk otak mereka berputar berkali-kali lipat.

"Apa susahnya? Sekarang ada media sosial yang siap memperkenalkan kebudayaan kita. Yang akan kami lakukan agar budaya kami dikenal dunia? Jawabannya satu. Kita buat Remaja sebagai targetnya!" ungkap Tyca membantu kedua temannya yang ditohok para tertua.

"Remaja? Bagaimana bisa?" seorang tertua tersenyum. Tapi, senyum itu terkenal meremehkan.

"Bisa! Sangat mudah, kita hanya perlu media sosial yang akan memublikasikannya, seperti cara yang diungkap kan pangeran Surya yaitu menggunakan cara yang antimenstream. Para pemuda jaman Now sekarang mudah ter-kontaminasi dengan media sosial bahkan sebelum mereka tau berita itu fakta nyata dilapangan. Caranya seperti ini. Kita adakan perlombaan kebudayan terunik! Kita juga bisa mengundang stasiun TV di nusantara yang sudah terkenal seperti SCTV, RCTI, ANTV dan sebagainya untuk bekerja sama. Kita juga harus bekerja sama dengan laman web agar lebih mudah diketahui dunia. Misalnya kita membawakan tarian tradisional dengan music disco. Itu pasti menarik. Atau misalnya mengundang artis luar negri untuk sedikit memperaktikan tari tradisional kita. Dan jangan lupa music daerah yang di bland dengan trend music masa kini. Apa itu sulit?" skakmat kali ini tertua yang terdiam.