Surat Undangan

6.8K 414 8
                                    

"Aku berjanji akan mencintaimu sampai hembusan napas terakhirku, Raya."

Rian meraih jemari Raya, dikecupnya penuh kasih sayang, lalu digenggamnya erat. Kalimat yang baru saja diucapkannya begitu indah, menyiratkan janji untuk bersama hingga maut yang dapat memisahkan.

Raya terbius dengan janji itu. Hatinya berbunga-bunga. Hingga sepatah kata pun tidak mampu diucapkannya untuk membalas lelaki itu, melukiskan betapa bahagia dirinya.

Tetapi raut muka Raya mulai berubah. Binar bahagia dalam matanya meredup digantikan sorot kebingungan.

Hari ini adalah anniversary Raya dan Rian yang keempat. Rian sengaja mengajak Raya makan malam di restoren bintang lima untuk merayakannya. Gaun mewah juga dipesan untuk Raya kenakan. Tempatnya pas, waktunya juga pas ... tapi?

"Ada apa, Sayang?" tanya Rian. Raya terlihat menyapu seisi restoran dengan pandangannya, seperti mencari sesuatu.

"Ehm, tidak ...." Raya menggeleng cepat. "Tidak ada apa-apa."

Sebenarnya Raya membayangkan sebuah kejutan pada hari jadi mereka ini. Bahkan gadis itu telah siap jika malam ini kekasihnya akan melamarnya. Dengan cincin yang dimasukkan ke dalam potongan kue, atau Rian yang akan berlutut langsung di hadapannya dengan sebuah cincin di tangannya dan kalimat-kalimat indah untuk meminangnya.

Tetapi sampai acara makan malam selesai, apa yang diharapkannya akan didengar tidak juga terucap. Rian bahkan menjadi sangat pendiam ketika mengantarkan Raya pulang. Aneh. Tidak biasanya lelaki itu begitu. Padahal semua masih sama, baik-baik saja, sebelum lelaki itu berpamitan untuk mengangkat telepon dari seseorang.

Ya, sosok Rian yang hangat terasa asing setelah panggilan telepon itu. Tetapi Raya mengabaikannya, mungkin Rian kelelahan setelah pulang dari luar kota untuk urusan kerja. Ia yakin, setelah malam ini semuanya akan baik-baik saja, kekasihnya yang hangat akan kembali seperti biasanya.

Namun, apa yang diharapkan hanya tinggal harapan. Setelah malam itu, Rian tidak bisa ditemui di mana-mana. Ruang kerjanya kosong. Sekertaris cantik nan seksi yang biasanya siap menyambut tamu-tamu Rian di depan ruangannya pun mendadak cuti. Dan itu berlangsung hingga seminggu.

Raya kelabakan. Ia berusaha bertanya pada teman-teman kerjanya bahkan teman dekat Rian, tetapi semuanya membisu. Dari pada kebetulan, Raya justru merasa aneh. Dan semakin aneh ketika tiba-tiba perusahaan mengeluarkan surat mutasinya ke kantor cabang. Meski sedang dibuat gelisah oleh menghilangnya Rian, Raya tetap bersikap profesional mengerjakan tugasnya. Jadi, perusahaan seharusnya tidak memiliki alasan untuk memutasinya ke kantor cabang, apalagi pada bagian keuangan kantor pusat masih kekurangan personil.

Pada puncak di mana Raya tidak bisa berpikir lagi, dia kembali. Ya, Rian akhirnya menghubungi Raya. Tetapi lelaki itu kembali bukan untuk merekatkan kembali ikatan yang mulai renggang, melainkan menghancurkannya. Hancur begitu saja tanpa sebuah alasan yang jelas.

Rian Fabiansyah. Lelaki yang selama ini sangat Raya percaya telah berbuat tidak adil dengan memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

Jika seseorang yang telah dikenalnya selam bertahun-tahun, menghiasi hari-harinya dengan kebahagiaan sanggup menjatuhkannya pada titik terkelam. Lantas bagaimana Raya akan memulai kembali hidupnya, sementara pandangannya terhadap sosok lelaki yang baik telah dihancurkannya dalam waktu seminggu.

***

Matahari sudah meninggi. Tepat pukul sembilan pagi. Panas mulai terasa membakar kulit. Di dalam kamar, Raya masih asyik bergumul dengan bantal dan gulingnya, bahkan selimut bergambar mahkota anggrek merah muda masih membungkus tubuhnya dengan indah.

Jodohku Bukan PenggantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang