Keretakan

4.9K 321 16
                                    

MATA lentiknya terbuka dan pandangannya langsung bertemu dengan wajah tampan suaminya yang masih terlelap. Pasangan suami istri itu memang tidur dalam kamar yang sama dan berbagi ranjang yang sama, tetapi tidak pernah bersentuhan walau seujung rambut. Arya benar-benar menepati janjinya. Seusai shalat isya berjamaah, ia akan duduk di ruang kerjanya, lalu baru masuk ke kamar setelah Raya terlelap. Satu hal lagi yang tak pernah lupa ia lakukan, yaitu mengecup puncak kepala istrinya sebelum naik ke ranjang dan tidur.

Pelan-pelan Raya turun dari ranjang, berusaha tidak menimbulkan suara agar tidak membangunkan Arya. Masih sekitar setengah jam lagi sebelum adzan shubuh berkumandang, tetapi Raya sedang mendapatkan tamu bulanannya, jadi ia ingin fokus memasak.

Raya nyaris masuk ke dapur, namun terhenti kala melihat pintu ruang kerja Arya yang terbuka. Dengan maksud ingin menutup, ia pun berjalan mendekat.

Sebuah figura berukuran besar terlihat ketika Raya berdiri di depan pintu ruang kerja Arya. Ada tiga orang dalam foto di figura itu, seorang pria dan wanita separuh baya, lalu remaja lelaki yang sangat tampan. Penasaran, Raya pun masuk untuk melihat.

Ini adalah kali pertama Raya menginjakkan kaki di ruang kerja suaminya, dan langsung jatuh cinta dengan banyaknya buku yang berjejer di rak. Raya mengambil sebuah buku, tepatnya novel berbahasa Inggris, lalu membawanya ke sofa di sudut ruangan dan mulai membacanya. Gadis itu larut dalam bacaannya hingga melupakan rencana memasaknya.

***

Arya bangun tepat saat telinganya menangkap suara adzan. Ia tidak ambil pusing ketika tidak mendapati istrinya di kamar, mungkin istrinya itu sedang memasak di dapur seperti pagi-pagi sebelumnya. Ia beranjak mengambil air wudhu dan menunaikan shalat.

Usai shalat, Arya keluar kamar menuju dapur. Namun, gadis cantik berhijab yang biasanya ia lihat sibuk mengiris bawang dengan suara pisaunya yang cukup keras bergesekan dengan talenan itu tidak ada. Kedua alis lelaki itu bertaut, di mana istrinya?

"Assalamualaikum, Arya." Raya tiba-tiba sudah berdiri di belakang Arya dan mengucap salam.

Arya berjingkat kaget sebelum akhirnya menjawab salam Raya. Sudah menjadi kebiasaan, mereka akan saling mengucapkan salam satu sama lain ketika mengawali hari di pagi hari. Ucapan salam adalah doa, dan mereka ingin selalu saling mendoakan setiap hari, walau seucap salam saja.

"Kamu terkejut?" tanya Raya dalam senyuman jahil.

Arya menyadari bahwa dirinya sedang dikerjai dan mukanya berubah datar. Bener-bener datar, nyaris terlihat marah. Ia kemudian berjalan melewati Raya dan duduk di kursi ruang makan.

"Arya, kamu marah?" tanya Raya cemas. Ia segera menyusul lelaki itu dan berlutut di hadapannya. "Arya, jangan marah ... aku tidak bermaksud, maaf," lirihnnya menyesal.

Arya masih bergeming. Ia menelusuri wajah Raya yang menunduk di hadapannya, lalu tawanya mulai berderai dalam ruangan yang masih bersinar remang-remang itu. "Satu sama," katanya dan langsung dihadiahi pukulan di paha oleh Raya.

"Arya, ih ... aku ngambek! Pagi ini, kamu yang masak!" Raya mencebikkan bibirnya dan bersedekap dada.

Tawa Arya semakin menjadi karenanya. Ia lalu menarik Raya ke atas pangkuannya. Raya sempat terkejut, tetapi tidak menolak. Rupanya, rasa nyaman mulai membuatnya terbiasa dan menerima segala sentuhan suaminya.

"Nyonya Dylan ternyata sangat menggemaskan saat mengambek, ya," katanya seraya mencubit pipi Raya dengan gemas.

"Hihhh!" Raya memutar kepalanya dengan cepat dan menatap Arya.

Kedua pasang mata itu saling bertemu dan mendadak suasana menjadi canggung. Bagaimana tidak, wajah keduanya sangat dekat. Cukup lama keduanya berada pada posisi itu membuat jantung Raya berdebar-debar, dan semakin tidak karuan ketika Arya menurunkan pandangannya, menatap tepat di bibir Raya. Gadis itu pasrah saja dan mulai menutup mata kala Arya semakin mendekatkan wajahnya.

Jodohku Bukan PenggantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang