Menjadi Gadismu

5.4K 322 9
                                    

"Assalamualaikum, selamat pagi!"

Raya baru saja membuka matanya dan seseorang sudah menyambutnya dengan ucapan salam juga senyum yang indah. Ia kemudian duduk dengan menahan sakit yang menyerang pinggangnya. Sakit itu tidak benar-benar dirasakannya karena hatinya yang membuncah oleh perasaan bahagia.

"Waalaikumsalam, selamat pagi juga," jawabnya dengan nada malu-malu, lalu sedetik kemudian sebuah kecupan lembut sudah mendarat di puncak kepalanya.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Arya seraya mengangsurkan segelas air putih.

Raya menerima gelas itu dan meneguk isinya sebelum berkata, "Ehm, sangat nyenyak, bahkan badanku terasa lebih segar."

Arya tersenyum dan kembali mengecup puncak kepala istrinya.

"Shalat dulu gih, keburu siang."

"Kamu?"

"Saya sudah, tadi ikut jamaah di masjid komplek."

Arya keluar kamar dengan membawa gelas yang sudah dihabiskan isinya oleh Raya. Sementara gadis itu masih bergeming di atas ranjang sambil memandangi punggung Arya yang menjauh. Ia kembali teringat saat semalam ia dan suaminya sedang menyatukan jiwa dan raga. Lelaki itu memperlakukannya dengan sangat lembut, disertai bisikan-bisikan kalimat penuh cinta.

Pandangan Raya menurun pada tubuhnya yang ternyata tidak ditutup sehelai benang pun di bawah selimut tebalnya. Pipi Raya memerah menyadari jika semalam Arya telah melihat semua bagian dari dirinya, dan tentu saja ia juga melihat semua milik Arya.

Ponsel Raya yang berada di atas nakas berbunyi, menyentak gadis itu dari imajinasinya yang mulai liar. Dengan segera ia meraihnya dan menjawab panggilan tanpa melihat nama si penelepon.

"Sayang, shalat shubuh dulu ya, senyum-senyumnya nanti aja," kata seseorang di seberang yang suaranya sangat dikenal Raya.

Raya menjauhkan ponsel dari telinganya demi melihat nama yang terpampang di layar, Arya. Kening Raya berkerut, darimana Arya tahu jika dirinya belum shalat dan sedang senyum-senyum? Mata gadis itu kemudian bergerak dan menangkap sosok yang sedang meneleponnya di ambang pintu kamar.

"Astagfirullah!" Raya terlonjak kaget.

Arya terkekeh melihat reaksi istrinya dan segera menghampiri. Ia meraih handuk kimono yang dilipat rapi dari atas meja dan memakaikannya pada Raya.

Raya memperhatikan setiap gerakan Arya yang membuat jantungnya semakin berpacu. Ia harus menelan kekecewaan karena setelah itu Arya kembali keluar dari kamar. Entahlah, Raya mendadak sangat ingin menghabiskan waktu di kamar saja, tentunya dengan ditemani suaminya.

Raya akhirnya bergegas ke kamar mandi. Ia akan mandi junub terlebih dahulu sebelum shalat.

***

Hari ini adalah hari Senin, tetapi Arya tidak bekerja demi menemani istrinya berburu buku resep masakan. Selain menjadi pemilik restoran, Arya juga menjabat sebagai manager di anak perusahaan milik Fabian. Sebenarnya sudah lama Arya ingin mengundurkan diri, tetapi urung karena ia juga butuh tambahan uang untuk mengembangkan bisnis baksonya.

Jika mengandalkan penghasilan dari restoran saja tidak cukup untuk menutup biaya produksi, gaji karyawan, dan kebutuhannya sendiri yang kini sudah beristri, karenanya ia mempertahankan pekerjaan di anak perusahaan Fabian. Bukan berarti restoran Arya tidak ramai, justru sangat ramai karena terkenal enak, murah, dan selalu menjaga kebersihannya. Namun Arya memiliki mimpi yang lebih besar dan tentunya membutuhkan dana yang lebih juga. Sekarang ia sedang dalam proses pembukaan cabang barunya yang berada di luar kota.

Jodohku Bukan PenggantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang