Apa Lagi Ini?

4K 284 4
                                    

PUKUL 03.00 dini hari. Raya terbangun setelah mendengar ponselnya berdering beberapa kali. Masih setengah sadar, ia meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya untuk meraih benda tersebut. Saat melihat ke layar, ada dua buah pesan masuk dari Arya.

Arya : Assalamualaikum, Raya. Bagaimana keadaanmu hari ini? Saya harap kamu sudah sembuh dan sedang merindukan saya.

Baru membaca pesan yang pertama, Raya sudah dibuat senyum-senyum sendiri. Ia kemudian menggeser layar ke bawah, membaca pesan berikutnya.

Arya : Pukul 8 malam waktu London ketika pesan ini saya kirim. Saya perkirakan, di sana sudah pukul 3 pagi, dan kamu masih tidur, mendengkur. Zzzz!

"Dasar sok tau!" Raya tergelak. "Aku sudah bangun dan aku tidak mendengkur saat tidur." Matanya kemudian melirik jam di dinding sebelah kirinya. Jika di sana masih pukul 8 malam, berarti beda 7 jam lebih lambat dari di sini, gumamnya dalam hati.

Jemari lentik Raya baru saja akan mengetikkan balasan, namun terhenti ketika sebuah panggilan masuk dari nomor lelaki itu. Sepertinya Arya menyadari jika pesannya telah dibaca, menandakan yang dikirimi pesan dalam keadaan terjaga. Raya menyempatkan diri untuk menarik napas, sebelum menggeser lingkaran hijau di layar.

"Assalamualaikum." Suara di seberang menyapa segera setelah panggilan dijawab. "Belum tidur, Raya?

"Waalaikumsalam. Sudah tidur, tapi tiba-tiba ponselku berbunyi dan aku terbangun."

"Ah, pasti gara-gara pesan dari saya, ya? Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu."

"Tidak perlu minta maaf, Arya. Tidak apa." Raya beranjak dari tempat tidurnya demi menyalakan lampu kamar. "Kamu sedang apa?"

"Di bandara. Sebentar lagi pesawat kami akan berangkat. Mungkin sekitar 19 jam kemudian baru tiba di bandara Jakarta."

"Kamu sudah mau balik, ya? Sama siapa? Besok, mau aku jemput?"

Pertanyaan Raya yang bertubi-tubi membuat Arya tertawa. "Tidak perlu dijemput. Begitu kami tiba di sana, mungkin sudah tengah malam. Kamu sudah tak sabar ingin bertemu saya, ya? Jangan-jangan ... kamu rindu?"

Raya mendadak salah tingkah. Tubuhnya bergerak-gerak tak tenang karena godaan lelaki itu. "Aku kan hanya menawari. Kalau tidak mau yasudah."

"Sebaiknya kamu tidur lagi. Di sana masih gelap, kan?"

"Hm," jawab Raya singkat.

"Raya."

"Ya?"

"I love you."

Raya tertegun. Ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk membalas perkataan lelaki itu. Hening. Suasana di antara keduanya mendadak menjadi canggung. Arya sendiri tidak berharap akan mendapat balasan atas pernyataan cintanya kali ini. Ia cukup sadar diri, tidak mungkin mendapatkan cinta gadis itu dalam waktu yang singkat. Semua butuh proses.

Sambungan akhirnya diputus. Raya terduduk lemas di kursi di depan meja riasnya. Matanya menatap lurus ke cermin, tetapi pandangannya kosong. Ia memikirkan tentang Arya. Sejak malam itu, Arya menjadi secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Beberapa kali ia mengatakan cinta. Seandainya Raya juga merasakan hal yang sama, mungkin ia sudah berbunga-bunga. Namun kondisinya berbeda. Cinta yang terus-menerus terucap, membuat hatinya kian dirundung rasa bersalah.

***

Setelah mendapat telepon dari Arya, Raya tidak bisa tidur. Ia memutuskan untuk mengambil wudhu dan menunaikan shalat sunnah malam, empat raka'at dua salam. Sepanjang waktu menjelang shubuh itu dihabiskannya dengan mencurahkan seluruh kegundahan hatinya pada Tuhan, melalui doa.

Jodohku Bukan PenggantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang