ARYA adalah lelaki yang menyenangkan, begitulah yang dapat Raya simpulkan setelah seharian ini bersama dengannya. Mereka hanya bermain di sekitaran pantai, membuat istana pasir, berburu kulit kerang, naik kuda menyusuri pantai, bahkan snorkeling.
Raya menjatuhkan tubuhnya ke sofa ruang tamu penginapan, dan tersenyum mengingat saat-saat kebersamaannya dengan Arya tadi. Baru kali ini ia merasakan liburan di pantai yang sesungguhnya, benar-benar berbaur dengan alam laut saat snorkeling, menikmati keindahan bawah laut yang mempesona.
Tadi adalah kali pertama Raya melakukan penyelaman, tetapi sama sekali tidak ketakutan karena Arya berjanji akan menjaganya, dan lelaki itu benar-benar melakukannya.
Ponsel Raya berdering, sebuah pesan singkat masuk, dari Arya. Dengan semangat Raya membuka pesan itu dan membaca isinya.
Arya : Sudah makan? Jika belum, datanglah ke tempat tadi kita membuat istana pasir. Saya tunggu.
Raya : Lima belas menit lagi aku ke sana. Tunggu, ya.
Arya : Baiklah, 15 menit dari sekarang. Terlambat semenit saja, kamu kehilangan jatah makan malammu.
Raya segera masuk ke kamar, mengambil sweter untuk melapisi kaus putihnya yang tipis. Pantai saat malam hari pasti akan sangat dingin dan ia sudah berjanji pada ibunya untuk tidak keluar penginapan saat malam tanpa memakai sweter.
Siska sudah pulang sejak siang tadi dan seharusnya Raya juga ikut bersamanya, tetapi pertemuannya dengan Arya tadi pagi membuatnya urung untuk pulang cepat.
***
Dari kejauhan, Raya sudah bisa melihat dua buah tenda yang didirikan di atas pasir pantai, lengkap dengan api unggun yang telah menyala merah. Senyum Raya mengembang dan semakin mempercepat langkahnya. Entah hal menyenangkan apa lagi yang akan Arya tunjukan pada Raya.
"Arya, aku ...." Raya mendadak terdiam kala melihat dua orang yang duduk di depan api unggun, Rian dan istrinya. Tubuh Raya menegang.
Arya melihatnya dari dalam mobil, dalam hati mengucap maaf pada gadis itu karena ini adalah rencananya. Ia sengaja mengajak Rian dan Liana ke acara makan malamnya bersama Raya. Arya tidak bermaksud jahat, ia hanya ingin membuat gadis itu terbiasa dengan status Rian yang telah menjadi suami perempuan lain. Raya harus benar-benar melupakan Rian dan mulai membuka hatinya untuk seseorang yang lain, untuk Arya.
"Hey, Raya! Apa yang kamu lakukan di sana? Ayo, gabung!" Liana yang menyadari keberadaan Raya, melambaikan tangannya. Sementara Rian yang duduk di sampingnya hanya diam, sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak berlari dan memeluk gadis itu.
"Ayo, Raya." Arya tiba-tiba sudah berdiri di samping Raya dan menggenggam tangannya. "Kamu sudah makan?"
"Belum."
"Bagus. Tadi kita sudah buat cumi-cumi bakar, kamu suka, kan?"
"Kupikir hanya aku dan kamu saja, kenapa ada mereka juga?"
"Mereka ingin bergabung, boleh, kan?"
Raya hanya mengangguk dan Arya langsung menggiringnya untuk duduk bersebelahan. Diam-diam Raya melirik ke arah Rian yang duduk berseberangan dengannya. Lelaki itu tampak menoleh pada istrinya yang sedang mengambilkan nasi dan lauk untuknya, lalu tersenyum ketika menerima sepiring nasi itu. Raya mulai berpikir, cinta yang dimiliki Rian untuknya mungkin telah habis, digantikan cinta yang baru untuk Liana. Secepat itukah? Bahkan cinta yang Raya miliki untuk lelaki itu masih tersimpan rapi dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/167464272-288-k133661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Bukan Penggantimu
RomanceRaya tahu seseorang sedang mengawasi mereka, bahkan ketika Aryanka Dylan berlutut di hadapannya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku jasnya. Arya membuka kotak beludru berwarna merah itu dan mengulurkannya pada Raya. "Radista Anggitya...