Bertiga Dalam Hujan

4.9K 327 8
                                    

PEMANDANGAN matahari tenggelam di pantai memang yang paling indah, setidaknya menurut Raya. Bulatan besar berwarna jingga itu seperti akan tenggelam ke lautan yang luas, menyisakan semburat warna senada pada gumpalan awan yang perlahan menghitam menyambut kedatangan malam.

Di atas pasir putih pantai, Raya menyaksikan pemandangan itu dan menemukan kedamaian pada hatinya. Suara deburan ombak dan riuh lembut gesekan dedaunan yang diterjang angin, menggiring matanya untuk terpejam. Raya menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

"Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan." Raya menggumamkan arti potongan ayat surah Ar-Rahman.

Seorang perempuan muda mengamati Raya dari balik jendela kamar penginapan tidak jauh dari pantai. Perempuan itu cantik, dan tampak seumuran dengan Raya. Cukup lama ia hanya diam mengamati Raya yang masih terhanyut dalam buaian angin pantai, dalam hati bertanya-tanya, apakah tidak apa gadis itu berlama-lama di sana, sepertinya hujan akan turun. Perempuan itu menyadari mata Raya yang terpejam, dengan alasan itu ia berjalan keluar penginapan untuk menghampiri Raya. Seseorang harus memberitahu gadis itu bahwa hujan akan segera turun.

Perempuan muda itu duduk di samping Raya diam-diam, matanya lekat menatap gadis itu dan tanpa sadar bibirnya mengulas senyum. Raya memang cantik, bahkan dengan hanya mengenakan gaun berwarna putih selutut, berpotongan sederhana.

"Sudah maghrib, langitnya mendung, sepertinya akan turun hujan ... kau sebaiknya segera kembali." Akhirnya perempuan itu membuka mulutnya untuk bersuara.

Raya membuka matanya dan terkejut melihat perempuan yang entah sejak kapan duduk di sebelahnya. Perempuan berkulit langsat, berambut panjang kecoklatan, dan wajah yang seperti tidak asing bagi Raya. Raya berupaya mengingat kemungkinan ia mengenal perempuan yang sedari tadi melempar senyum ke arahnya tersebut, tetapi usahanya gagal, ia tidak kunjung ingat.

Perempuan itu seperti mengetahui kebingungan Raya, maka senyumnya semakin lebar.

"Kau tidak mengingatku? Kita pernah bertemu sebelumnya."

Raya tidak menjawab. Otaknya bekerja keras untuk menemukan lokasi ia menyimpan biodata perempuan di sebelahnya, sehingga bibirnya tidak sempat menjawab. Entah kenapa, Raya merasa perempuan itu memiliki peran yang cukup besar dalam hidupnya.

"Kamu pasti mengenal Rian Fabiansyah, kan?" kata perempuan itu lagi.

Rian Fabiansyah. Tentu Raya mengenalnya. Lelaki yang sudah menyayat luka yang begitu dalam pada hatinya. Lelaki yang dulu dengan bangga ia sebut sebagai kekasihnya, tetapi kini telah dimiliki perempuan lain yang bahkan agama dan hukum telah mengakuinya. Ah, hatinya masih terasa sakit ketika mengingat hal itu.

"Ada apa dengan lelaki itu?" tanya Raya tanpa menyebut ulang nama Rian, alasannya sudah jelas.

"Aku Liana, dan Rian Fabiansyah adalah suamiku," jawabnya dalam senyum seraya menepuk pelan bahu Raya. "Waktu itu, bukankah kita sudah berkenalan, hem?"

Hening. Cukup lama. Raya hanya menatap Liana dalam pandangan yang sulit diterjemahkan, ekspresinya datar.

"Bagaimana ... kau bisa di sini?" ucapnya pada akhirnya. Mengingat kemarin pagi adalah hari pernikahannya, dan tiba-tiba sekarang sudah ada di pantai yang letaknya di pinggir kota.

"Sejujurnya, aku tidak terlalu suka pesta. Dan pesta yang diselenggarakan ibunya Rian kemarin cukup berlebihan untuk membuatku bosan. Jadi, kami melarikan diri ke sini," jelasnya dengan nada merenung. Ada kesedihan dalam suara Liana yang tidak Raya sadari.

"Kami? Maksudnya---"

Belum sempat Raya menyelesaikan ucapannya, seorang lelaki yang paling ingin Raya hindari, datang dengan membawa sebuah payung. Rian Fabiansyah. Lelaki itu juga terkejut melihat Raya yang duduk di sebelah istrinya. Tadi, ia hanya mengamati Liana yang keluar penginapan untuk menghampiri seorang gadis yang duduk sendirian di pantai, tetapi ketika langit semakin gelap oleh malam yang bercampur mendung dan keduanya tidak kunjung beranjak, Rian memutuskan untuk menghampiri dengan membawa payung yang hanya tersedia satu di penginapan. Lelaki itu tidak menyadari bahwa gadis yang duduk bersama istrinya adalah Raya, mantan kekasihnya yang masih sangat dicintainya.

Jodohku Bukan PenggantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang