Bab 3

29 1 0
                                    

Hari yang mendung, semendung hati Aura pagi ini. Aura meneteskan air matanya saat ia mengingat kenangan terakhir bersama kedua orang tuanya.

Flashback on

"Papa sama mama mau kondangan bentar, kamu mau ikut?"

"Mama gak liat? Aura banyak tugas, ya jelaslah Aura gak mau ikut." Jawab Aura dengan nada tinggi.

"Kamu tiati ya di rumah. Mama sama papa pergi."

Sudah 7 jam Aura menunggu orang tuanya yang tidak kunjung pulang. Jam sudah pukul 11 malam, tapi mereka belum pulang.

Sekitar 10 menit, setelah Aura melihat jam, telepon rumahnya berbunyi.

"Selamat malam, benar ini dengan saudara Aura, anak dari Bapak Gerald dan Ibu Melati?" Terdengar suara seorang perempuan dari sebrang sana.

"Iya saya sendiri. Ini dari mana ya?"

"Kami dari Rumah Sakit Garuda ingin memberi tahu bahwa orang tua anda mengalami kecelakaan dan sekarang sedang ditangani di UGD."

"APA? Ok sus, saya kesana sekarang."

Aura segera menutup teleponnya, ia memesan ojek online. Setelah 30 menit dalam perjalanan, Aura langsung mencari UGD, namun naas, ayahnya tidak dapat ditolong lagi. Selang 15 menit setelah ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya, kini ia harus merelakan ibunya.

Flashback off

Tanpa disadari, kini air mata Aura sudah membasahi pipinya. Aura teringat masa dimana ia selalu sarapan dengan ayah dan ibunya, namun kini ia sudah tidak bersama mereka.

Aura tidak terima dengan keadaan orang tuanya saat meninggal. Setelah diselidiki, ternyata penyebab kematian mereka adalah ada seseorang yang membawa motor dengan oleng, untuk menghindari, papa Aura membanting setir dan menabrak pohon dengan sangat keras. Saat itu mobil yang mereka kendarai terbakar. Untuk melakukan evakusi awalnya sulit, dan setelah berhasil, mereka segera dilarikan kerumah sakit.

Suara klakson motor Raka membangunkan Aura dari lamunannya. Ia segera bangkit, mengambil tas, dan pergi ke sekolah bersama Raka.

"Mata kamu sembab, kamu abis nangis? Sini peluk aku" tanya Raka.

"Aku kangen mama papa, Raka. Aku kau nyusul mereka"

"Kamu gak boleh ngomong gitu. Kan masih ada aku, ada Debora, ada Janice, kita semua sayang sama kamu."

Tangisan Aura pecah di dalam pelukan Raka.

****

"AURA RAHAYU!!!! KNP KAMU TELAT DI PELAJARAN SAYA?" Kata Pak Subroto, guru matematikanya dengan garang.

"Ampun pak. Saya gak ada niat untuk telat"

"Mulai besok, kalau kamu telat lagi, kamu saya hukum"

Aura tidak membalas perkataan gurunya. Ia langsung masuk ke kelas dan duduk di kursinya dengan tatapan bertanya-tanya dari Jason.

"Ra, lo baik-baik aja?" Tanya Jason hati-hati.

"Gw cuma kangen ortu gw." Jawab Aura sambil meneteskan air matanya.

"Gw ngerti perasaan lo, gw juga pernah ada disisi lo, gw udah kehilangan papa gw. Gw tau gimana perasaan lo." Jason berusaha menunjukan bahwa Aura tidak sendiri.

"Jason, gw nyesel, knp waktu itu gw tolak ajakan ortu gw, gw nyesel." Aura semakin terisak.

"Jangan sedih, gw ada buat lo. Entar pulang sekolah, gw mau ajak lo ke suatu tempat, lo harus ikut gw."

Aura hanya terdiam, tidak menjawab, ia masih sibuk dengan rasa bersalahnya.

****

Haduhh, kok ceritanya makin aneh ya. Gpp lah ya, awalnya author juga gak ada niat buat alur kek gini, tapi tiba-tiba terlintas aja.

Hayoo, siapa disini tim Aura-Jason??
Tim Aura-Raka siapa??

Dikomen ya guys, jangan lupa vote juga. Muahh

I Love You but I Still Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang