Bab 1

62 1 0
                                    

Hari yang sangat menyebalkan bagi Aura. Setiap hari selasa, terdapat pelajaran fisika, yang selalu membuatnya jengkel. Suara Pak Bagus yang menggelegar diruang kelasnya, selalu membuatnya tidak bisa fokus. 

Aura melirik ke teman di sebelah kanan nya, Debora, yang sedang tertidur pulas.
Aura pun mengalihkan pandangannya ke arah sebrang kirinya, Janice, yang sedang asik memainkan handphonenya.

Aura yang mulai kesal, mencoba untuk kembali fokus. Namun tetap saja tidak bisa.

Jason yang bosan pun menoleh ke belakangnya, ya, Aura.
"Hey" Aura menoleh pada Jason yang sudah ada di depan matanya.

"Apa?"

"Geer lu, orang gw lagi mau nanyi. Hey tayo, hey tayo, dia bis kecil ramah"

"Serah lu dah" Aura mulai kesal. Aura mengalihkan pandangannya dan kali ini pandangannya kembali pada Jason yang masih menatapnya.

"Balik badan lu, nanti si Bagus selesai nulis terus liat lu gak merhatiin dia, bisa kelar hidup lu" ceramah Aura yang disambut dengan senyuman manis dari Jason.

"Iya sayang ku" jawaban itu berhasil membuat Aura merasa mual, sampai mau memuntahkan seluruh isi perutnya.

****

"Nih buat lo" ujar Raka sambil menyerahkan 1 batang coklat pada Aura.

Raka adalah kakak kelas 12 yang selama ini mengagumi Aura. Raka menyadari perasaannya itu saat harus 1 organisasi osis dengan Aura, saat Aura masih kelas 10, iya berarti saat Raka masih kelas 11. Artinya sudah 1 tahun Raka menyembunyikan perasaannya.

"Dalam rangka apa lu baik sama gw?" Jawab Aura tanpa memberikan senyum sedikit pun. Cuek dan judes memang sudah menjadi kebiasaan Aura.

"Dalam rangka gw pensiun osis. Gw ngasih itu sebagai ucapan selamat dari gw, karena lo kepilih jadi ketua osis, gantiin gw"

"Oh gitu. Thx deh. Lu gak makan? Tumben gak kumpul sama geng lu. Biasanya kalau ada rapat osis dulu, lu sering bolos karena kumpul sama geng lu. Padahal lu ketua, dasar gak bertanggung jawab." Kali ini Aura memberikan senyum tipisnya.

"Temen gw lagi pada remed. Jadi gw gak ada kerjaan, sekalian gw mau ngasih ini juga. Makanya gw ke sini"

"Oh gitu."

"Lo sendiri?"

"Lu liatkan gw lagi sendiri?"

"Iya juga. Pertanyaan gw merujuk pada 2 pertanyaan lho"

"Apaan?"

"Btw, gw boleh join sama lo? Pegel juga berdiri"

"Siapa suruh gak duduk dari tadi. Merujuk pada apa?"

Setelah duduk, Raka mulai menjelaskan,
"Pertama, kondisi lo saat ini yang lagi sendiri. Dan yang kedua, status lo."

"Maksud status gw?"

"Lo punya pacar gak sih? Pacar asli lo siapa sih? Banyak yang ngaku pacar lo soalnya"

"Gw gak punya pacar. Itumah mereka aja yang ngarep."

"Kalau gw jadi pacar lo boleh?"

Aura yang sedang menyantap coklatnya, langsung keselek dan menatap Raka. Seorang mantan ketua osis yang pinter, tinggi, cakep, idaman banyak wanita disekolahnya, kini menyatakan diri ingin jadi pacarnya?

"Siapa sih yang gak terpesona sama lo. Lo cantik, pinter, baik, ramah, rendah hati, gesit, semua bisa. Gw lelaki tulen, pastilah gw suka sama lo"

"Hah?"

"Kalau lo gak mau juga gpp sih"

"Eh bukan gitu. Gw gak nyangka aja, seorang Raka, idaman para wanita, nembak gw? Hahahaha"

"Jadi mau apa enggak?"

"Boleh lah." Jawaban Aura sukses membuat Raka tersenyum.

****

"Buset dah, lu pacaran sama Raka? Idola gw itu? Beh, beruntung banget lu." Ujar Debora pada Aura yang membuat Aura bingung, knp satu sekolah bisa mendapatkan kabar secepat itu mengenai hubungannya dengan Raka. Padahal, baru 1 hari mereka pacaran.

"Kalau iye knp?" Jawab Aura cuek.

"Hah? Lu pacaran sama Raka? Cowo bajingan itu? Yang pernah..." Jason tak melanjutkan perkataannya. Ia tak mau membuat Aura sedih karena pernyataannya.

"Pernah apa? Lu cemburu?" Aura mulai penasaran dengan kelanjutan perkataan Jason.

"Lupain aja deh, gw lupa mau ngomong apa."

"Dasar."

****

Hai? Gimana part ini? Ngebosenin ya? Maaf ya.

BTW, Jason tadi mau ngomong apa sih? Kok aku jadi penasaran ya. Tungguin terus yak.

I Love You but I Still Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang