Hari ini Alice menemui Ray dan yang lainnya di gedung Bighit. Alice mencoba membicarakan alternatif lain dari ide yang sudah dia dan timnya diskusikan. Bang PD juga hadir dalam pertemuan itu. Sementara anggota BTS, sedang sibuk syuting untuk acara program mereka. Usai pertemuan itu, Alice dan timnya masih mencoba membicarakan keputusan yang ingin BangPD dan Ray inginkan.
Alice pulang sangat larut. Dia tak sengaja lewat lapangan skateboard dan mencoba mampir. Dia melihat sebuah graffiti yang mengalihkannya. Dia mendekati graffiti itu dan terdiam begitu lama. Rupanya ingatan lamanya membawanya pergi jauh hingga tanpa ia sadari seseorang datang mendekatinya. Bentuknya tubuhnya terlihat seperti seorang lelaki yang sedang mengenakan jaket hoodie hitam dengan celana jogger hitam.
"Apa maksudnya?" Alice masih bertanya-tanya alasan Harry memutuskannya.
Lelaki itu membuat suara, tapi Alice masih fokus dengan pikirannya. Akhirnya lelaki itu memegang pundaknya. Alice sangat terkejut hingga dia mengumpat pada orang di depannya. "HEI!" sahut Alice. Dia mulai memandang lelaki dengan curiga, pasalnya lelaki itu memakai masker, yang menutupi wajahnya.
"Siapa kamu?"
"Apa kamu orang kompleks sini?"
"Apa kamu kenal aku?"
"Cepat jawab aku!"
"Jika tidak...," Alice memutar matanya dan melihat sekitarnya sangat sangat sepi.
"Disini sepi," sahut lelaki itu.
"Lalu?" sahut Alice.
"Siapa kamu?" tanya Alice.
"Cepat jawab!"
"Aku mengenalmu," sahut lelaki itu.
"Aku juga tinggal disini," sahutnya lagi.
"Kamu kenal aku dan kamu tinggal disini? Woah!" sahut Alice. Dia cukup terkejut karena dia tahu teman-teman kampus tidak ada yang tinggal di area apartemennya.
Alice menyipitkan matanya, "siapa...kamu?" suaranya mulai terbata-bata. Dia memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit. Lelaki membuka masker, mata Alice seketika terbuka lebar.
"HEI!" Alice langsung teriak dan menjitak lelaki itu.
"Kenapa kamu menjitakku?" sahut lelaki itu.
"Kamu membuatku takut," sahut Alice.
"Lagipula...,"
"...lagipula kenapa? Kamu harusnya pulang! Tapi...kamu benar tinggal disini?" tanya Alice masih tak percaya.
Lelaki itu mengangguk.
"Sendiri?"
"Kita tinggal bertujuh."
"Sama Jin juga?" sahut Alice.
"Tentu saja."
"Kenapa?" sahut lelaki itu.
"Tidak apa-apa. Aku hanya senang saja Jin tinggal disini juga. Sejak kapan kalian tinggal disini?" tanya Alice.
"Awal tahun."
"Oh...gitu." Alice pun melihat jamnya dan berniat ingin pulang.
"Apa kamu benar-benar ingin pulang?" tanya lelaki itu.
"Tentu. Kenapa? Kamu juga seharusnya pulang, anak kecil!" Alice meledek lelaki itu dengan sebutan anak kecil seraya dia mengacak-acak rambut lelaki itu walaupun tinggi lelaki itu sudah melampauinya. Sedikit.
"Ah, aku lapar!" Alice tiba-tiba merasa lapar.
"Lagi?"
"Kenapa setiap kita bertemu aku selalu merasa lapar?" sahut lelaki itu.
"Entahlah. Mungkin tampangmu membuatku merasa lapar," jawab Alice.
Jungkook menarik tangan Alice dan membawanya pergi bersamanya. Alice terlihat bingung, "kemana kamu membawaku pergi?" tanyanya. Rupanya Jungkook membawa Alice ke swalayan yang biasa dia datangi. "Belilah sesuatu. Aku akan membayarnya," sahut Jungkook. Alice melirik Jungkook dengan tatapan tajam, "kamu pikir aku tidak bisa bayar?" Alice terdengar terlalu sensitif. Jungkook menggelengkan kepalanya, "bukannya kamu masih sekolah? Simpan saja untuk uang sakumu," ledeknya. Alice tak segan memukul lengan Jungkook, "hei!" sahutnya. "Aku lebih tua darimu!" Alice mengambil minuman coklat kesukaannya lalu segera membayarnya. Jungkook hanya melihatnya dari belakang.
Jungkook begitu nyaman saat bersama Alice. Keduanya pun duduk di tempat duduk yang pernah ia duduki di malam itu. "Aku mendengar ceritamu," sahut Jungkook tiba-tiba. Alice bingung. "Tentang seorang laki-laki yang memutuskanmu," sahut Jungkook. Alice heran. "Karena aku sedang duduk disini saat kamu cerita dengan temanmu di telepon." Kemudian Alice berbisik pada Jungkook, "anak kecil tidak seharusnya mendengarnya." Alice membuat senyum palsunya.
"Hei, aku bukan anak kecil."
"Lalu kamu siapa?"
"Aku seorang pria."
"Pria?" Alice tertawa.
"Pria kamu bilang?"
"Pulang lah, Nak. Aku rasa Jin akan mencarimu," sahut Alice.
Seketika Alice bilang, ponsel Jungkook berdering. Dia melihat ada panggilan masuk dari Jin. Jungkook terkejut dan segera menunjukkannya pada Alice. "Woah!" sahut Alice dengan suara kecilnya. Jungkook mengangkatnya.
"Ya, hyung?"
"Dimana?"
"Di swalayan."
"Pulanglah!"
Alice menahan tawanya mendengar perkataan Jin yang menyuruh Jungkook pulang. Jungkook segera menutupnya tanpa basa-basi. "Pulanglah, Nak. Orang tuamu sudah mencarimu," ledek Alice. Jungkook bangkit dari kursinya dan mengajak Alice pulang juga. Alice pun bangkit seraya membawa minumannya. Keduanya masih berjalan hingga Alice dan Jungkook tiba di blok apartemen Jungkook.
"Aaaa...jadi kalian tinggal disini," sahut Alice.
"Mampirlah!" ajak Jungkook.
"Tidak." Alice langsung menolaknya.
"Aku akan pulang. Terima kasih," sahut Alice.
"Untuk apa?" tanya Jungkook.
Alice hanya tersenyum dan meminta Jungkook untuk masuk ke apartemennya. "Aku takut kamu diculik, jadi aku harus melihatmu dari belakang," Alice senang sekali saat meledek Jungkook. Keduanya berpisah. Alice pun pulang dengan jalan kaki ke blok apartemennya.
***
YOU ARE READING
Love, Hope, Smile #3
FanfictionThe 3rd series of December is Coming. When the December is coming talked almost about dreamland with dreamy act, and the Do you believe in magic talked about dreamland with reality act. Then, the last series will talk about their reality story. More...