Epilog: past future

9 0 0
                                    

"Sekarang aku mengerti," sahut Alice pada Naila. Mereka bertemu di Sungai Han saat matahari sedang tidur dan hanya bulan dan bintang yang melihat pertemuan mereka.

"Apa?"

"Jin adalah orang yang sebenarnya membawaku kembali dekat pada mereka. Bukan Ray. Aku ingat bahwa aku jelas-jelas menolak tawaran Ray bahkan saat pertama kali dia mengatakannya padaku dan aku tidak pernah berniat sedikitpun untuk bergabung dengannya jika bukan karena Jin. Aku mengingatnya,"

"Jadi Jin orangnya?"

Alice mengangguk pada Naila. Mereka terlihat mandi cahaya karena mereka duduk tepat di bawah sinar lampu taman itu. "Naila...," panggil Alice. Naila menoleh pada Alice.

"Ya?" sahutnya.

"Harry juga memberiku jalan untuk semakin dekat dengan mereka. Dia...mengorbankan dirinya untuk Jungkook. Dia membuat Nara memilihnya. Bukannya itu tidak adil?" kata Alice masih tak terima Harry bersama Nara.

"Harry sudah memilihnya."

"Maksudnya untuk perasaannya. Dia mengorbankan perasaannya. Harry adalah orang yang benar-benar membuatku sangat nyaman saat aku berada di sisinya, jika dia tidak keras kepala. Aku...jujur dan masih menyesalinya walaupun aku terus berkata bahwa aku tidak menyesalinya tapi...," dia menghela napasnya. "Apa hidup ini seperti ini?" Alice merasa frustasi dengan kenyataan hidup yang ia terima.

"...tapi aku tetap bersyukur karena ini membuatku sadar bahwa cinta bukan sekedar sebuah ikatan hubungan spesial yang dijalin oleh sepasang lawan jenis. Tetapi ini tentang perasaan yang bahkan aku tidak bisa menjelaskannya. Taehyung terus mengatakan hal itu padaku bahwa cinta harapan dan senyuman tidak boleh terpisahkan."

"Bukannya aku sudah cerita tentang itu padamu?" katanya pada Naila.

Naila mengangguk. "Alice...Taehyung seperti ingin menjelaskan bahwa mulailah dari dirimu. Cintai dirimu, dari situ kamu akan menemukan apa itu cinta yang sebenarnya. Iya, kan?" sahutnya. Alice kembali menatap ke arah depannya.

"Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengannya. Tentu saja tidak hanya dengannya, semuanya. Jin membawaku bertemu orang-orang yang membuat cara berpikirku berubah. Aku sangat berterima kasih padanya. Dia teman dan sahabat terbaikku," kata Alice.

"Alice...aku ingin mengajukan satu pertanyaan padamu tapi...aku tidak ingin kamu mengingat ini? Saat kamu bangun nanti, aku ingin kamu melupakan pertanyaanku ini."

"Apa?"

"Bagaimana jika Jin menyimpan sebuah perasaan bukan hanya sekedar teman atau sahabat atau bahkan saudara? Cinta seorang lelaki," kata Naila.

Alice tertegun. Dia terdiam memikirkan pertanyaan Naila. "Aku...sejak pertama aku bertemu dengan Jin, tidak pernah sedikitpun terlintas di dalam pikiranku bahwa aku akan menganggap Jin sebagai seorang lelaki untuk. Lelaki yang akan menjadi pasanganku. Entahlah. Aku tidak pernah menduga hal itu? Apa aku harus bertanya padanya?" sahutnya. Naila tersenyum.

"Jin...sudah melakukan banyak hal yang mungkin pengorbanannya jauh dari yang pernah Harry lakukan,..."

"...tapi aku nyaman dengannya seperti sekarang. Aku nyaman dengan seorang Jin yang aku kenal sekarang." Alice mengatakannya dengan cukup tegas pada Naila hingga membuat Naila mengalihkan topik obrolan mereka. Seketika ponsel Alice berdering, sebuah panggilan masuk. Alice melihat nama Taehyung.

"Taehyung menelponku," kata Alice seraya ia menunjukkan ponselnya pada Naila tetapi dia hanya bisa menatap panggilan itu.

"Bukannya Taehyung terlihat seperti Jin?" sahut Naila. "Kamu selalu bilang bahwa saat kamu melihatnya tersenyum kamu langsung tersenyum juga. Bagaimana dengan Taehyung? Dia bahkan sudah mengakui perasaannya padamu." katanya lagi.

"Taehyung...," Alice terdiam cukup lama.

***

"Tidak! Aku telat!" Alice melihat ponselnya dan beberapa panggilan tak terjawab dari Taehyung. Hari ini dia punya janji dengan Taehyung di tempat yang sudah mereka rencanakan. Taehyung juga akan membawa Harry bersamanya. Dia berharap Alice bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan pada Harry.

"Aku di jalan! Tunggu aku!" tulis Alice pada Taehyung.

Perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Alice tiba di tempat yang Taehyung maksud. Dia harus berjalan masuk untuk mencari alamat yang Taehyung kirim kemarin malam. Tak lama kemudian, Alice menemukan tempat itu dan dia masih terdiam di luar. Dia menulis pesan pada Taehyung tentang Harry. "Apa dia bersamamu?" tulisnya. "Iya. Cepatlah masuk," balas Taehyung.

Harry tidak tahu jika Alice akan datang menghampirinya, yang ia tahu Taehyung hanya mengajaknya makan siang bersama. Alice pun masuk dengan gugup untuk bertemu Harry. Beberapa langkah untuk bisa dekat dengan Harry, seseorang yang pernah membuatnya menangis di Paris waktu itu, menoleh ke arahnya, dia menghentikan langkahnya.

Harry melihat kedatangan Alice. "Dia...ingin bertemu denganmu," sahut Taehyung. Harry masih terdiam melihat Alice yang juga berdiam diri di tempat ia berdiri sekarang. "Temuilah," sahut Taehyung. Harry bangkit dari tempat duduknya dan datang menghampiri Alice.

"Maafkan aku," kata Harry yang langsung memeluk Alice.

"Maafkan aku," kata Harry lagi.

Alice terdiam. Dia bisa merasakan apa yang sedang Harry rasakan. Harry bukan lelaki lemah tapi hari ini ia mengeluarkan air matanya di depan Alice untuk pertama kalinya. Dia tidak bisa melepas pelukan saat ia mengeluarkan air matanya. Alice menyadari hal itu, dia berusah melepas pelukan. "Biarkan aku melihatmu," seraya ia meminta Harry melepas pelukannya.

Alice tersenyum, dia menghapus air mata Harry, "tidak apa-apa." Lalu dia memeluk Harry yang tubuhnya lebih tinggi darinya. "Harry terima kasih," bisiknya. Akhirnya mereka sudah merasa jauh lebih baik satu sama lain dan ketiganya kini bisa duduk bersama. Alice merasa sangat sangat jauh lebih berbeda sekarang saat dia duduk bersama Harry. Dia seolah benar-benar sedang duduk dengan teman akrabnya yang sudah lama tidak ia temui.

"Wah! Aku seperti pertama kali bertemu kalian!" Alice benar-benar merasa sangat berbeda.

"Aku juga berasa aura kalian sangat berbeda," kata Taehyung.

Harry masih sedikit malu harus membuka suaranya pada Alice. "Aku ingin sekali memakinya saat aku melihatnya tadi tapi dia datang padaku dan langsung memelukku. Aku langsung bisa merasakan apa yang ia rasakan. Harry....," panggilnya seraya ia memegang lengan Harry.

"...sekarang kita sudah baikan." Alice tertawa. Akhir yang bahagia untuk Harry dan Alice.

***

"Aku bertemu Harry kemarin," sahut Alice pada Naila. Mereka bertemu di tempat yang sama.

"Bagaimana?" Alice pun menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Harry hingga akhirnya mereka menghabiskan waktu bersama bertiga.

"Naila...apa selanjutnya?" tanya Alice. Pertanyaannya membuat Naila sedikit heran. Dia mengerutkan dahinya lalu Alice menimpa pertanyaan lain.

"Aku sedang berada dimana aku menemukan sebuah titik kebingunganku dan aku benar-benar tidak tahu siapa yang harus aku minta saran karena...," Alice seperti susah menjelaskannya dan Naila sepertinya mengerti apa yang sedang ingin Alice katakan.

"Taehyung dan Jungkook?" sahut Naila.

"Iya. Aku berpikir begitu lama dan aku tidak bisa menemukan titik dimana aku merasa 'aku akan memilihnya'...aku belum...menemukannya." Naila bisa melihat bagaimana kebingungan yang Alice rasakan.

"Wanita itu pernah bilang kalau aku tidak bisa membandingkan keduanya dan aku harus sangat hati-hati," sahut Alice lagi.

"Benar! Mereka...bukan orang seperti Harry...mereka punya banyak orang yang akan melindungi mereka...mereka juga sangat dekat."

"Naila...," panggil Alice.

"Ya?"

"Seandainya...kamu berada di posisiku dan kamu juga tahu setiap cerita yang terjadi padaku. Katakan...siapa yang akan kamu pilih?" sahut Alice.

-END-

//NEXT SERIES WILL BE OUT SOON//
22.02.19
WINTER AUTUMN
are you in #WinterTeam or #AutumnTeam ?
DON'T MISS IT!!!
6 PM KST

Love, Hope, Smile #3Where stories live. Discover now