02

91 8 0
                                    

_____________
____________________________

Maaf bila apa yang aku lakukan salah. Tapi, kau pasti tau bila tiap perkara berada dibalik sebuah alasan. Dan alasanku kali ini adalah cinta.

_______________
_____________________________

***

Suara video game aksi tengah sibuk ribut memenuhi pelosok ruangan di apartemen yang didominasi dengan warna hitam-putih methalic. Tapi bukannya dimainkan, layar lebar nan tipis itu malah asik menampilkan demo game nya.

Sedang si pemain kini sibuk mengisi perutnya dengan sepiring samyang instan yang dibuatkan oleh si pemilik apartemen, yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya.
Eksel Fahreza namanya alias Eksel untuk panggilannya, laki-laki dengan surai hitam yang tertata kurang rapi juga pemilik senyum kotak yang jadi ciri khasnya.

Sedang si pelahap samyang ini bernama Orlando Farel Mahardika, orang-orang memanggilnya Farel atau kalau nggak ya... Cimol, sebab visualnya yang dianugrahi pipi chubby dan tubuh yang pendek untuk ukuran laki-laki. Dia terkenal akan hobby gonta-ganti gaya dan warna rambut tiap bulan, tapi anehnya kalo untuk gaya rambut batok sama warna biru tosca, pirang, dan pink suka bertahan sampai tiga bulan. Dia ini penyuka Rhoma Irama, fansnya Via Vallen, idolnya BTS, idamannya IU, demennya Eminem, Favoritnya Lisa BlackPink sampai-sampai dia suka minta foto ke Lisa yang sahabatnya Putri buat pura-pura kalo lagi selca bareng Lisa BlackPink.
Si Farel ini juga sahabat Eksel yang paling sering bikin Eksel pengen muntah. Gimana nggak? Orang dia suka banget nempel sama Eksel, buktinya sekarang dia pun ada di apartemen Eksel, tapi walau begitu Farel ini sahabat yang paling ngertiin Eksel dan jadi pelabuhan Eksel buat ngelancarin aksi galaunya.

"Lo beneran nggak mau, Sel?" tanya Farel yang udah kelewat telat, sebab dia tanya pas samyangnya tinggal sehelai.
"Lo nawarin, apa nawarin? Nawarin tuh dari tadi kek, eh ini abis malah baru ditawarin," sahut Eksel datar sebelum menyeruput kopi hitamnya.
"Ye... Biasa aja kali, gitu aja langsung datar. Sensi amat, lagi pms ya?" tuding Farel tak berbobot yang diabaikan Eksel.

"Ohya, hubungan lo sama Putri, gimana?" tanya Farel yang kini dalam mode serius.
Eksel bungkam, rasanya belum siap melakukannya tapi mau bagaimana lagi? Ia harus melakukannya.

"Lu bener mau ngelanjutin semuanya?" Farel bertanya namun kini ia lebih hati-hati karena ia tahu kalau pertanyaan ini begitu sensitif bagi Eksel.
"Itu hak gue, kan?" Eksel justru balik menantang lewat pertanyaan namun, karena mereka sudah bersahabat sejak kecil, Farel tahu bila sirat mata Eksel menunjukkan suatu kegelisahan.
Sejenak Farel hela nafasnya lembut. "Tapi dia juga bakal sakit hati, Sel!" peringat Farel.

Eksel hanya diam menanggapi. Ia bingung harus jawab apa sedang ia sendiri masih begitu ragu melakukan semuanya. Sampai tiba-tiba Farel yang ada dihadapannya menyodorkan handphone Eksel yang tadi dia pinjam untuk selfie.
"Telpon dia! Mumpung nih malem belum larut, gue tau lo sengaja nggak kabarin dia. Tapi pesen gue, jangan terlalu cepet ngelakuin semuanya, pelan-pelan aja. Biar bisa sesuai ama rencana elo," saran Farel yang diangguki Eksel, ia pun ambil handphonennya yang tadi diberikan Farel dan menelpon kelasihnya.

"Halo Kak, ada apa?" sapa Putri ketika panggilan sudah terhubung.
"Nggak ada apa-apa kok. Ohya, kabar kamu gimana hari ini?"
"Baik, Kak."
"Kuliahnya?"
"Baik."
"Em... Tadi pulang sama siapa?"
"Sama Kak Devan," "sebenernya tadi aku udah nunggu Kakak soalnya kemarin Kakak janji jemput sekalian mau ketemu ibu, tapi kata Kak Devan, Kakak pergi latian sama temen-temen Kakak buat undangan pembukaan cafe baru yang deket kampus, lusa," lanjut Putri mendetail.

28JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang