***
Tangisnya terus-terusan mengalir mengiringi kegiatannya, hatinya turut sakit mendapati keadaan sahabatnya seperti ini lagi. Ia tak ingin sahabatnya kembali seperti dulu, dimana dia harus jatuh pada lubang yang gelap dan sulit untuk menggapainya lagi.
Sungguh, ia tak ingin semua kenangan buruk terulang lagi.Sebelumnya Farel tak pernah secengeng ini, tak pernah menangis keras. Sekalipun menangis, pasti ia tahan. Terakhir kali ia seperti ini saat ia masih berumur tujuh tahun, saat dimana takdir mencoba mengubah nasibnya dan mempertemukannya dengan Eksel.
***
"Ibu! Ibu mau bawa Alel kemana?" tanya Farel kecil dengan binar polosnya kala tangan mungilnya ditarik paksa untuk mengikuti langkah sang Ibu.
"Udah diem! Alel ikutin aja Ibu!" suruh Ibu.
Farel diam, ia lebih memilih menurut daripada harus mendapat pukulan seperti hari-hari sebelumnya.
Tapi entah kenapa, hari itu Ibunya memperlakukannya dengan begitu 'manis' menurutnya.
Iya, manis untuknya, tidak untuk orang lain. Karena ia yang biasanya hanya diberi nasi kering dengan lauk sebatas kecap murah, kala itu ia diberi nasi hangat dengan lauk ayam goreng dan sayur sop kesukaannya. Ia yang biasanya tidur meringkuk kedinginan, kemarin malam diberi selimut hangat yang membungkus tubuh kecilnya. Ia pun juga dimandikan, di dandani sampai menjadi tampan seperti pangeran kerajaan tanpa luka yang sebenarnya ditutupi dengan make up.
Langkah mereka terhenti di sebuah ruangan vip di sebuah restoran mahal, Farel tentu terkejut saat mereka ada disitu, karena setahunya hidup mereka terbilang miskin dan tak punya tabungan sama sekali. Terlebih Ayahnya yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu dengan meninggalkan banyak hutang, semakin merperlilit ekonomi keluarganya yang sama sekali tak ditinggali warisan atau harta gono-gini.
Ibunya menariknya untuk turut duduk di sebuah kursi yang teramat nyaman, tapi entah kenapa hatinya mendadak gusar. Terlebih iris matanya menatap sosok lelaki dewasa yang menatapnya penuh telisik sembari tersenyum pongah.
"Sepertinya dia cukup bagus untuk dijadikan tambang uang," ucap lelaki itu tetap menatap Farel, membuatnya tak nyaman berada dalam ruangan itu, "Dia tak punya riwayat penyakit kan?" lanjut lelaki itu.
"Tentu tidak, Tuan. Dia ini sama sekali tak pernah sakit, dan saya selalu menjaganya setiap saat."
Bohong.
Ibu Farel bahkan terlalu tega untuk pernah membiarkan Farel hampir mati kelaparan dan kedinginan dengan mengurungnya dalam kamar mandi selama dua hari tanpa makanan, gara-gara Farel yang tanpa sengaja membuat baju kesayangan sang Ibu bolong karena lupa mematikan setrika yang masih menempel dibaju saat dia diteriaki ibunya untuk membeli beras di warung dekat rumah.
"Baiklah, kau mau anak itu dihargai berapa?"
Tunggu!
Farel semakim gusar, ada yang tak beres pikirnya.
"Sebelum itu, dia ingin kau jadikan apa dulu? Karena dia hanya bisa kau pakai selama lima tahun, setelah ia akan ku ambil lagi. Anda pasti tak lupa, kan?" ujar Ibu semakin membingungkan Farel.
"Apa maksudnya aku dipakai selama lima tahun?" pikir Farel.
Dan netra Farel membola kala mendengar jawaban dari lelaki yang dipanggil 'Tuan'.
"Tentu saja dia akan ku jadikan sebagai budak, dan penyelundup narkoba. Lagipula tenang saja, aku akan menjamin keselamatannya, dan aku tak kan lupa dengan kontrak itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
28Januari
Romance"Bukan kalian yang tak becus atau bagaimana. Tapi aku sendiri yang lebih memilih bersembunyi dalam dekapan mematikan mereka"- Eksel . "Selamat, kamu membawaku pada ketakutan yang sama padaku. Hari ulang tahun."- Putri. "Kalo menurut lo imbang, gue a...