09

44 4 0
                                    

____________________
_________________________________

Tidak. Itu bukan aku. Aku tak melakukannya. Sungguh. Percayalah padaku!

_____________________
________________________________






















***


04 Januari 2019


Rahang Eksel mengeras, tangannya terkepal kuat hingga nampak buku jarinya memutih. Nafasnya memburu bersamaan dengan mata yang memerah akibat menatap adegan memuakkan yang menyulut emosinya.

Disana.
Tepatnya di parkiran kampus. Terlihat Putri yang baru turun dari motor yang juga dinaiki oleh Devan. Nampak tawa itu begitu lepas, bahkan belum pernah rasanya Eksel melihat tawa Putri selepas itu.

Eksel yang hatinya tengah kalut oleh keadaan yang ia pendam, buru-buru mengambil langkah panjangnya mendekat pada dua sosok itu.

Dan...














Bugh!






"Eksel!" Putri memekik kala Eksel tiba-tiba datang dengan sebuah bogeman mentah menghadiahi pelipis Devan. Beruntung, saat itu Devan sudah turun dari motornya sehingga ia tak jatuh dari motornya, sekalipun dia harus menerima wajahnya dihiasi lebam biru.

"Sialan lo, Bang!" umpat Eksel dengan nafas memburu.

"Maksud lo apa sih, Sel?" Devan berusaha tenang walau sebenarnya emosi hampir menguasai dirinya, tapi secepatnya ia sadar bahwa yang tengah keluarkan emosi ini adalah Eksel.

"Lo masih aja tanya gue kenapa? Jelas-jelas lo tadi habis boncengin pacar gue, Bang! Pikir dong pake otak b*o**doh lo, kenapa gue gini!"

Devan hampir ingin menjawab mulut Eksel yang berhasil buatnya tersulut emosi, namun urung kala ucapan Putri lebih dulu menyahut amarah Eksel.

"Maksud kamu apa, Kak? Kenapa kamu malah nyalahin Kak Devan?! Pake ngumpat pula! Kak Devan kan juga sering nganter aku! Bahkan lebih sering dari Kakak, yang sekarang katanya SOK sibuk itu!"

"Kamu bela dia?" Eksel terperangah. Sebab ini pertama kalinya Putri menyahut ucapannya dengan amarah.

"Kalo iya kenapa? Kak Devan emang nggak salah apa-apa disini! Jadi kenapa Kakak harus marah?!"

Eksel yang masih terperangah, memandang tak percaya pada sang kekasih yang sekarang lebih membela lelaki lain timbang dirinya, berubah tersenyum miring sambil keluarkan decakan remeh.

"Dibayar berapa kamu sama dia?"

Total terkejut Putri dan Devan dibuatnya. Kini giliran mereka berdua yang menatap tak percaya pada pemuda berkulit tan itu.

"Sel!" peringat Devan tak mengalihkan pandangannya, justru semakin menatap tajam Eksel yang kini justru semakin memandang remeh.

"Kenapa Bang? Gue bener?" Eksel tertawa hambar, tanpa sedikitpun yang sadar bila cairan dari hasil kelenjar lakrimanya mulai menggenang dalam pelupuk. "Nggak nyangka gue, Bang. Lo ternyata lebih baj--"


























































28JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang