19

55 5 1
                                    




Kedai kopi yang berada di halaman kampus tempat bazar terselenggara jadi tempat Eksel dan Farel berteduh saling berdiam diri, dengan Eksel yang mendinginkan hati.

Sampai setelah beberapa menit keheningan menyelimuti antara mereka, Farel membuka suaranya.

"Sejak kapan lo demen kopi? item, less sugar pula."

Bukannya menjawab, Eksel justru memberi pilihan sambil tersenyum angkuh.

"Coffe or Vodka?"

"Gaya-gayaan lo ngomong Vodka palingan tau namanya gara-gara baca cerita di wattpad, ya, kan? Ngaku lo!"

"Kalo seandainya gue udah pernah nyoba?" Eksel nampak semakin menantang dengan seringaiannya yang melebar.

"Plak!"

"Aduh!" Eksel mengaduh saat dengan ganasnya Farel menggeplak kepalanya.

"Sadis amat lo..." ucap Eksel menatap horor Farel yang juga menatapanya dengan datar.

"Lo beneran nyoba tuh inuman, gue mutilasi lo!" ancam Farel.

"Ye... biasa ae lah, canda doang kok udah mau jadi kayak psikopat."

"Candaan lo nggak lucu," judes Farel.

"Iya deh iya maaf," ujar Eksel kembali menyeruput kopi hitamnya, "tapi perasaan beberap hari yang lalu gue juga minum kopi deh?"

"Tapi manis, dan kalo pun kopi item lo cuma maunya gue yang bikin."

"Iyalah, secara... lo kan babu gue."

"Sekali lo ngomong gitu, gue gorok mulut lo pake nih garpu!" greget Farel sambil mengarahkan garpu makan kuenya ke arah sahabatnya itu.

"Selow bro... selow... sensi amat sih." Eksel berucap sembari sedikit memundurkan badannya.

Setelah itu mereka kembali sama-sama bungkam, dengan Farel yang fokus memesan kue red velvetnya yang ia pesan karena kangen sama Irene Red Velvet katanya. Dan Eksel yang fokus menghabiskan kopi pahitnya itu.

"Em... Sel." Lagi-lagi Farel memecah keheningan setelah kue berwarna merahnya habis.

"Apaan?"

"Kali ini gue mau ngomong serius," ucap Farel membuat Eksel memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap menghadapnya.

"Ada apa?" tanya Eksel setelah membuang nafas beratnya.

"Ikhlasin semuanya, jangan pernah lagi lo nyalahin diri lo sendiri. Kalo ada masalah atau yang ganggu hati lo, lo bisa cerita ke gue, Kak Irene, Bang Devan, atau Alan. Kita semua siap buat dengerin semuanya, kita semua sayang sama lo. Jangan pernah ngerasa lo sendirian aja di dunia ini," jelas Farel menatap tepat dalam hazel madu yang begitu penuh akan sarat sendu.

Seulas senyum tampil di bibir Eksel. "Gue nggak pa-pa kok. I'm fine, so don't worry about me."

Jawaban Eksel buatnya mendesah kecewa karena gagal membuat Eksel berterus terang tentang badai yang tengah terjadi di dalam hati dan akalnya.

"Sekali lagi, jangan pernah ngerasa sendiri. Kita semua siap buat lo," ujar Farel lagi berharap berhasil kali ini.

Tapi gagal lagi, Eksel hanya tampilkan senyum tipisnya.

"Btw, ini semua lo yang bayar, kan?" celetuk Farel mengalihkan pembicaraan.

Senyum tipis Eksel pun ambyar terganti mimik datar.
"Demen amat lo dibayarin."

"Harap maklum, gue ini lagi mode hemat."

"Hemat buat apaan?"

"Gue kan abis ngecat rambut, lo kira nggak butuh duit bos.."

"Salah sendiri, rambut kutuan aja sok-sokan dimodel ala korea," cibir Eksel yang dapat dengusan Farel.

Tbc.

Maaf ya pendek. Authornya coba ngebut, jadi kalo ide udah berhenti langsung up biar nggak lupa.

H-14😍🎉
Target ini cerita selesai, doain selesai ya...🙏🙏🙏

Pai pai!!!👋👋👋



28JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang