20

36 2 10
                                    

Penampilan Putri malam itu benar-benar memukau bagi para penonton, sekaligus tanpa sengaja 'menjatuhkan' Eksel.
Terbukti, sejak kejaduan itu  Eksel  memang nampak biasa saja dalam menjalani hari-harinya, namun hanya orang tengah kamu paling terdekatnya saja yang tahu bahwa kesehatan mentalnya mulai terganggu.

Dimulai dari Eksel yang kadang tiba-tiba mengajaj Farel ke gedung fakultas kedokteran guna menemui Putri dengan alasan  menjemput kekasih, padahal mereka sudah putus. Dan saat Farel mengingatkan, Eksel pasti diam selama beberapa jam, menjadi dingin dan tempramental kepada siapa saja.
Dan puncaknya adalah malam ini,  dimana ketakutannya menguasai jiwanya dan akal warasnya melemah tak berdayah.

***

Suara perdebatan terus saja bersahutan memekak telinga, gaduh sekali sampai tak sadar bila menimbulkan isak tangis seorang lelaki cilik yang tengah duduk meringkuk di dalam kamarnya. Dia ketakutan bercamur bingung pada orang tuanya yang baru kali ini salinh berbicara dengan intonasi tinggi.  Sampai beberapa menit kemuadian, suara mengerikan itu menghilang.

'Cklek. '

"Kamu tadi denger semuanya?" tanya Farel kecil pada lelaki yang sudah jadi saudaranya.
Eksel menggangguk pelan dengan wajahnya yang memerah sembab.
"Kamu tadi denger apa yang Ayah sama Bunda omongin? " tanya Farel seperti mengetes.

"Pokoknya tadi yang aku denger itu Bunda mau cerai sama Ayah. Emangnya, cerai itu apa? "

"Yang aku tahu cerai itu artinya pisah. Berarti Bunda mau pisah sama Ayah, mau ninggalin Ayah, " jelas Farel.

"Tapi... Apa Bunda bakaln ninggalin Eksel sama Farel juga? "
Farel mengendikkan bahu.  "Aku nggak tahu, tapi yang pasti kamu jangan nangis sama takut lagi, ada aku juga disini.  Kita kan udah jadi saudara, " ucap Farrl menghibur,  memberi ulasan ssenyum lagi pada bibir si cilik Eksel.

***

30 December  2007

Rumah kecil nan sederhana itu nampak terhias beberapa balon dan dekorasi khas toko spiderman, tinggal menunggu kue yang diambil Ayah bersama Farel dan para tamu datang.  Ekse bahagia, ulang tahunnya diadakan lagi, dan semakin membuncah saat Bundanya yang akhir-akhir ini tak ada di rumah kini hadir dalam acara pentingnya.

"Bunda!" pelik Eksel memeluk erat Bunda.

Senyum terpancar dari keduanya dengan air muka yang berbeda. Bunda membalas sebentar, lalu melepasnya dan berjalan menuju kamarnya. Eksel mengikuti, penasaran kenapa Bundanya membisu.

"Bunda mau kemana?" tanya Eksel yang memperhatikan Bundanya tengah memasukkan baju-baju ke dalam koper berukuran besar.
Bunda lagi-lagi diam, sibuk pada aktivitasnya sendiri.

Eksel pun dibuat makin bingung dan tiba-tiba teringat akan ucapan Farel tentang kata 'cerai'.

" Bunda, bunda nggak bakal ninggalin Eksel, kan?" tanya Eksel berhasil menghentikan aktivitas Bunda. Bunda menunduk, sedang Eksel sudah mulai nampak mengenang air matanya, takut bila Bundanya benar-benar meninggalkannya.

Tidak. Itu tak boleh terjadi. Bunda itu miliknya dan akan selalu bersamanya, bila Bunda pergi maka Eksel harus ikut. Jika Eksel dilarang, maka Bunda pun diharamkan olehnya.

"Eksel, sayang, maafin Bunda ya... Bunda nanti nggak bisa ikut ngerasain ulang tahun Eksel nanti. Bunda juga mulai sekarang udah nggak bisa selalu nemenin Eksel lagi, Bunda sekarang udah punya keluarga baru." Bunda menjawab sambil tampakkan kesenduan dalam senyum.
Hati Eksel bergemuruh, suaranya mulai para menyahut ucapan Bundanya.
" Kalo gitu, Eksel, Farel, sama Ayah ikut Bunda ya. Kan nanti jadi seru kalo kita semua jadi keluarga baru. "

" Nggak bisa sayang, Eksel disini aja ya, sama Ayah sama Farel."

"Kalo gitu, Bunda jangan pergi...." pinta Eksel memelas.

Bunda menggeleng sambil menangkap wajah putra semata wayangnya yang mulai menangis

"Nggak! Eksel nggak mau sama Ayah, sama Farel aja, Eksel maunya sama Bunda juga! Bunda nggak boleh pergi! " ucap Eksel menggeleng keras.

"Bunda nggak bisa sayang, Bunda harus pergi. Maafin Bunda ya, nak. Jaga diri kamu baik-baik, jadi laki-laki yang kuat ya..." Bunda tersenyum dengan lembutnya, menghapus jejak air mata Eksel seakan memberi isyarat untuj meredakan kepergiannya, namun tetap saja Eksel tak menerima itu.

" Nggak! Bunda nggak boleh pergi! " teriak Eksel memukul acak Bunda," Bunda, nakal! Mau ninggalin Eksel!!"

Kini ganti Bunda yang menangis deras. Bukan karena pukulan dari Eksel, namun penolak keras oleh putranya atas perpisahan antara mereka.

Eksel berhenti memukul. Berjalan ke arah nakas dekat kasur.

Seketika manik mata Bunda melebar saat menggenggam erat suatu benda dengan pandangan penuh amarah tertuju padanya sambil mendekat pada Bunda.

"Eksel, jangan, nak..!" mohon Bunda tak diindahkan.

"Nggak! Bunda Nakal!!!"

"Pyar!"

"Aarghh!!"


Bersambung...


Kembali dengan masa hiatus yang cukup lama. Maafkeun sudah melewati target hehe... Ada kendala, yang... Menurut saya cukup berpengaruh besar😔😅

Sudah ya, ntar saya mellow lagi...
Pai pai!!

Jangan lupa, vomentnya💋😘😘❤️

28JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang