Happy reading😁
..
..
..
.
19 Januari 2019
Sepuluh hari sudah Eksel jalani perawatan psikologisnya di rumah sakit jiwa, dan hari ini dokter sudah menyatakan bahwa Eksel sudah diperbolehkan pulang dengan syarat harus selalu dipantau dan didampingi, karena bukan tidak mungkin jika Eksel nanti melakukan hal yang diluar akal sebab traumanya. Dan Eksel pun masih menganggap Irene sebagai Bunda.
Efek dari skizofrenia yang ia derita sejak dulu. Membuatnya berdelusi dan menganggap hal yang sangat bertolak belakang pada kenyataan.
Tapi walau begitu, semuanya tetap bahagia mengetahui Eksel akan segera keluar dari sana, terlebih Farel yang begitu bersyukur mengetahui hal itu dan selama perawatan Eksel tak mendapat ikatan seperti dulu, hanya sebatas obat bius yang disuntikkan ketika Eksel mengamuk mencari Irene yang dianggapnya Bunda.
"Bunda... suap-suap Eksel lagi dong," manja Eksel pada Irene yang tengah berhenti sejenak menyuapi Eksel buah karena mendapat pesan.
Ohya, satu lagi fakta, Eksel akan bertindak seperti anak kecil saat ia berbicara dengan Irene yang dianggapnya Bunda. Istilah psikologi-nya littlespace. Tapi untung saja itu hanya ketika dia kepada Irene, ketika dengan Farel atau lainnya maka Eksel akan bersikap biasa.
Bukan dibuat-buat. Tapi memang mentalnya yang membuat begitu, mentalnya yang masih sangat merindukan sosok Bunda lebih tepatnya.
"Bunda..." rengek Eksel.
Farel yang mendengar rengekan itu tersenyum sendu melihat sahabatnya yang belum pulih total. Terlebih firasatnya yang semakin buat ia ketar-ketir sejak Eksel kambuh, firasat yang mengatakan bahwa keinginan terbesar Eksel tak lama lagi akan terbalas.
"Gue takut, Sel. Takut ketika suatu hari nanti gue udah nggak bisa ngejailin elo, ketawa bareng elo, marahin elo, main sama elo, dihukum bareng elo, nangis bareng elo. Gue bener-bener takut dan bakal nyesel banget kalo tiba-tiba semuanya ilang tanpa bisa diulang, karena itu sama aja gue gagal segagal-gagalnya jadi sahabat lo, jadi orang nggak becus dan nggak guna yang bisanya cuma numpang plus nyusahin idup lo doang," batin Farel yang tak sadar bahwa setetes air matanya meluncur dari kelopaknya.
"Lho, lo kok nangis, Rel? Kenapa?"
Pertanyaan Eksel berhasil menyadarkan Farel dan seketika membuatnya mengusap air matanya itu.
"Gue nggak apa-apa kok, cuma rada jealous aja daritadi gue dikacangin," canda Farel menutupi kegelisahan hatinya.
"Maaf, tapi janji kok kalo lo bakal jadi may de bespren gue selamanya dan selalu sama elo sampe keriput bareng hehehe...." sahut Eksel menampilkan tersenyum kotak khasnya.
Farel tersenyum tipis. "Awas aja kalo lo sampe boong."
***
Lusanya, keadaan Eksel sudah semakin membaik dan sudah jarang lagi memanggil Irene dengan kata 'Bunda'. Pun ia sudah memulai aktivitas kuliahnya kembali. Perkembangan yang cepat memang, tapi tak mengurangi rasa was-was pada hati Farel yang terus ia sembunyikan.
22 Januari 2019
Kali ini mereka berdua tengah berada di gedung fakultas kedokteran. Menjemput Lisa yang tadi merengek lewat telpon minta dijemput.
"Sel," panggil Farel.
"Hmm..."
"Lo duluan aja ya ke kelasnya Lisa."
"Kenapa?"
"Panggilan alam nih," ucap Farel seperti menahan sesuatu.
"Yaudah sana."
Farel mengangguk, berjalan cepat meninggalkan Eksel yang melanjutkan langkahnya menuju kelas Lisa.
Tapi urung dilanjutkan saat netranya menangkap sosok Putri yang tengah tertawa bersama Devan yang menggusak gemas rambutnya.
"B**g**t."
Eksel tiba-tiba geram melihat adegan itu, tak terima Putri tertawa lepas bersama laki-laki lain.
Tanpa sadar langkahnya menuju mereka, sempat berhenti mengambil botol kaca yang entah kenapa ada di dekat tong sampah.
"Dasar si***n!"
"Pyar!"
"Kak Eksel!"
Tubuh Devan ambruk dengan dia yang reflek memegang kepala saa rasa sakit diterima oleh sarafnya.
Kepala Devan berdarah dan menimbulkan pening di kepala. Putri terkejut segera membantu Devan namun tak jadi saat sebuah tangan mencekal.
"Lepas Kak!"
"Nggak!"
"Lepas!"
"Sekali gue bilang nggak ya nggak!" bentak Eksel.
"Emang ada hak apa Kakak ngelarang-ngelarang aku? Kita ini udah putus! Dan--"
"Dan apa? Ha?! Lo itu cuma milik gue! Seorang Putri Kalila cuma buat Eksel Fahreza! Nggak boleh ada yang nyentuh lo sedikitpun selain gue!!"
"Terserah apa ucapan Kakak, aku nggak peduli lagi! Dan sekarang lepasin tanganku!"
Eksel lepas cengkramannya. Menatap datar Putri yang kelimpungan membantu Devan yang mulai kehilangan kesadaran.
Bekas pecahan botol yang ada di genggaman kanan Eksel tiba-tiba Eksel goreskan pada lengannya sendiri, dan tanpa aba-aba menusuk perutnya sendiri.
"Eksel!" Teriak Farel yang urung menuju toilet karena mendengar suara gaduh dan suara Eksel.
Putri menoleh dan terkejut mendapati mantannya itu penuh luka dibagian lengan dan perut.
Perlahan tubuh Eksel limbung dan ambruk ditubuh Farel yang sudah merangkul menahan beban tubuhnya.
"Gue capek, Rel. Kangen Bunda...." lirih Eksel sebelum gelap menguasai kesadarannya.
***
Bersambung...
Asyikkk... Habis ini ending. Senang sekali rasanya. Terus selesai sudahlah kado yang twrtunda ini😂😂
Sudah ya...
Pai pai!👋👋👋
![](https://img.wattpad.com/cover/167605865-288-k137801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
28Januari
Romance"Bukan kalian yang tak becus atau bagaimana. Tapi aku sendiri yang lebih memilih bersembunyi dalam dekapan mematikan mereka"- Eksel . "Selamat, kamu membawaku pada ketakutan yang sama padaku. Hari ulang tahun."- Putri. "Kalo menurut lo imbang, gue a...