(FOLLOW SEBELUM BACA)
[COMPLETE]
Rachel Ganesha harus rela dipindah tugaskan dari dokter di rumah sakit menjadi dokter untuk para atlet. Ia memang amat menyukai olahraga cabang badminton, tapi ikut berkecimpung didalam lingkaran olahraga tersebut t...
Seminggu berlalu semenjak pemberitahuan kepindahan tugas Rachel dari Rumah sakit Medika ke Platnas Cipayung.
Rachel dan Vinie diinstruksikan untuk tinggal Disekitar sana karena mereka berdua diberikan fasilitas sebuah apartemen yang dekat dengan tempat tugas mereka.
Saat ini Rachel tengah bersiap untuk kepindahannya. Ia sudah siap dengan segala perlengkapan pribadinya.
Rachel tengah sarapan bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya, sejak tadi ia duduk cukup gelisah, tubuhnya selalu bergerak tak karuan, hal tersebut berhasil mengganggu kakaknya.
"Diem napa sih chel, kayak cacing aja lo sana-sini gerak."
Rachel menolehkan kepalanya dan menatap kesal kearah kakaknya tersebut.
"Suka-suka gue, orang gugup dosanya nggak ada hitungan, yang penting nggak ganggu siapa-siapa." Sahut Rachel.
Ben, kakaknya hanya mengembuskan nafasnya ketika tak bisa lagi melawan perkataan Rachel, ia pun kembali melanjutkan sarapannya dan membiarkan Rachel dalam kegelisahannya.
"Kamu nanti pulangnya berapa kali dalam seminggu chel?" Tanya kania, istri ben.
Rachel menolehkan kepalanya menatap kakak iparnya tersebut, "nggak tentu mbak, kita ngikutin jadwal liburnya atlet."
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberes udah, nyiapin keperluan buat pribadi udah, cemilan pun udah.
Nggak kerasa usah waktunya gue nyoba merantau dan jauh dari orangtua. Yaah walaupun sebutannya bukan merantau jauh juga, orang jaraknya nggak jauh-jauh banget.
Tapi tetep aja, gue sebagai anak bungsu kerasa banget kalo mau pisah sama mama papa walaupun ada untungnya juga gue tinggal di apartemen, yang jelas, mas Ben nggak bakal bisa sering-sering jahilin gue lagi.
Belum benar-benar masuk kerja tapi badan gue udah kerasa sakit. Gimana enggak, tadi malam tepat sehari sebelum keberangkatan gue menuju platnas, gue di kirimin email yang berisi rentetan jadwal gue yang udah padat selama setahun penuh.
Gimana nggak panas dingin nih badan kalo setelah baca isinya gue langsung kebayang gimana capeknya gue harus ngikut keluar negeri sering banget tanpa jeda libur yang normal kayak pegawai lainnya.
Ahh seketika gue lupa kalo sedari awal gue dilempar, gue emang harus membiasakan sama kalendernya mereka, bukan kalender pegawai kebanyakan.
Waktu di jam dinding sudah menunjukkan pukul 7.30 itu artinya gue harus berangkat untuk hari pertama bekerja.