9. Chel Feeling

10K 700 5
                                    


♥♥♥

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. 4 bulan sudah rachel bekerja sebagai official medis di platnas mendampingi para atlet badminton kebanggaan Indonesia.

Sekarang sudah banyak yang kenal dan akrab sama rachel. Kemanapun Rachel pergi, jika itu masih dilingkungan platnas, maka mereka akan bertegur sapa.

Tidak hanya akrab dengan sesama official, Rachel juga akrab dengan para coach dan atlet.

Banyak yang akrab, ada juga beberapa yang dianggap rachel sebagai musuh bebuyutan. Sebut saja kevin dan Fajar yang selalu menjahilinya.

Saat ini, rachel tengah berjalan sendiri menuju kantin, katanya mau makan karena tadi pagi belum sempat sarapan.

Rachel mengambil menu nasi goreng sosis dan segelas teh hangat. Kedua tangannya penuh sambil melihat-lihat tempat strategis untuk makan.

Rachel memutuskan untuk memilih meja diujung, kebetulan pagi ini kantin sedikit sepi, mungkin karena ini sudah tak lagi jam sarapan.

Saat rachel tengah menikmati nasi gorengnya, ia harus merelakan ketenangan makan karena hadirnya salah satu musuh bebuyutannya.

"makan yang banyak chel, biar kayak mbak wid, subur."

Kevin datang sambil membawa segelas jus lalu duduk didepan rachel.

Rachel mendengus pelan saat acara makannya diganggu oleh kevin.

"Lo ngapain sih kesini, disana banyak kursi, sana gih, jangan ganggu gue makan!" Rachel mencoba buat mengusir kevin.

Tapi bukan kevin namanya jika diusir sekali oleh rachel langsung pergi.

"Gitu doang marah, tinggal makan aja susah banget, udah makan aja, gue nggak bakal ganggu." Sahut Kevin kemudian menyesap jusnya sambil memperhatikan rachel makan.

Rachel yang memang lapar pun tidak ingin berdebat lebih lanjut dengan cowok tengil didepannya saat ini. Ia hanya fokus menghabiskan nasi gorengnya sambil mencoba tidak memperdulikan kevin yang saat ini tengah menatapnya intens.

Kevin menaruh hpnya di meja, ia juga duduk santai sambil menatap rachel makan dengan lahapnya. Kevin meneliti setiap jengkal wajah rachel mulai dari dahi yang ditumbuhi rambut-rambut halus disisinya, hidung mancungnya yang kecil, kedua pipi gempalnya yang saat ini bergerak mengunyah nasi hingga bibir yang berlapis dengan lipstik berwarna peach.

Kevin tidak tahu kapan tepatnya ia merasa nyaman saat menatap wajah gadis didepannya saat ini. Melihat ekspresi marah yang sudah seperti candu baginya, melihatnya menangis juga ikut merasakan nyerinya dan merasa lega saat melihatnya tertawa.

Rachel, dengan sikapnya yang kadang kayak anak-anak membuat kevin seperti punya adik perempuan walaupun kenyataannya rachel lebih tua satu tahun daripadanya.

Kevin masih larut dalam lamunannya sambil menatap wajah rachel hingga lamunannya buyar saat rachel memanggil namanya.

"Mppiinn!" Seru rachel sambil melambaikan tangannya didepan wajah kevin.

"Huh?" Seru kevin.

"Pacar lo ngechat." Ucap Rachel sambil menunjuk kearah hp kevin yang berkedap-kedip.

Pink Shuttlecock | Kevin Sanjaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang