7

7.8K 1.1K 62
                                    

SEVEN

-

Kenapa harus aku yang repot menjaga tali, sedang guntinglah yang kau cari

-

Pagi ini Taeyong berencana untuk menemui ayahnya. Saat ia bangun tidur tadi, ayahnya sudah berangkat bekerja sebagai seorang chef disalah satu hotel berbintang. Taeyong ingin sekali menanyakan pendapat ayahnya mengenai rencananya kuliah diluar negeri. Ia bisa saja menanyakan hal ini dirumah, tetapi pasti ibunya akan memengaruhi ayahnya. Ia hanya ingin mengetahui pendapat murni dari ayahnya.

Taeyong berhenti didepan sebuah hotel. Ia membaca tulisan 'Jave Hotel' yang terpasang diatas pintu kaca. Kakinya membawanya berjalan memasuki hotel berbintang lima itu. Ia segera berjalan menuju dapur dan memasuki ruangan khusus para chef.

"Taeyong?"

Taeyong menoleh pada sumber suara. Menatap lelaki yang telah rapi menggunakan pakaian seorang chef.

"Ada apa?" tanyanya.

"Apa ayah sedang sibuk?"

Taeyong menatap ruangan yang masih sepi, hanya ada dia dan ayahnya. Kebanyakan chef sedang berada didapur saat ini.

"Tidak. Setidaknya belum. Apa ada yang ingin kau tanyakan?"

Taeyong duduk disamping ayahnya. Ia sedikit khawatir jika ayahnya memiliki pendapat yang sama dengan ibunya yang menentangnya kuliah diluar negeri.

"Mmm, aku ingin tau bagaimana pendapat ayah jika aku kuliah diluar negeri." Taeyong memainkan jemarinya.

"Well, ayah sepenuhnya menyerahkan keputusan padamu, nak."

Taeyong menatap ayahnya yang kini tersenyum lembut. Mengusap punggungnya dengan sayang.

"Ayah yakin kau sudah memikirkan ini baik-baik. Kau bukan lagi anak kecil yang bisa ayah atur seenaknya. Ayah hanya bisa memberi beberapa nasihat. Keputusan sepenuhnya berada ditanganmu."

Taeyong masih diam mendengarkan ayahnya.

"Apapun keputusan yang kau ambil, kau harus bisa bertanggungjawab. Kau juga harus siap menerima risiko dari keputusanmu."

"Apa ayah pernah berpikir ingin menjadi lebih dari seorang chef?"

Lelaki paruh baya itu menatap anaknya. Sungguh ia merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat. Padahal rasanya baru kemarin ia menggendong anaknya dipunggungnya.

Namun sekarang ia menatap sosok rupawan didepannya dengan pandangan sayang. Menyadari bahwa anaknya kini sudah beranjak dewasa, membuatnya sedikit emosional.

"Ah, masaku sudah lewat, nak. Sekarang waktumu mewujudkan mimpimu."

"Aku ingin punya restaurant sendiri. Apa menurut ayah aku bisa membangun restaurantku sendiri?" Taeyong membayangkan ia memiliki restaurant miliknya sendiri.

Tidak harus restaurant mewah. Bangunan sederhana yang nyaman untuk para tamunya itu sudah cukup baginya.

"Tentu saja. Berusahalah untuk mewujudkannya."

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang