15

7.5K 1.2K 434
                                    

FIFTEEN

-
Seperti kopi.
Pahit, tapi aku suka.
Kupikir, begitulah rasanya mencintaimu.
-

Lelaki itu terus berjalan. Tak tentu arah.
Yang dipikirkannya sekarang adalah ia harus pergi sejauh mungkin dari gedung tempatnya berada tadi.

"Taeyong!"

Teriakan itu terus saja menghampiri gendang telinganya.

"Tae, kau mau kemana?"

Taeyong sungguh mengenali suara itu. "Pulang! Pulang kerumahku!" balas Taeyong ikut berteriak. Kakinya masih melangkah cepat menjauhi gedung.

Sedetik kemudian, ia merasakan lengannya ditahan oleh seseorang. Emosi masih menyelimutinya. Ia berbalik menatap lelaki tampan itu dengan tatapan nyalang.

"Ada apa, Tae? Kumohon maafkan aku." lelaki itu kini menggenggam tangan Taeyong.

"Sejauh apa hubungan kalian, Jae? Jadi, disini aku sebagai orang asing yang mencoba memasuki hubungan kalian? Kupikir jarak ribuan kilometer tidak akan memengaruhi kita, tapi nyatanya kita jauh. Jauh sekali, Jae. Sadarkah kau?" tenggorokannya tercekik. Taeyong menaikkan nadanya dan terus berbicara tanpa henti. Meluapkan apa saja yang ada diujung lidah.

"Tae, tenanglah. Semua akan baik-baik saja." Jaehyun memeluk sahabatnya dengan erat.

Tapi emosinya saat ini membuat tenaga Taeyong lebih kuat untuk mendorong dada Jaehyun. Melepaskan pelukannya secara paksa. Wajahnya memerah. Matanya menatap tajam lelaki tampan dihadapannya.

"KAU YANG BAIK-BAIK SAJA, JAE! AKU TIDAK!" Taeyong mengatur napasnya.

"Kemarin kita bersenang-senang semalaman. Sedangkan wanitamu sedang menantimu dirumah bersama bayi diperutnya! DAN KAU TIDAK BILANG APA-APA PADAKU?!" Matanya mulai memerah.

"Tae, kita berdua hanya bersenang-senang dan-"

"Jadi kau menyuruhku datang jauh-jauh kemari hanya untuk bersenang-senang?" Senyum sinis terukir dibibir tipisnya.

"Aku ingin bertemu denganmu, Tae. Karena kau sahabatku" Jaehyun mulai menaikkan nadanya dan menatap tajam lelaki cantik didepannya.

Taeyong seolah ditampar oleh sebuah kenyataan. "Oh, Really? Bukankah kau menyuruhku kemari untuk memamerkan kehidupanmu yang lebih baik tanpaku, Jae?"

Jaehyun menyipitkan mata. Kaget mendengar apa yang barusaja Taeyong katakan.

"Are you jealous, Tae?"

Taeyong terdiam. Sedetik kemudian senyum sinis kembali terukir di bibirnya.

"Jealous? Hell no. Aku kasihan padamu. Jae! Lihatlah hidupmu yang kacau ini!" bentak Taeyong kasar.

Raut Jaehyun berubah dingin. Ia selangkah mendekati Taeyong.

"Kacau? Mari kita lihat. Aku memiliki kekasih yang cantik. Apartement mewah, dan aku juga sedang menunggu kelahiran seorang bayi yang nantinya diasuh oleh orangtua yang lengkap," Jaehyun menunduk, membisikkan kalimat selanjutnya ditelinga Taeyong. "bukan TUNGGAL." Tekan Jaehyun pada kata terakhirnya.

Taeyong membeku. Hancur sudah hatinya beserta pertahanannya. Ia mundur selangkah. Menatap Jaehyun dengan tatapan tidak percaya. Setetes air mata menuruni pipinya.

"Who are you?" bisik Taeyong serak.

Jaehyun terdiam. Ia sungguh tidak bermaksud mengatakan hal itu. Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Dan itu menyakiti Taeyong.

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang