12

7.5K 1.1K 318
                                    

TWELVE

-
Kurasa 'spasi' memang diperlukan,
agar setiap kata dan pesan bisa terbaca,
tersampaikan dengan baik.

Semoga 'spasi' tak menjadikan kita jauh.
Namun dengannya, mungkin kita akan menyadari betapa kedekatan itu berarti.
-

Suara musik berdentum keras memekakkan telinga. Bau alkohol menguar diudara, membuat siapapun yang tidak terbiasa dengan baunya akan merasakan mual. Lautan manusia menari-nari dilantai dansa.

Lelaki tampan itu duduk dimeja bar. Tangannya menggenggam gelas kaca berisi cairan keruh. Raut wajahnya terlihat mendung. Tetapi rupanya itu tak melunturkan paras tampan lelaki itu.

Ia mendekatkan bibir botol itu kebibirnya. Menyesap rasa pahit yang menusuk pangkal lidahnya. Ia langsung meneguknya hingga tak tersisa.

“Hei.”

Lelaki itu menoleh saat merasakan pundaknya ditepuk pelan. Ia mengangkat sebelah alisnya. Memandang lelaki asing didepannya dengan tatapan datar.

“Apa maumu?” tanyanya dingin.

Well, terakhir kali aku terlihat semenyedihkan itu, aku mencoba gantung diri dengan dasi kesayanganku.” lelaki asing itu mencoba mangabaikan tatapan dingin lawan bicaranya.

“Aku Mingyu. Maaf kalau aku mengganggumu. Tapi, aku hanya membantu noonaku. Dia bertanya apa mungkin kau mau membelikan minuman untuknya?”

“Aku tidak tertarik.” jawabnya datar.

Lelaki itu bangkit berdiri bersiap meninggalkan lelaki asing yang mengganggunya.

“Hei, Jae.”

Lelaki itu membeku. Ia membalikkan badannya dan menatap wanita yang berada disamping lelaki asing tadi.

“Hyuna.” lirihnya.

Terakhir kali lelaki itu bertemu wanita dihadapannya adalah saat ia memberitahu rencananya untuk pindah ke Inggris.

Tentu saja wanita itu marah dan memakinya atas keputusan mendadaknya. Dan terakhir kali wanita itu menghubunginya adalah saat ia memberitahu kabar mengenai Taeyong.

Ah, Taeyongnya. Kepalanya berdenyut menyakitkan saat teringat wajah cantik sahabatnya diwarisi oleh seorang bayi mungil yang lahir dari rahimnya.

“Sudahlah, noona. Dia bilang tidak tertarik padamu.”

“Tidak, Mingyu-ya. Aku yakin dia belum bisa melupakanku.” Wanita itu tersenyum miring.

Tangan wanita itu mulai menjalar menyentuh tubuh atletis lelaki didepannya.

“Kau merindukanku? Mau bersenang-senang denganku, Jung Jaehyun?” bisik wanita itu secara sensual.

Pandangan Jaehyun berkabut. Kepalanya mulai terasa pening. Keadaan pikirannya kacau, kalut. Perasaan marah, bingung dan kecewa tumpang tindih menyesakkan dadanya. Ia butuh pelampiasan.

Sould we?” lelaki itu menunjukkan smirknya dengan pandangan berkabut.

Apa ini saatnya aku menyerah tentangmu, Tae?’

.
.

재용

.
.

8 bulan kemudian

Gumpalan salju kembali memenuhi jalanan. Bertengger di batang-batang pohon yang gundul.

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang