11

7.9K 1.2K 169
                                    

ELEVEN

-

I wish time had better timing for You and Me

-

Taeyong segera mempersilakan masuk sahabatnya itu. Jaehyun meletakkan jaketnya pada gantungan disamping pintu.

Sang pemilik rumah berjalan didepan dengan tangan sedang sibuk menyambar barang-barang Taehyun yang berserakan. Tumpukan selimut lembut dengan motif bebek kuning, tumpukan celana juga baju Taehyun, Ia segera melempar barang-barang tersebut kedalam lemari.

Taeyong terlihat sibuk membereskan mainan Taehyun dan memasukkan kedalam kotak di dalam lemari. Sungguh, kini aroma ruang tamunya penuh dengan aroma khas bayi.

"Kau baik-baik saja, Tae? Kau terlihat stress." tanya Jaehyun yang berjalan santai memasuki rumah Taeyong.

'ya, stres karenamu, Jae!' batinnya.

"Tidak. Tidak." lelaki cantik itu berjalan cepat menuju dapur meninggalkan Jaehyun yang tampak masih betah di ruang tamu.

Taeyong terbelalak saat melihat meja makan penuh dengan botol susu dan piring bayi. Tangannya dengan gesit menyingkirkan semua barang itu dan melemparnya ke bak cuci kemudian menutupnya dengan kain serbet.

"Oh, ya bagaimana kuliahmu, Jae?" ia mendengar suara langkah kaki menuju dapur. Napasnya sedikit terengah. Jantungnya berdetak cepat saat melihat barang-barang khas bayi yang tercecer di bak cuci. Ia menggerakkan tangannya dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya untuk menyembunyikan semuanya.

"Hm, aku sedang mempelajari kebidanan sekarang." Jaehyun meraih sesuatu disampingnya. Memperhatikan benda itu.

"Benarkah?" lelaki cantik itu belum juga menatap Jaehyun yang kini berdiri disebelahnya.

"Ya, hanya dasarnya." Jaehyun mengangkat bahunya. "Ngomong-ngomong sejak kapan kau mengkonsumsi susu ini?" Jaehyun memegang kaleng susu bergambar bayi.

"Setauku kau tidak suka susu seperti ini" lanjutnya.

Taeyong masih tetap sibuk membereskan barang didepannya. Sehingga ia hanya refleks membalas apa saja yang Jaehyun tanyakan. Taeyong menoleh sekilas melihat susu yang Jaehyun maksud.

"Ya memang tidak, itu susu anakku." jawabnya lancar.

Sedetik kemudian ia membeku. Menyadari mulutnya yang begitu lancar mengatakan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu.

"Oh, God." bisik Taeyong. Ia segera menatap wajah tampan di sampingnya. "Bagaimana kau-"

"Hyuna." jawab Jaehyun singkat.

"Cepat sekali beritanya." lirih Taeyong. Sungguh, ia berkali-kali mengumpat dalam hati kepada Hyuna. Kenapa mulut wanita jalang itu suka sekali mengadu?

Jaehyun terdiam. Ia menatap kearah lain. Tidak ingin menatap lelaki cantik didepannya. Bohong jika ia tidak kecewa. Ia sangat kecewa tentu saja.

"Sungguh, Jae. Aku sebenarnya ingin memberitahumu." ucap Taeyong lembut. Ia berjalan mendekati sahabatnya dan berdiri didepannya.

Jaehyun mengangguk-anggukkan kepalanya. Tatapannya dalam sekejap berubah begitu tajam. "Kapan, Tae?"

Taeyong terdiam. Matanya menatap iris hazel dihadapannya. "Aku tidak ingin menahanmu, Jae." ia menundukkan kepalanya. Tidak ingin air matanya terlihat.

Jaehyun menghela napas. Ia segera memeluk lelaki cantik didepannya. Mengusap punggungnya dengan sayang. Taeyong menangis dalam diam. Sungguh ia sama sekali tidak berniat untuk mengecewakan sahabatnya.

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang